Siap Hadapi 11 Bulan Pasca Ramadan dengan Menyadari Hal Ini

Tiap nafas akan jadi lebih bermakna

Pada hakikatnya dan dasar yang sesungguhnya jiwa manusia ini diliputi oleh hasrat pada pengetahuan, tekad keidealan, dan impian kesempurnaan, ingin pada hal yang membahagiakan… Itulah sebabnya kenapa anak kecil sangat antusias saat memelajari suatu hal yang baru, sekalipun itu berbahaya untuknya. Dia terus menelusuri itu dan mereka akan selalu merengek, berontak, berbuat nakal jika ada situasi yang tak sesuai dengan harapan dan kenyamannya.

Makin beranjak fisiknya dan waktu menggerus keimutan mereka, psikis pun seharusnya makin berkembang, meningkatkan itu menjadi sebuah kecintaan akan kebenaran, dan bertransformasi menjadi langkah kritis untuk mencari solusi demi solusi situasi di sekitar yang penuh dengan problematika. Tentu ada perasaan tak nyaman bukan? Jika terjebak dan dilingkupi pada sistem yang mematikan fitrah-fitrah manusia.

Namun justru kini makin banyak yang seolah "nyaman" dengan situasi yang ada, dan lebih memilih untuk mengambil sikap yang semakin tidak peduli, dan melupakan konsep keidealan hidup bersama lalu menggantinya dengan paradigma hidupku adalah untuk aku, untuk masyarakat kebanyakan adalah setelah kebutuhan aku terpenuhi. Begitukah? Konsep egoisme? Tidak sedikit orang yang menggali dan memupuk harta, ilmu, popularitas, dan berbagai kesenangan untuk pribadinya. sudah tidak perlu ditanya bagaimana situasi jika setiap orang mencanangkan pemikiran dan perilaku demikian.

Apa gerangan yang terjadi yang membuat situasi semakin seperti ini? Apakah teknologi yang hadir membuat manusia semakin tertekan dalam lingkungan sosial dan merasa "nyaman" itu? Dan yang sebenarnya banyak yang tahu akan informasi, tapi seakan buta terhadap permasalahan yang ada. Miris gaes miris. Tak perlu disebut soal apa saja yang terjadi di masyarakat, coba tengok sejenak pada kehidupan pribadi kita. Apakah sudah benar-benar peduli? Tentang kesehatan? Akal yang terjaga? Hati yang bersih dari penyakit negatif? Kebersihan diri? Oke, mari bercermin sendiri.

Bukan hanya teknologi sebenarnya, perang itu tentang hawa nafsu masih marak saja terjadi, bahkan sekarang semakin pelik meski tak kasat mata dalam fenomena, bergelut dengan kebenaran yang ilmiah. Mereka mengatasnamakan diri mereka benar, baik, indah, dengan segala cara dan tipudayanya, memperdaya umat manusia baik individu maupun kolektif serta mengerdilkan akal pikiran yang sejak awal terjadinya kepo, ingin belajar, ingin senang, dan fitrawi alamiah lainnya.

Solusinya sebenarnya simpel dan perlu tekad mengejar bahagia yang baja untuk bisa merealisasikannya. adalah terus sadar, apasih yang kita kejar dalam setiap perilaku kita? Maslahat orang banyak, tujuan hidup kita, kemauan orang lain, atau bahkan hawa nafsu yang tidak ada kejelasannya yang menjadi kunci kita agar bahagia yang lebih bermakna bisa dirasa 🙂

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini