Tuhan Bolehkah Aku Meminta Waktumu Sebentar Saja?
Sedikit lebih banyak untuk mengucap syukur, hingga akhirnya aku sampai pada tahap ini. Tahap di usia dimana aku mulai memikirkan hal-hal matang yang kata orang "jangan difikir dulu, jalani sajalah"
Ini mungkin hanya sebait perasaanku yang mungkin sedikit lancang diucapkan untuk golongan wanita yang dianggap harus pasif dalam menyatakan rasa. Untukmu yang sudah lama kukagumi, ini hanya sedikit banyak ungkapan yang semampunya bisa aku tuliskan, dan semoga suatu hari kamu membacanya.
Maaf jika menjadi Makhluk paling Pecundang yang Paling Memperhatikanmu dari jauh
Mungkin di mata yang lain, yang mengenalmu lebih lama, kamu adalah sosok keras, ambisius dan memandang dunia dari sisi pencapaian kesuksesan semata dengan segala macam alibi pencitraannya. Jika ini terkesan sok tau maka maafkanlah aku, tapi naluriku berkata kamu adalah sosok baik yang tidak bisa disia-siakan. Kamu punya segudang kualitas yang pernah aku dambakan,
Mungkin, kamu juga pria biasa, yang bisa mata keranjang, bisa salah, dan bisa khilaf.
Aku cukup memahami bagaimana pola pemikiran pria meski umur kita berbeda. Sekali lagi, aku bukan sok tau. Aku belajar mempelajari sikap-sikap teman lelakiku juga yang kebanyakan juga memasang topeng karismatik. Tapi aku cukup sedikit tau, setidaknya ada tujuan baik di sana. Menunjukkan, kamu juga berusaha menjadi pria idaman,
Aku mungkin sedang buta, tapi anehnya aku tau kemana hatiku berjalan. Ke arahmu, sadarkah?
Ya, aku berjalan. Pelan-pelan mengarah padamu, pelan dan sangat lama, karena aku tak mau salah langkah, Aku tidak bisa menjadi wanita labil yang dramatik dalam menyesali takdir jikalau aku gagal mendapatkanmu. Aku wanita pendiam dengan segala kekerasanku dalam usaha mendapatkanmu, meng-kode-imu meskipun kodeku tak pernah berhasil. Segenap hati aku bawa keberanian ini demi menunjukkan perasaanku.
Aku tau, kekecawaanku selalu menghantui setiap perjalananku.
Kamu dengan segala hal yang pernah kamu lewati pasti sudah banyak mengecap kesulitan dan kemudahan. Sungguh, kali ini jangan pernah fikirkan ini, pun jika kamu sempat membacanya. Aku tau target hidupmu pasti tidak seperti remahan-remahan mimpiku, bukan maksud mengagungkan kamu, jelas kamu yang sudah mapan jauh-jauh hari menyiapkan hati dan mental untuk hidup yang lebih baik. Tak apa, karena hanya dengan mengagumipun sudah cukup bagiku.
Jauh dari Sempurna
Jauh kufikir sebelum aku berani berkata seperti ini, ada banyak kekurangan dariku yang mencoba sadar diri. Mencoba berfikir matang-matang gerangan apa yang harus kutunjukkan padamu. Karena sedikitpun aku tak memiliki keistimewaan yang pernah mereka tawarkan.
Kadang aku suka menjauh
Aku bukan sengaja menghilang, untuk engkau cari, Bukan sengaja pergi untuk kau kenang. Rasa ketakutanku akan jalan hidupmu yang berantakan jika mengenalku, mengalahkan rasa sukaku padamu. Konyol memang, dan sengaja aku persulit, agar kamu tau, aku tak ingin hidupmu sedih jika sampai kamu mengetahuinya.
Sampai pada masanya Tuhan mempertemukan, kamu jangan berubah ya 🙂
Iya. Kamu harus tetap utuh dengan segala keistimewaan dalam dirimu. Biarlah jika takdir menerpa kita, maka aku akan menerimanya dengan alhamdulillah dan akan kulanjutkan dengan ikhtiar. Pun jika tidak, kamu tak perlu memilih untuk menjadi baik atau tidak padaku lagi. Aku mengerti, setiap manusia sudah punya porsinya dalam hidup, entah hanya untuk singgah, tinggal atau pergi. Karena apapun yang pernah aku lalui untuk mencapaimu, entah gagal atau berhasil, aku akan tetap mendoakan yang terbaik untukmu 🙂
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
haruskah seorang perempuan mengungkapkan rasa? bukankah itu terdengar murahan?
Sy rasa wajar, asal dengan cara yang elegan dan dewasa,
Nivita Lindasari elegan dan dewasa seperti apa contohnya? hehe…
Tdk murahan mba,ingatkah khadijah yg mengungkapkan perasaannya kpd nabi muhammad