Di Indonesia, berbasa-basi bisa jadi satu jalan ninja untuk menghindari kerikuhan saat harus memulai obrolan. Tapi yang jadi persoalan, lumrah ditemukan kalimat basa-basi yang malah bikin orang lain nggak nyaman. Seperti contoh, bagi mereka yang lagi kuliah sekadar kalimat “kapan lulus?” bisa begitu menohok. Atau bagi mereka yang dianggap sudah cukup umur, kalimat “kapan nikah?” seketika bisa bikin gerah.
Meski bikin nggak nyaman, bagi kebanyakan orang Indonesia pertanyaan tersebut mungkin bisa dianggap basa-basi belaka dan cukup disikapi sekenanya. Tapi bagi mereka yang bukan orang Indonesia, fenomena ini jelas bikin heran. Bagaimana mungkin hal pribadi ditanya secara terbuka bahkan oleh orang yang bukan siapa-siapa. Haruka eks JKT48 merupakan salah seorang yang cukup heran dengan pertanyaan “kapan nikah?” karena di kampung halamannya, Jepang, hal tersebut nggak pernah ia temui.
ADVERTISEMENTS
Haruka mengatakan menikah muda bagi orang Jepang bukanlah sesuatu yang bagus
Dalam sebuah acara televisi, Haruka yang hadir sebagai bintang tamu mengaku sering mendapat pertanyaan mengapa belum menikah padahal sudah menginjak usia 28 tahun. Pertanyaan ini membuat perempuan bernama lengkap Haruka Nakagawa heran, karena di Jepang hal tersebut nggak pernah dipertanyakan. Ia bahkan mengatakan perempuan di Jepang idelanya menikah di umur 30 hingga 40 tahun, karena bagi orang Jepang menikah muda dianggap bukanlah sesuatu yang bagus.
“Kalau di Jepang, banyaknya yang nikahnya umur 30 sama 40 tahun. Karena kalau nikah muda itu nggak bagus kalau di Jepang, ya. Karena katanya, urusin diri aja belum bisa, ngapain urusin keluarga,” ujar Haruka dalam acara Rumpi (30/9/2020).
Meski begitu, Haruka yang sudah lama berkarir di Indonesia ini nggak sepenuhnya sepakat dengan pandangan mayoritas orang Jepang terkait pernikahan tersebut. Baginya, nggak ada tenggat usia untuk seseorang yang ingin menikah. Ia mengatakan siap menikah kapan saja kalau sudah ada jodohnya.
“Kalau aku sih, ya kalau ada jodoh enggak apa-apa, langsung nikah juga nggak masalah. Cuma, sampai sekarang belum ada jodohnya, gimana?” pungkas Haruka.
ADVERTISEMENTS
Menikah bagi orang Jepang bisa dikatakan bukan sebuah prioritas
Apa yang jadi keheranan Haruka agaknya mewakili keheranan mayoritas penduduk Jepang jika mendapat pertanyaan serupa. Karena faktanya, angka pernikahan di Negeri Matahari Terbit ini cukup rendah. Pada periode 2017 Jepang bahkan mencatat pernikahan paling sedikit sejak akhir Perang Dunia II yakni hanya 607.000 pernikahan. Kondisi yang bisa mengancam populasi ini disikapi Pemerintah Jepang dengan membuat banyak program yang memudahkan pasangan di Jepang menikah. Harapannya agar bisa mendorong angka kelahiran. Oleh karena itu, bagi orang Jepang pertanyaan “kapan nikah?” bisa akan tampak konyol jika ditanyakan oleh sesama masyarakat, kecuali oleh pemerintah karena mereka memang punya misi dengan pernikahan.
Oleh para pengamat, menurunnya jumlah pernikahan di Jepang dikaitkan dengan tingginya biaya perawatan anak dan pendidikan, serta aturan perusahaan tempat para muda-mudi Jepang bekerja. Hal ini bisa dilihat salah satunya lewat alasan umum pasangan di Jepang yang enggan menikah karena waktu untuk saling bertemu habis untuk bekerja. Selain itu, meningkatnya kebiasaan menjalin hubungan tanpa menikah mungkin juga memengaruhi minat pasangan di Jepang untuk melaksanakan pernikahan secara resmi.
Nah, buat kamu yang masih rikuh kalau harus mulai obrolan dengan seseorang, pilihlah kalimat basa-basi yang ringan-ringan saja. Kalau masih mungkin melontarkan pertanyaan “ke mana aja, nih, jarang kelihatan,” meskipun basi, maka gunakanlah. Memang jawaban apa sih, yang diharapkan penanya dari pertanyaan “kapan nikah?”.