Hidup adalah perjalanan panjang yang melewati berbagai persimpangan. Tiap persimpangan akan memaksa kita berhenti sejenak untuk menimbang-nimbang, jalan mana yang harus kita pilih. Dan masing-masing kita sadar bahwa tiap jalan memiliki jurangnya masing-masing. Sebuah resiko atas pilihan yang kita ambil.
Menjadi perempuan seringkali tidak mudah dalam menjalani kehidupan tersebut. Begitu banyak ikatan dan batasan yang dirancang khusus hanya untuk perempuan. Begitu banyak resiko yang menjadi pantangan bagi seorang perempuan. Dan begitu banyak halangan yang harus dihadapi seorang perempuan di tiap persimpangan, ketika hendak memilih sebuah jalan.
Lalu pada akhirnya, seorang perempuan hanya menjadi penumpang dalam kendaraannya sendiri.
Perempuan hanya mengikuti arus, manut pada pilihan yang diputuskan oleh pengemudi. Siapa pengemudi itu? Entah itu orangtua, keluarga, pihak sekolah, masyarakat di sekitarnya, budaya, bahkan pemerintah.
Barangkali dunia ini tampak begitu mengerikan untuk seorang perempuan, sebab itu perempuan dikekang. Segalanya seolah sudah disiapkan, dan perempuan hanya perlu menjalani apa yang ada. Perempuan sejak kecil digiring pada jalan demi jalan yang ia sendiri tak ingin lewati.
Perempuan dianggap tidak tahu cara menggerakkan tangannya sendiri, tidak tahu ke mana melangkahkan kakinya, sehingga apa yang ia lakukan hanyalah hasil perintah. Perempuan diharuskan melakukan ini itu, perempuan diwajibkan kuliah di jurusan tertentu, bekerja di bidang yang ‘dianggap’ cocok untuk image perempuan, dan diikat dalam perjodohan, dinikahkan dengan orang yang ‘dianggap’ pantas untuknya. Padahal, jalan demi jalan yang dipilihkan tersebut seringkali jauh lebih mengerikan ketimbang bila perempuan itu memilih jalannya sendiri.
Tidakkah banyak perempuan yang menderita selepas menjalani hidup yang dipaksakan untuknya?
Sebab setiap orang sebenarnya memiliki keinginan, memiliki impian, yang hanya dirinya sendiri mengetahui. Tiap orang berhak menjadi pengemudi dalam perjalanannya, meskipun ia seorang perempuan. Ia akan menghadapi beragam persimpangan dan membelokkan kendaraanya ke jalan yang ia pilih atas kemauan dan perhitungan yang telah ia timbang.
Betapa penting keluarga dan lingkungan sekitar menanamkan kepercayaan pada anak perempuan agar ia tumbuh menjadi berani, dan betapa penting sebuah kebebasan memilih diberikan pada anak perempuan, agar ia menjalani hidupnya dengan merdeka. Perempuan tak perlu dipilihkan, karena ia bisa memilih.
Sebagaimana anak laki-laki, anak perempuan pun hanya perlu diarahkan. Selebihnya adalah kemerdekaan, kebebasan, dan resiko yang akan ia tanggung tanpa menyalahkan pihak mana pun nantinya. Lalu bagaimana bila keluarga dan lingkungan tak kunjung ramah pada kemerdekaan perempuan? Maka perempuan sendirilah yang harus memerdekakan dirinya. Caranya dengan berani bicara, berani mengutarakan pendapat, berani mengambil keputusan.
Terkhusus untuk perempuan, jalanilah hidup seperti apa yang ingin kamu jalani. Karena hidup bernafas dari beragam harapan, dan berdetak sebab ada usaha untuk mewujudkan harapan tersebut. Kenapa kita harus kalah melawan pagar penghalang dan membiarkan harapan kita patah?
Lalu menyerah pada gerbang-gerbang yang sengaja dibukakan untuk kita, yang membawa kita pada dunia yang sebenarnya tak ingin kita masuki? Kita harusnya sadar, bahwa perempuan bukanlah makhluk yang selemah itu. Kenapa kita mau ditakut-takuti dan membiarkan hidup kita dikendalikan?
Padahal masa depan adalah milik kita sendiri, yang akan kita jalani seumur hidup, dan segala deritanya kita lah yang menanggung.
Bukankah menyakitkan bila kita menyesali masa depan yang kita jalani secara terpaksa di sisa usia kita? Kita hanya akan menghabiskan sisa usia tersebut sebagai pecundang yang menyalahkan banyak pihak.
Maka jadilah merdeka, jadilah perempuan yang berani mengambil keputusan untuk masa depan sendiri.
Jadilah perempuan yang berani mengutarakan apa yang ingin dan apa yang enggan kita lakukan Jadilah perempuan yang memiliki mimpi, dan berani menolak suguhan ‘masa depan’ yang tidak ingin kita jalani. Butuh kematangan berpikir dan kedewasaan untuk hal itu, sebab itu kita harus mulai belajar, belajar untuk mengenali diri kita dengan baik, mengenali lingkungan di sekitar kita, dan mengenali resiko apa yang akan kita hadapi. Jangan biarkan diri kita menjadi perempuan yang tidak tahu apa-apa, penuh kekhawatiran, penuh keraguan, dan hanya pasrah. Beranilah mengambil keputusan.
Pilihlah jurusan yang ingin kamu pelajari, yang sesuai dengan cita-citamu sendiri. Bekerjalah di bidang yang kamu sukai, di tempat yang nyaman bagi dirimu sendiri. Jadilah seperti apa yang kamu impikan dan tekuni apa yang kamu senangi.
Menikahlah dengan orang yang benar-benar kamu cintai dan benar-benar kamu percayai. Lewati sisa usiamu dengan orang yang kamu persilahkan mendampingimu atas kesediaanmu sendiri, bukan karena dipaksa siapa-siapa. Tinggallah di tempat yang membuatmu nyaman. Lalu hidupmu akan berjalan perlahan ke arah ke bahagiaan.
Jalanilah masa depan tanpa penyesalan, tanpa menyalahkan pihak manapun, dengan memilih jalanmu sendiri. Karena dunia ini tak akan mengerikan bagi perempuan-perempuan yang menghadapinya dengan berani.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”