Selama ini, perkotaan banyak menawarkan kemudahan bagi kebutuhan hidup manusia. Di sana, beragam lini bisnis didirikan sehingga roda perekonomian bergerak lebih cepat. Ekonomi yang lebih maju jadi daya tarik tersendiri yang membuat banyak orang memilih kota sebagai tempat mengadu nasib sekaligus menetap. Namun, kota tetaplah kota. Tempatnya sibuk, bising, seakan tiap waktu warganya habis untuk bekerja. Bagi mereka yang mendambakan ketenangan hidup bisa jadi kurang betah tinggal di kota.
Hal inilah yang dirasakan penyanyi Budi Doremi. Sejak tahun 2020, ia membuat keputusan besar untuk memboyong keluarganya tinggal di pedesaan. Di Desa Tegal Tobing, Serang, Banten, ia memulai hidup baru dengan lebih tenang meskipun sang istri awalnya nggak setuju akan keputusan yang tak biasa itu.
ADVERTISEMENTS
Selain ketenangan alam, Budi Doremi mantap pindah ke desa karena harga tanah di sana menurutnya murah
Rumah bagi kebanyakan orang adalah tempat berpulang, mendapatkan kenyamanan, dan istirahat. Dengan begitu, ketenangan jadi faktor utama yang dipertimbangkan ketika memilih daerah tempat tinggal. Hal yang sama diungkapkan Budi ketika ditanya alasannya pindah ke desa. Lingkungan kota yang berisik kurang cocok dengan dirinya.
“Murah. Di sisi lain gue nggak suka sama lingkungan perkotaan, bising, capek,” kata Budi, dilansir dari Kompas.com (22/4).
Budi juga sempat menyinggung soal harga murah. Yang ia maksud adalah harga tanah di desa lebih murah daripada kota. Bukan rahasia lagi kalau saat ini harga tanah memang mahal banget. Dengan menepi ke desa, Budi akhirnya bisa mendirikan rumah di atas tanah seluas 2.000 meter dengan biaya lebih murah dibandingkan di kota.
“Saya suka tinggal di alam dan terutama nomor satu di sana itu lebih murah, harga tanah murah,” ungkap Budi, dilansir dari YouTube TonightShowNet (27/9).
Meskipun tinggal di desa, Budi Doremi tetap mengambil pekerjaan dunia hiburan di kota seperti Jakarta dan sekitarnya. Ia sama sekali nggak mempermasalahkan jarak desa ke kota yang relatif jauh. Soalnya, sebelum pindah ke desa, Budi sempat menetap di daerah Bintaro yang relatif dekat ke Jakarta atau sekitarnya. Namun, ia sering menghabiskan waktu hingga dua jam dari rumah ke tempat tujuan yang nggak terlalu jauh hanya karena macet.
Menurut Budi, itu hanya menghabiskan waktu percuma. Makanya ia merasa lebih baik tinggal di desa daripada daerah Bintaro yang dekat dengan pusat kota, tapi tetap memakan waktu lama di perjalanan.
“Karena sekarang gue perhitungannya bukan lagi jarak tempuh, tapi waktu tempuh. Gue pernah tinggal di Bintaro sektor 6 ke mana-mana tetap jauh juga. Mending gue balik kampung di Banten di Serang,” sambungnya.
ADVERTISEMENTS
Istri sempat nggak setuju dan stres saat awal-awal pindah ke desa
Keputusan Budi ini memang tergolong nggak biasa bagi kebanyakan orang. Ketika banyak orang berjuang supaya bisa hidup di kota, ia justru mengasingkan diri dengan tenang ke desa. Sang istri pun awalnya menentang keputusannya itu sebab ia lebih memilih tinggal di kota. Alhasil, awal-awal kepindahannya ke desa, sang istri sempat stres karena susah beradaptasi.
“Ya ketika pindah, dia komplain ada ular masuk rumah, kejatuhan ular pohon. Ular hal biasa (di desa). Setiap sore datang nyamuk hutan dan lalat. Tiga bulan awal dia stres dan nangis-nangis,” ungkap Budi, dilansir dari Tribunnews.
Namun pada akhirnya, sang istri perlahan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya itu. Budi juga mengungkap salah satu keuntungan yang ia dapatkan dengan tinggal di desa adalah nggak perlu pusing kekurangan bahan makanan. Sebab, mereka menanamnya sendiri dan bahkan beberapa kali saling berbagi dengan tetangga.
“Sekarang nanem tanamannya sendiri. Nggak beli cabe, jarang beli tomat, sawi, lele, dan ikan-ikanan. Beras kadang dikasih tetangga sendiri. Sebegitu kampungnya,” lanjut Budi.