Pada tanggal 22 Desember tahun 2018 silam, sebuah bencana tsunami melanda kawasan Anyer, Pandeglang Banten. Dalam peristiwa tersebut banyak korban selamat yang kehilangan orang-orang terdekatnya karena dinyatakan tewas. Korban selamat yang harus menerima kabar tersebut termasuk Ifan Seventeen.
Ifan harus menelan pil pahit bahwa ia kehilangan teman-teman satu bandnya yang telah ia anggap sebagai keluarga. Dalam kejadian tersebut satu-satunya yang selamat hanyalah Ifan. Rekannya yang lain yakni Bani, Herman, Oki meninggal dunia setelah tsunami menerjang mereka saat tampil di atas panggung.
ADVERTISEMENTS
Pasca tragedi Tsunami di Anyer tahun 2018 silam, Ifan Seventeen mengaku sangat syok dan trauma karena kehilangan rekan-rekan satu band dan istrinya sekaligus
Saat pertama kali mendengar kabar soal rekan-rekannya yang lain meninggal dunia, Ifan mengaku syok berat. Ditambah lagi istrinya sendiri Dylan Sahara meninggal dunia. Saat itu Ifan hanya bisa berdoa pada Tuhan agar diberikan kekuatan untuk tetap waras dan menjalani musibah tersebut.
Peristiwa bencana itu menyimpan trauma mendalam bagi Ifan secara pribadi. Kehilangan banyak orang tersayang dalam satu waktu memang bukan hal yang mudah diterima. Bahkan saat itu Ifan merasa terpuruk dan hampir ‘gila’. Menyadari hal tersebut Irfan berkonsultasi dengan kerabatnya yang merupakan seorang psikkolog dan ahli dalam bidang kejiwaan.
ADVERTISEMENTS
Ifan kerap lakukan hal-hal aneh seperti berlajan-jalan tengah malam sampai tidur seharian untuk menyembuhkan diri dari trauma mendalam yang ia rasakan
Sembuh dari trauma mendalam bukan hal yang mudah dilakukan. Meski Ifan sudah berkonsultasi dengan psikolog dan ahli jiwa, ia tetap sering melakukan tindakan-tindakan yang aneh. Hal tersebut diungkapkan secara blak-blakan oleh Ifan saat diwawancarai oleh Andhika Pratama dalam kanal YouTubeya.
Ifan bercerita bahwa ia kerap melakukan tindakan aneh seperti tidur seharian, berjalan-jalan malam sendirian sampai keliling tol Jakarta karena terbangun di jam 1 dini hari. Semua hal tersebut ia jalani dan lakukan demi menghilangkan trauma yang ia rasakan karena peristiwa tsunami. “Aneh-aneh itu. Jam 1 malam gitu kebangun. Gue pengin keliling tol Jakarta. Keliling gue sampai jam 6,” imbuhnya. “Ngabisin bensin, keliling, muter terus, nyanyi-nyanyi. Udah, selesai. Sendiri, gitu,” terang Ifan.
Beruntung, cara-cara dan tindakan-tindakan aneh tersebut cukup efektif menyembuhkan trauma yang dialaminya. Ia juga kini sadar bahwa luka yang mendalam memang perlu waktu yang lama untuk disembuhkan. Ia bahkan butuh waktu 2 tahun untuk sembuh dari luka tersebut. Semoga saja Ifan bisa tetap kuat dan melawan rasa trauma karena kehilangan tersebut. Kita juga bisa membayangkan bagaimana sakitnya kehilangan orang-orang terkasih dalam waktu satu malam. Semangat Ifan!