Seakan tiada hentinya dan entah dimana simpul benang merah nya, persidangan kopi maut selalu dan senantiasa menghiasi layar kaca akhir akhir ini. Dengan menampilkan berbagai macam bukti beserta berbagai sudut pandang saksi ahli, persidangan ini seakan menyihir perhatian penonton seantero negeri, hingga tidak menutup kemungkinan untuk melupakan isu-isu nasional penting lainnya. Persidangan yang nyatanya memang menghadirkan fakta dan realita ini, sepintas mirip drama berseri yang ditunggu-tunggu penontonnya di rumah. Lalu, kalau seperti ini jalannya, bagaimana porsi sebenarnya dari sebuah berita yang seharusnya ditampilkan oleh para pemburu berita?
Jurnalistik, atau bisa disimpulkan sebagai kegiatan pengumpulan dan penyebaran berita, memang menjadi hal vital di setiap negara di dunia ini. Apa yang belum diketahui, lambat laun pasti akan diketahui, bahkan bisa menjadi viral.
Didukung teknologi mutakhir yang disajikan oleh para scientist bidang teknologi, kegiatan pemberitaan menjadi begitu ‘indah’ bagi para pemburu berita, juga penikmat berita. Namun, dengan ‘keindahannya’ tersebut, masih saja ada penyusup penyusup kecil yang ingin mencoba mengacak-acak inti dari jurnalistik, yaitu membeberkan fakta terkait hal penting di hadapan masyarakat luas. Wadah yang seharusnya menjadi tempat berkumpul dan tersiarnya isu isu nasional penting lainnya, di babat habis porsinya hanya untuk menyajikan kasus racun yang tak kunjung padam sulutan apinya. Bukan soal memihak, tapi media sudah sewajarnya dan selayaknya harus memberikan porsi seimbang sesuai dengan kadar urgensi masing-masing informasi tersebut. Semacam unfinished business, kasus sianida yang sedang ramai menghiasi layar kaca recently adalah bukan satu-satunya kasus beracun yang menyebabkan tewasnya seseorang di negeri ini. Masih sejenis, masih sama-sama tentang sianida, seorang aktivis HAM negara ini pun pernah menjadi salah satu korbannya pada masa itu. Dan apa yang terjadi? Tidak ada pemberitaan se-berlebih seperti kasus sekarang ini.
Penggiringan opini hanya bisa terjadi ketika kegiatan jurnalistik menyatu ke dalam corong corong kepentingan personal.
Dan hal ini sangat disayangkan jika sampai benar benar terjadi. Kalau saja wadah media tersebut tidak di babat habis hanya oleh sebagian besar kasus sianida ini, mungkin masih akan ada porsi untuk pemberitaan mengenai nasib anak-anak Suriah maupun wanita wanita Palestina, apakah mereka masih kuat bertahan atau malah sudah bertambah darah bergelimpangan. Atau mungkin masih bisa terselip satu dua berita mengenai kesulitan orang tua di pelosok desa yang mencari nafkah, yang untuk makan hari itu saja payahnya luar biasa. Atau mungkin informasi mengenai pelaku pelaku penganiayaan/pelecehan fisik terhadap anak di bawah umur yang mungkin akan bermanfaat bagi para orang tua yang menonton, agar lebih berhati-hati menjaga anak-anaknya, dan agar informasi tersebut bisa sampai ke meja para pemberi hukuman agar pelaku bisa menerima hukuman yang layak.
Terakhir, semoga kedepannya tidak ada lagi kasus kasus berujung maut seperti ini. Dan semoga wadah wadah perkasa penampung informasi bisa lebih baik lagi dalam hal memberitakan sebuah isu isu penting, agar semua isu yang ada bisa tertampung dan memiliki bobot seimbang untuk dikonsumsi oleh publik.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
Itulah dunia…