Mata yang terpejam bersama dengan pelukan angin yang menghujam tubuhku. Kudapati diri ini telah lama memeluk tubuhnya sendiri, sembari menemukan kehangatan yang dibutuhkan. Apa yang kudapat ketika mata ini terpejam? Kegelapan, ya memang kegelapan. Dalam kegelapan itu, bayangan kekalahan menjadi menang. Bayangan kekalahan yang berupa, target-target kehidupan yang tak sempat diwujukan juga target yang tak berhasil. Setelah lama mata ini terpejam, aku memilih tenggelam dalam terpejamnya mata ini.
Mata ini terpejam hanya karna letih, menatap sekeliling. Kilau mereka terlalu menyilaukan mataku. Bukankah lebih nyaman, kujaraki kilau itu? kilau itu memang baik, tapi nyatanya merusakkan penglihatan bahkan pandangan ini. Kilau itu menghancurkan diri ini dengan seluruh dunianya.
Aku juga kilau yang kuciptakan bagi diriku sendiri. Kilau itu telah aku tata dengan rapih, tapi seketika menjadi layu dan kering karna disinari oleh silau itu, silau dari seberang. Silau yang sejatinya, sungguh menyilaukan. Alhasil, kilau milikku tak bertumbuh subur lagi, akarnya pun tak segemuk awalnya yang selalu kupupuki. Sekarang, akarnya kendor dan mati.
Kilau itu bukan tentang cinta atau omong kosong yang membuat para penikmatnya menjadi gila sedemikian rupa. Maksudku, mereka menghancurkan diri sendiri untuk hal yang sekiranya kurasa akan datang tepat pada waktu Tuhan (tentang romansa duniawi).
Kilau yang kumaksud adalah duniaku. Dunia tentang diriku, semuanya milikku. Dunia itu terenggut karna letih hati dan lemasnya pikir. Bukan, bukan terenggut karna orang lain. Diriku sendiri yang melanggengkan letih hati dan lemasnya pikir. Semesta memang benar, masing-masing dengan bagiannya sendiri. pikirku, semesta telah memberikan bagianku. Nyatanya, belum. Sedikit pun, belum diberikan.
Dalam kegelapan (terpenjamnya mata) ini, lebih baik tak kulemaskan pikir dan tak kuletihkan hati. Hati dan pikir harus menjadi kuat, supaya kilauku itu menyinari diriku sendiri. Setidaknya, bagi diriku sendiri. jangan dulu, tinggi hati dan percaya diri mengatakan menyinari orang lain. Sebab masing-masing, punya kilaunya sendiri. Aku benar bukan?
Kala kegelapan menguasaiku, masih bisa kukendalikan diri. Mungkin benar, bahwa kali ini aku perlu untuk berpikir positif. Memikirkan segalanya akan menjadi hal yang baik. Dan sekarang aku sedang belajar untuk, melepaskan semua bebanku dan hanya percaya pada Tuhan. Percaya? Ya. itu adalah hal yang paling mudah. Gratis, tak banyak bertanya dan hanya perlu untuk mengerti. Dan itu sedang ku lakukan. Ralat, bukan melakukan tapi sedang aku usahakan untuk melakukannya.
Mengapa aku harus percaya? Karna rencana Tuhan itu yang paling mulia, paling terjamin dan happy ending. Bukan?
Sebenarnya, kalo dibilang itu ya gampang. Terlalu mudah untuk dikatakan. Tapi mana prosesnya? Tangis, dan kata “Mengapa” masih terus berputar dan berlari mengelilingi kepalaku.
- Berdoa dan bekerja.
Terdengar gampang, sangat mudah. Tapi semua orang yang percaya pada Tuhan selalu bilang hal itu. Sederhananya begini, kalau kita mau dekat dan punya sahabat kita harus akrab kan? Dan semakin kita akrab dengan sahabat kita, kita akan percaya padanya. Bukan hanya percaya, tapi sangat percaya. Dan itu juga berlaku ke Tuhan. Setiap manusia punya relasi dengan Tuhan. Dan untuk jadi akrab bahkan sangat akrab dengan Tuhan ya mesti lewat doa. Tuhan tak pernah menuntut doa kita harus panjang, dsb. Seakrab dan senyamannya kita waktu ngomong sama sahabat kita. Bukankah semakin kita akrab, berarti kita akan dekat dengan Tuhan? Dan dari situ timbul kepercayaan.
Bicara soal kepercayaan, gampang banget. Semua orang bilang kalo mereka terlalu percaya sama Tuhan. Tapi percayanya mereka hanya di mulut. Sebatas bilang, Ok, saya percayakan kehidupan saya pada Tuhan. Pas waktu hidup sudah tak bisa dikendalikan lagi, kenapa Tuhan rencana-Nya kaya gini? Saya udah percaya, mengapa ini begitu berat?
Kita semua lupa kalo percaya itu kata kerja. Makanya percaya itu pekerjaan paling berat, walaupun hasilnya luar biasa. Mau percaya, berarti tak usah dikte apa yang Tuhan buat, tak usah banyak tanya, dan yang paling penting ngobrol terus sama beliau (doa). Kalau sudah berdoa, ya udah beres. Tinggal tunggu Tuhan turun tangan, maka semuanya akan membahagiakan. Ada banyak kesaksian yang diungkapkan bahwa Tuhan itu baik, terlalu baik dan terlalu besar cinta kasih-Nya. Tapi ada banyak juga orang yang bikin kita sibuk bertanya, Tuhan sungguh ada? Pertanyaan yang memang paling aneh nan menggelikan seantero bumi.
- Dan waktu Tuhan, bukan waktu kita.
Waktu Tuhan buat menunjukan kehebatannya, buat kita mungkin lama. Bisa puluhan tahun lebih. Dan buat kita pasti sudah sangat mustahil. Di situlah letak uji kepercayaan (iman) kita. Tahap pertama yaitu Percaya, sudah. Sudah sangat kita lakukan. Tapi Tuhan belum menunjukan kuasa-Nya. Coba lihat lagi hati kita. Benarkah sudah percaya, atau masih ragu-ragu sama kuasaNya? Kadang kita meragukan apa yang Tuhan buat bagi kita. Dan yang Tuhan butuh, hanya percaya. Banyak buktinya kan? Abraham waktu udah ga bisa lagi punya anak, dan akhirnya Sara mengandung di usia yang sudah senja atau usia yang tidak bisa mengandung lagi. Bukankah itu sulit dipercaya? Untuk saat ini pun, kejadian itu mustahil! Coba kita bayangkan berapa lama Abraham harus menunggu wanita yang sangat dicintainya itu untuk mengandung? Di usia yang bukan lagi muda. Di usia yang harusnya diurus oleh orang lain, tapi di usia itu Tuhan beri kesempatan untuk mengandung, melahirkan dan melihat anak mereka tumbuh dan berkembang. Anak yang lahir dari rahimnya. Begitu juga dengan, Esau dan Yakub. Berapa lama Esau membenci Yakub dan Yakub lari terus dari saudaranya? Tapi akhirnya mereka baikkan. Dan itu semua adalah berkat! Tuhan itu tahu yang paling baik buat kita. Yang Dia butuh, hanya percaya.
Ada banyak kisah yang bikin kita makin percaya. Dan sekarang hal itu sedang aku pelajari. Percaya, merupakan tindakan paling berat. Tapi yang paling penting, jangan pernah ragu. Sedikit pun, jangan meragu pada waktu Tuhan. Tak usah banyak omong, cukup omongin ke Tuhan. Kalo Tuhan memberikan restu, ya sudah tetap akan jadi. Tapi kalo Tuhan tak merestui, ada yang lain yang Tuhan siapkan.
Tenang saja, setiap sentimeter yang bertambah pada kepercayaan kita pada Tuhan, membuat hubungan kita denganNya menjadi sangat akrab. Selebihnya, kita menantikan tanggal main berkat Tuhan yang melimpah ruah dalam hidup kita.
Tetap Percaya dan Selamat Menanti Berkat dari Tuhan.
Semangat!
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”