Seperti Apa Pendidikan Prasekolah yang Ideal bagi Anak-Anak?

Pendidikan bagi anak, tentunya merupakan hal yang sangat penting guna menunjang tumbuh kembang anak di masa depan.

Tak sedikit orang tua yang sangat berhati-hati dalam memilih sekolah bagi anak-anaknya. Kualitas sekolah, kualitas pengajar, kurikulum yang dipakai, hingga lingkungan sekolah pun menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan sekolah bagi anak.

Pendidikan bagi anak, tentunya merupakan hal yang sangat penting guna menunjang tumbuh kembang anak di masa depan. Maka dari itu, tak sedikit orang tua yang sangat berhati-hati dalam memilih sekolah bagi anak-anaknya. Kualitas sekolah, kualitas pengajar, kurikulum yang dipakai, hingga lingkungan sekolah pun menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan sekolah bagi anak.

Sebagai bentuk pengenalan terhadap anak akan kehidupan bersekolah, mayoritas orang tua mulai mendaftarkan anaknya ke lembaga prasekolah, atau sering pula disebut sebagai Taman Kanak-Kanak (TK). Tak hanya itu, pertimbangan bahwa usia 1 hingga 5 tahun merupakan masa-masa yang baik dalam menstimulasi otak anak pun menjadi alasan mengapa orang tua menyekolahkan anaknya di TK. Pendidikan di TK sendiri tentunya tidak seformal di tingkatan Sekolah Dasar (SD).

Terdapat beberapa hal sederhana yang justru menjadi bahan pembelajaran bagi anak-anak di TK. Lantas seperti apa sih hal-hal sederhana yang dipelajari di TK? Berikut merupakan beberapa penjelasan menurut para ahli di bidang early childhood development atau pendidikan usia dini.

  1. Maria Montessori

Bagi sebagian besar orang tua, tentunya tidak asing dengan metode pendidikan Montessori. Beberapa TK di kota-kota besar Indonesia saat ini pun telah mengadopsi kurikulum tersebut. Berdasarkan metode pendidikan Montessori, pembelajaran dilakukan dengan cara bermain yang mana banyak melibatkan aktivitas fisik.

Metode ini pun tidak mengenal adanya penghargaan (reward) dan hukuman (punishment). Anak-anak diajarkan untuk mandiri, dapat membedakan mana yang baik dan tidak baik untuk dilakukan. Metode Montessori mengenal 5 area belajar utama, yaitu latihan kehidupan sehari-hari (exercise of practical life), pembelajaran melalui panca indera/ sensori, bahasa, budaya di lingkungan sekitar, serta matematika.

  1. Rudolf Steiner

Metode yang cukup terkenal selanjutnya adalah metode pendidikan Waldrof (Waldrof education) yang dikemukakan oleh Rudolf Steiner. Hampir sama seperti Montessori, pendidikan Waldrof juga menekankan pada pembelajaran yang melibatkan aktivitas fisik di ruang terbuka. Metode ini juga banyak menganjurkan agar anak-anak usia dini lebih banyak bermain menggunakan unfinished toys seperti balok kayu, ranting, dan benda-benda alam lainnya. Selain meningkatkan kreativitas, aktivitas ini juga dapat melatih sensori anak-anak.

  1. Loris Malaguzzi

Menurut Malaguzzi, tidak ada batasan bagi anak-anak dalam proses belajar mereka. Metode ini memiliki beberapa prinsip, salah satunya adalah sistem dan komunitas. Tidak hanya peran anak dan guru yang menjadi daya dukung dalam proses pembelajaran, namun peranan lain seperti orang tua dan komunitas pun harus turut diperhitungkan. Salah satu contoh aktivitas yang melibatkan sistem dan komunitas adalah adanya sebuah proyek yang mengharuskan anak, orang tua, dan guru untuk bekerja sama dalam membuat suatu karya seni.

Dari beberapa paparan menurut para ahli di atas, dapat ditarik 5 kesimpulan mengenai pembelajaran bagi anak di TK.

Pertama mengenai perkembangan anak. Dalam hal ini berkaitan dengan kreativitas, rasa percaya diri, serta kepedulian dan saling menghormati.

Kedua, bahwa belajar bagi anak-anak dapat dilakukan dimanapun. Tidak melulu harus di dalam kelas seperti anak-anak di SD. Bermain di ruang terbuka terbukti sangat membantu mereka dalam bereksplorasi dengan alam sekitar.

Ketiga, kehadiran guru di TK adalah sebagai fasilitator. Dalam proses eksplorasi, tentunya guru sebagai fasilitator harus tetap membimbing mereka dengan memberikan instruksi.

Keempat, anak-anak ditempatkan sebagai pengamat. Pengamat disini maksudnya adalah mereka dibebaskan dalam berinteraksi, baik dengan alam maupun dengan teman. Sehingga ruang bagi mereka pun haruslah sebebas-bebasnya, tidak dapat dibatasi.

Terakhir, fungsi dari pusat pembelajaran (learning center). Bila kita melihat tatanan kelas di beberapa TK, tentunya tidak sama seperti di SD yang hanya terdapat meja, kursi, dan papan tulis. TK, biasanya mereka memiliki beberapa ruang/ pojok khusus. Misalnya, ruang untuk bermain, membaca, bahkan ada pula yang menyajikan ruang untuk kerajinan tangan. Ruang-ruang tersebut bertujuan untuk memfasilitasi kegiatan anak-anak sebagai pengamat sehingga mereka dapat bereksplorasi.

Semoga beberapa penjelasan di atas bisa dijadikan sebagai bahan referensi para ibu muda dalam mencari sekolah bagi si buah hati. Karena, TK merupakan masa dimana anak pertama kali ‘belajar’ di lingkungan baru. Proses belajar di TK juga dapat menunjukkan ketertarikan anak terhadap dunia pendidikan. Maka dari itu, sebisa mungkin carilah TK yang membuat anak merasa nyaman, bukan yang memaksa anak untuk mempelajari seluruh pelajaran tanpa memperhatikan minat dan bakat dari anak itu sendiri.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Saya merupakan mahasiswa lulusan Hubungan Internasional UNPAR pada 2014 lalu. Saat ini, saya bekerja di bidang pendidikan. Saya memiliki ketertarikan dalam isu-isu sosial, anak-anak, pendidikan, dan peranan LSM untuk pembangunan di Indonesia.