Kau yang selalu menemaniku di setiap pendakian, momen yang paling aku tunggu. Apalagi kalau bukan mendaki sebuah tempat yang selalu membuatku jatuh hati untuk terus berkunjung ke sana. Tempat di mana aku selalu bersama denganmu, ya denganmu. Seseorang yang membuatku terpaku dan terdiam ketika di hadapanmu.
Seorang Pria sederhana yang membuatku bertahan walaupun tak pernah meminta. Seorang pria dengan segala keanehannya. Hampir seluruh tempat tertinggi di Jawa sudah kau datangi, sebuah tempat yang selalu menjadikan dirimu apa adanya.
"Minggu depan temen-temen ngajak gue ke Gunung Lawu, ikut yuk?"
Kau selalu dan selalu mengajakku untuk melihat indahnya tempat lahir kita, Indonesia. Kau yang tak pernah suka ketika orang lain memuji segala tindakanmu. Ya, aku jatuh hati pada pria sederhana di hadapanku ini. Pria yang selalu merendahkan dirinya di hadapan orang lain. Pria yang selalu bijaksana dalam rombongan pendakian. Pria yang selalu sabar dalam perjalanan. Pria yang selalu terlihat tangguh meski dia sangat lelah. Dan dia adalah pria yang selalu mengajak kawannya tidak lupa pada Sang Pencipta.
"Udah waktu dzuhur, break 20 menit kita sholat sama istirahat sebentar"
Ujarmu yang kala itu matahari tepat di atas kepala kita saat pendakian 3142 mdpl. Kesederhanaannya yang membuatku selalu percaya dengan kata-katanya. Aku tak tahu mengapa aku bisa jatuh hati padamu, Kau sama sekali tak tampan, Kau hanya berkharisma. Kau tidak kaya akan harta, kau hanya memiliki hati yang tak ternilai. Kau bukan pria sempurna, Kau hanya pria biasa. Kau yang selalu mengingatkanku untuk selalu dan selalu peduli pada orang lain. Kau bukan berasal dari komunitas, organisasi atau yang berhubungan dengan pecinta alam, kau hanya seorang pria yang mencintai alam ini setulus hatinya.
"Jangan pernah sombong, kita hanya makhluk ciptaanNya yang sangat kecil. Tugas kita cuma ngejaga alam ini buat anak cucu kita nanti."
Ucapanmu saat kita berada di Surya Kencana 2958mdpl.
Dia tidak bisa menunjukkan perhatiannya layak pria-pria lainnya.
“Hey, kenapa? masih kuat?” dia selalu bertanya seperti itu ketika aku berhenti.
“Masih kok” jawabku.
(Ingatan saat kita menapaki 3428mdpl itu masih jelas)
Di sela-sela pendakian melewati jalur yang terjal, di mana lutut dan jidatku bertemu, dia selalu memberikan senyumannya, ya senyuman penyemangat bagiku. Dia yang selalu dengan "sikap santainya" menungguku berjalan seperti siput, padahal aku pun tahu kalau kau sangat lelah. Aku tak pernah mengerti, mengapa aku bisa jatuh cinta padamu? Aku tak bisa menemukan alasannya, yang kurasa hanya nyaman ketika berada di dekatnya. Nyaman yang selalu kurasakan hingga kini.
Dinginnya angin malam, hiasan bintang di langit dan temaram lampu kota. Ketika senja sudah tiba, kami bermalam mendirikan tenda di tempat yang paling indah. Kenapa? Karena di tempat itu kami bagaikan bermandikan cahaya. Ya, saat itu adalah momen yang tak pernah aku lupakan saat kita berada di atap Jawa Barat. Ketika pendakian, saat kepala kami menengadah kami hanya bisa melihat akar dari pohon-pohon besar yang membantu kami untuk terus melaju tapi kali ini kami melihat langit yang bertaburan jutaan bintang begitu pun ketika kami melihat ke bawah, hamparan lampu jalanan pantura dan kapal-kapal dilaut dilaut jawa terlihat. Allahu Akbar, Ya Allah terima kasih telah memberikan aku segalanya.
“Bagus 'kan?” ucapnya dia tiba-tiba di sampingku
“Ya, bagus banget” aku sudah tak mampu untuk berkata-kata lagi.
Sang Maha Esa telah memberikan keindahan yang berlimpah. Terimakasih. Maafkan aku yang masih sering menyusahkanmu. Aku memang tak sanggup untuk membawa carrier besar seperti pendaki wanita lainnya. Aku hanya bisa membuatkanmu makanan dan secangkir kopi hitam kesukaanmu, kopi hitam yang tak terlalu manis.
Kau selalu bilang “Kopinya enak, makasih yak”
Saat itu aku hanya bisa diam ketika di depanmu. Terimakasih untuk semuanya, terimakasih sudah selalu menemaniku dalam setiap pendakian. Terimakasih pula sudah membiarkanku mencintaimu dalam diam. Aku tak pernah meminta lebih, walaupun hanya bisa selalu dekat denganmu saja sudah membuatku bahagia. Biarkan saja seperti ini, biarkan waktu yang menjawab tentang kisah ini.
~Anonymous
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
Ooh Rinjani..
Gak bisa komen banyak cuma smile z hahahaha
Keren Ditta,mau share ah.
hehehe makasih mba 😀
masih banyak yang typo :3 harus semangaatt belajar lagiii 😀
Kamu kan cowonya dit, nah yg menceritakan ini siapa?
mas Mohammad Aries Setiawan sialaaaannn :v jangan dendam gitu lah hahaha
Kamu bisaan berpura-pura sebagai cewenya,
Padahal mah,
Ahsudahlah….
Mohammad Aries Setiawan kamfreeetttoooo *wadezig
keren bngett :*