Hii…Apa kabar teman baikku?
Kuharap kini kau tengah bahagia bersama masa laluku.
Kamu pasti pernah bahkan sering mendengar ungkapan "Rambut boleh sama hitam, tapi hati siapa yang tau."
Ya, begitulah yang saat ini sedang aku rasakan dan aku ketahui tentang dirimu. Kamu yang sudah aku anggap sebagai saudara sendiri ternyata sanggup melakukan itu padaku. Masih ingat dengan jelas awal pertemanan kita. Dimana kita saling membantu melaksanakan tugas karena kita berada pada lingkungan kerja yang sama. Ibarat kata, kita saling kerjasama saling membantu dan tentunya saling menguntungkan.
Dari sanalah kita mulai dekat sebagai seorang teman. Kita pun mulai sering pergi bareng dan melaksankan tugas bareng. Bahkan pulang dan pergi pun sering aku antar jemput kamu karena memang lokasi rumah kita yang searah. Dan seiring berjalannya waktu, ikatan pertemanan kita pun semakin lebih akrab. Lebih jauh dari itu, kita pernah membuat rencana untuk liburan bersama.
Dan dari rencana liburan yang terealisasi itulah akhirnya saya pelan-pelan mulai mengetahui sifat asli kamu. Saya pernah membaca sebuah kalimat "Jika kamu ingin mengetahui watak seseorang, Travellinglah". Ternyata kalimat itu benar. Dan saya mulai menyadari bahwa kamu tidak sebaik apa yang saya pikirkan selama ini.
Saat itu tentu kita tidak liburan berdua saja, tapi dengan orang terkasih saya dan teman lainnya. Tidak tahu apakah sengaja atau tidak kamu melakukan hal demikian seakan memberikan sinyal pada orang yang saya sayangi saat itu. Dan kamu tidak melakukannya sekali. Tapi beberapa kali sepenglihatan saya. Saya tidak tahu apa maksud sikap kamu yang demikian. Tapi kini semua telah terjawab.
Kamu yang demikian aku pedulikan, sanggup menyakiti aku dengan cara ini. Tak hentinya aku berpikir, salah apa aku terhadap kamu? Kurang baik apa aku terhadap kamu? Pernahkah kamu berpikir apa yang akan aku rasakan dengan sikap kamu yang demikian?
Tapi ya sudahlah, mungkin ini memang sudah jalannya. Jalan terbaik yang memang digariskan dalam hidupku. Saya tidak akan pernah membenci atau dendam padamu karena telah melakukan hal itu yang akhirnya membuat pria saya tertarik padamu. Saya sangat berterimakasih karena meminjam sikap kamu, telah menyadarkan saya siapa sebenarnya pria saya tersebut. Jika dia pria setia, tentu dia tidak akan tergoda.
Memang benar "Pengkhianat lebih cocok bersama pengkhianat"
Saya tidak akan membalas semua perbuatan kamu terhadapku. Satu hal yang aku yakini, "Karma akan berkerja dengan sendirinya" dan pada akhirnya "Yang menyakiti akan tersakiti juga"
Terima kasih teman baikku, darimu aku belajar bahwa melepaskan yang tidak setia itu akan memberikan kebaikan yang jauh lebih indah, walau itu terasa sangat menyakitkan.
Pesanku sederhana saja, semoga kamu menyayanginya dengan setulus hati sebagaimana rasa sayang yang aku berikan untuknya waktu itu. Semoga kamu bisa menerima segala kekurangan dan kelebihannya. Dan semoga tidak ada lagi orang ketiga dalam hubungan kalian.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”