Memang terasa berbeda sekarang, sang empunya hati memutuskan untuk pergi meninggalkan. Tanpa membersihkan apa yang kotor, tanpa membereskan apa yang perlu dibenahi. Sengaja kubiarkan karena aku tahu bahwa hatiku akan lebih kuat jika terus menerus diberi badai, kotoran kotoran perlahan akan ikut terbang bersama angin angin yang perlahan menyapu jejak langkah kakinya.
Aku pernah menaruh harapan pada seseorang yang pandai mematahkan
Mungkin saja jikalau saat itu aku tak pergi tak akan sejauh ini kita berdiam diri. Mungkin saja jika kau tak seperti itu aku tak akan pernah jadi seperti ini. Naskah drama yang sangat menyedihkan apabila ada seseorang yang mencinta namun ia dipaksa untuk berhenti melakukan hal yang menurutnya indah dan di pandang sebelah mata oleh mereka yang tak pernah mau tau sebenarnya seperti apa kita. Harus dengan apa aku menyebutmu cinta pertamaku? Masa mudaku? Mimpi mimpiku? Sejuta asaku? Atau mungkin patah hatiku?
Aku bahkan tidak tahu lagi harus menyebutmu apa. Karena saat itu, buatku kamu adalah duniaku. Yang mampu membuatku sanggup melakukan apa saja. Mengejarmu tiada henti dan lelah, mengesampingkan segala ego dan rasa maluku sebagai wanita,yang seharusnya menjaga kodrat dan harga dirinya. Namun, perlahan aku mulai lelah. Kau menyuruhku berlari untuk segera menemukanmu tapi kau tetap saja terus besembunyi seakan takut jika apa yang kucari segera kutemukan.
Apa maknaku buatmu? Bagaimana pun aku tetap wanita, aku butuh kata itu, memaknaimu dalam hidupku, menyatakan kepemilikanku atas kamu. Rasanya pedih saat merasakan betapa dekatnya kita, tetapitak dapat kurengkuh jiwamu,jiwa yang tetap bebas berkelana ke sana ke mari. Apakah aku cemburu? Ya jelas, aku sangat cemburu dan ngilu.
Aku sudah cukup lelah berjuang sendirian. Berjuang untuk mempertahankan perasaan yang mungkin saja hanya aku yang merasakannya sedangkan kamu tidak.
Sikapmu yang sekarang seolah olah berkata "pergilah aku tak menginginkanmu" dan aku sadar perasaanku sampai sekarang hanya kebodohan yang tidak pernah kamu hargai
Namun, saat langkah kaki yang menopangku melemah, kau mendekat, mengulurkan tanganmu di hadapanku menarikku agar kembali melangkah mengejarmu. Dan membuat sejutan harapan itu menjadi ada. Untuk kesekian kalinya aku memutuskan untuk menjauh darimu. Tapi apa? Kenapa saat aku menjauh kau malah membuatku luluh kepadamu, kenapa saat aku menjauh kau berikan sikap yang selalu ku harapkan saat aku sedang berusaha menarik perhatianmu? Kenapa?
Demi Tuhan, jika kau bisa memberikan kepadaku satu alasan saja, ya aku hanya butuh satu alasan, agar aku bisa bertahan ataupun menahan. agar nafasku tak semakin hilang. Aku pasti lakukan. Tapi lagi lagi kau hanya bisa terdiam dan aku yang semakin tenggelam. Maafkan aku yang harus pergi. Kali ini aku harus menguatkan hati, mengikhlaskan apa yang telah pergi, dan menyesalkan apa yang seharusnya tak kulakukan.
Meski aku tak tahu kapan bayangmu akan hilang, karena kau telah tinggal lama di ruang sudut hatiku yang tak pernah ku goyang. Ku rasakan hatiku berdarah, kurasakan goresan luka yang perih, saat kucoba kuatkan hati. Hancur? Yaa.. tetapi alangkah baiknya kulepaskan, daripada bertahan tanpa kepastian. Lebih baik kurelakan, daripada berjuang sendirian. Mungkin saja hatiku saat ini hanya tertutup segala tentangm, hingga aku berpikir bahwa tak ada yang bisa menggantikanmu.
Seperti berenang, semakin dalam aku menyelam semakin sulit kumenggapai daratan. Ya begitu pula cinta, semakin dalam kamu mencintainya, semakin susah kamu melupakanya.
Kusadari betul bahwa cara terbaik melupakanmu cinta adalah mencoba membiarkan semuanya menjadi rasa yang akan terganti pada orang yang lebih bisa menghargaiku nanti.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”