Pada 26 Mei lalu, putra sulung Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, dikabarkan hanyut di Sungai Aare, Bern, Swiss. Emmeril Kahn Mumtadz, saat itu berenang bersama adik dan temannya. Eril pun baru ditemukan 2 minggu kemudian (8/6). Namun tidak seperti korban tenggelam pada umumnya, jasad Eril masih utuh bahkan wangi. Ia pun dipulangkan dan sampai di Indonesia pada Minggu (12/6).
Sejak kabar hanyutnya Eril hingga saat ini, keluarga Ridwan Kamil terlihat tegar. Mereka jarang terlihat menangis karena sudah ikhlas dengan kepergian sang anak. Bahkan Ridwan Kamil terlihat kembali bercanda dengan warganet di kolom komentar Instagram seperti biasanya.
Barulah saat berbincang-bincang dengan Najwa Shihab lah Ridwan Kamil dan Atalia menumpahkan perasaan mereka selama ini. Dari mulai keikhlasan, momen yang membuat mereka bersyukur, hingga hal yang kembali membuat mereka berurai air mata.
ADVERTISEMENTS
Banyak hal yang diceritakan Atalia dan Ridwan Kamil kepada Najwa Shihab. Mulai dari keikhlasan hingga pelajaran hidup yang ditinggalkan oleh almarhum Eril
Dalam percakapan dengan Najwa di Mata Najwa tersebut Atalia dan Ridwan Kamil banyak bercerita soal kepergian Eril. Mulai dari momen sang anak hanyut, hingga kenangan yang ditinggalkan sang putra. Atalia mengungkapkan bahwa dirinya mulai merasa ikhlas ketika menyadari kepergian Eril yang tiba-tiba dan tidak ada alasan apa pun.
“Oh ini yang dinamakan ajal. Karena ajal itu sudah ditentukan sejak di dalam kandungan, maka ketika Allah berkehendak untuk mengambil yang menjadi miliknya, tidak ada alasan apa pun, bagaimana Allah saja. Oh berarti ini sudah waktunya,” ujar Atalia. Bahkan jika sang anak di dalam pelukannya pun, jika sudah waktunya, Eril tetap akan pergi.
ADVERTISEMENTS
Atalia dan Ridwan Kamil juga sempat menceritakan momen di mana mereka kembali berurai air mata. Saat itu ketika mereka mengurus surat kematian Eril
View this post on Instagram
Meski sudah ikhlas, tetapi tetap ada momen-momen di mana Atalia dan Ridwan Kamil nggak bisa membendung air matanya. Atalia sempat bercerita kalau air matanya mengucur saat melihat nama Eril yang tidak ada lagi di Kartu Keluarga. Saat itu, ia sedang mengurus surat kematian Eril.
“Jadi waktu kita ngurusin surat kematian Eril, kan dapat akte tuh. Pada waktu dapat akte itu saya bilang ‘terima kasih pak’. Terus tiba-tiba ‘bu sekalian kartu kelaurganya’ di situ saya nangis. Karena nama Eril udah nggak ada kan di situ. Jadi saya bilang ‘bapak kenapa diilangin, udah biarin aja.’ Terus kata bapaknya, ‘nggak bisa bu. ini administratif,'” ucapnya sambil berurai air mata.
ADVERTISEMENTS
Kepergian Eril memang tak ada yang bisa menggantikan, namun setidaknya ada Arka yang menjadi pelipur lara
Di ujung percakapan dengan Najwa, Atalia dan Ridwan Kamil juga sempat bercerita tentang sosok anak bungsunya yang kini menjadi pelipur lara. Mereka pun bercerita awal mula mengadopsi Arka.
Awalnya Atalia dan sang suami ingin mengadopsi anak perempuan di Rumah Yatim. Tiba-tiba, ketika menggendong seorang bayi perempuan, Ridwan Kamil melihat seorang bayi laki-laki dan hatinya langsung tergerak untuk mengambil anak tersebut. Akhirnya mereka pun mengadopsi Arka.
Pada saat itu, tentu tak terbayangkan jika mereka akan kehilangan anak lelaki mereka. Mereka juga tak akan menyangka jika Arka adalah pelipur lara ketika Eril dipanggil. Karena itulah, Tuhan adalah sebaik-baik pembuat rencana.
“Kami (adalah) orang tua kehilangan anak, Arka (adalah) anak kehilangan orang tua. Oleh sebuah takdir dipertemukan di sebuah proses transisi… Jadi Allah tetap memberi kami dua anak kan,” ucap Ridwan Kamil.
Banyak cerita-cerita bahagia dan kebaikan yang selama ini diam-diam dilakukan oleh Eril. Tak terhitung banyaknya doa bagi Eril dari orang yang ditolongnya secara langsung maupun tidak langsung, yang ia kenal baik maupun yang tak ia kenal sama sekali. Kekuasaan, jabatan, atau titel tidak akan dibawa sampai ke liang lahat, kecuali amal dan kebaikan.