Aktris sekaligus penyanyi Ariel Tatum telah menjalani kehidupan di industri hiburan Tanah Air sejak dirinya masih kanak-kanak berusia delapan tahun. Ariel Tatum kecil merasa dirinya adalah pribadi yang suka tampil di depan banyak orang dan keluarga. Ia pun merupakan sosok anak yang ceria.
Awalnya, dunia hiburan masih terasa menyenangkan untuk ia jalani. Hingga ketika Ariel mulai beranjak remaja, ia mulai sadar industri tersebut menyimpan banyak sisi toxic yang membuat Ariel harus berpikir keras tentang bagaimana cara bertahan di dalamnya.
ADVERTISEMENTS
Ariel Tatum mulai menyadari sisi toxic dunia hiburan saat beranjak remaja
Meskipun terjun ke dunia hiburan sejak umur delapan tahun, nyatanya Ariel nggak langsung mengetahui sisi gelap dari industri pekerjaan yang ia geluti itu. Sebagai anak kecil pada saat itu, Ariel merasa pekerjaannya cukup menyenangkan. Hingga Ariel menginjak usia remaja belasan tahun, pikirannya perlahan terbuka pada kenyataan lain di dunia hiburan.
Ariel mulai mempertanyakan perilaku orang-orang di sekitarnya yang sering menuntut banyak hal. Menurut Ariel nggak ada penyebab mendasar yang membuat tuntutan atau peraturan itu harus ia turuti. Anehnya, ia tetap dipaksa untuk melakukan tuntutan itu tanpa punya kesempatan untuk mempertanyakannya.
“Pada saat itu sih menyenangkan-menyenangkan saja, ya. Sejujurnya saat itu aku belum bisa melihat aspek-aspek toxic di dunia entertainment. Justru pas aku beranjak dewasa baru sadar. ‘Kok gini, ya?’ Kok, orang-orangnya seperti ini, lingkungan seperti ini, banyak pressure, norma yang entah dibuat sama siapa dan rasanya aku dituntut buat ikutin. Dan pertanyaan itu muncul saat usia aku udah belasan, teenager,” katanya, dilansir dari YouTube Daniel Mananta Network (5/12).
ADVERTISEMENTS
Ariel Tatum membeberkan perilaku toxic industri hiburan yang jadi tantangan besar dalam kariernya
Ariel Tatum mengakui bahwa dirinya kurang nyaman bekerja dengan orang-orang di lingkungan kerja yang selalu menuntut hal-hal yang menurutnya toxic. Bintang Sayap-Sayap Patah ini kemudian menjelaskan perilaku-perilaku apa saja yang termasuk toxic hingga membuatnya nggak nyaman.
“Aku merasa banyak banget tuntutan kayak harus lebih ini, lebih kurus, terlihat menarik dalam tampilan tertentu, dan banyak sekali orang-orang aku merasa bermuka dua, bersikap tergantung dengan siapa mereka bertemu dan bicara,” lanjutnya.
ADVERTISEMENTS
Cara Ariel Tatum bertahan di industri hiburan walaupun dikelilingi lingkungan yang toxic
Saat itu, Ariel pun memutar otak mencari cara agar bisa bertahan di tengah industri hiburan Tanah Air yang punya lingkungan kerja kurang sehat. Ia sempat berpikir untuk memperlakukan orang lain sesuai perlakuan yang ia terima dari orang tersebut.
“Pada saat itu aku punya way of thinking gini, untuk dapat bertahan di industri ini, jika orang baik kepadaku, aku akan lebih baik lagi. Tapi, jika kamu brengsek, maka kamu berhadapan dengan orang yang salah,” ungkapnya.
Namun, seiring berjalannya waktu, Ariel lebih bisa melihat permasalahan hidup dengan lebih dewasa. Ia mengubah cara berpikirnya dan memutuskan tak membiarkan perilaku orang lain mendikte hidupnya
“Pas aku usia 25 tahun, aku mencoba ganti mentality aku, gue mau jadi orang seperti apa, sih? Mau jadi orang baik dan hati gue nggak mau diisi dengan kebencian, dengki, dan iri. Jadi, apa yang bisa aku ubah? Ketika sekitarku enggak bisa aku ubah, bagaimana aku bisa melihat hal tersebut dan bagaimana aku bereaksi. Dari situ aku memutuskan untuk menjadi orang yang baik, ramah, dan sopan. Aku mendefinisikan diriku sendiri dan aku ingin jadi orang baik,” pungkasnya.
Setelah melalui perjalanan panjang di dunia hiburan, Ariel bisa tetap bertahan di dalamnya tanpa ikut terseret arus ke hal-hal negatif. Perilaku toxic orang lain terhadapnya pun tak serta-merta membuatnya terpengaruh untuk melakukan hal serupa ke orang tersebut. Apapun yang dilakukan orang lain terhadapnya, Ariel mengaku tetap akan menjadi orang baik.