Sepedih Apapun, Kelak Cerita Akan Usai Jua

Kau tak pernah tahu seberapa rapuh perahu kertasnya dapat berlayar setelah kau lepas. Mungkin sebentar karam, sebelum tiba di tepi menemukan dermaganya. Sebab sudah begitu patah dayungnya melawan gelombang, oleh dingin angin laut dan ketakutannya tertawan kabut.

Kau di mana? Saat rindu repih dihempas badai. Saat orang-orang berlarian memungut sisa koyak masa lalu, membawa luka mereka pada keberangkatan kapal-kapal yang baru. Kau dimana?

Dimana jasadmu? Siapa yang meletakkan takdir di dekat cinta kalian?

Langit selatan sudah hujan, kau lihat? Beberapa bagian dalam tubuhnya masih kemarau. Kerontang itu membakarnya begitu ngilu.

Lalu di mana jasadmu? Dimana jasadmu? Saat tangisannya menahan perih saat hatinya tercecar luka, ku pertanyakan dirimu, kau dimana?

Duhai, kau adalah seseorang yang menjanjikan harapan, memberikan sayap-sayap mimpi hingga dia mengepak terbang ke langit hayal. Namun pada akhirnya, dia terjerembab jatuh, saat petir penghianatan menyambar lalu mematahkan sayap itu. Hatinya meringis. Jiwanya menangis. Ia begitu sakit saat buai janji yang kau ucap ternyata palsu; membuat dada terasa sesak di sepanjang waktu.

Tidakkah kau lihat,begitu tulus ia padamu,haruskah kau menyia-nyiakannya demi sesuatu yang baru,yang belum tentu bisa setegar karang nenghadapi sikapmu yang jumawa.

Kau bahagia,bisa mempermainkan hatinya? Lantas kau tertawa angkuh. Hey, siapa kau ini? Maaf, kau tak seharusnya begitu, kan? Kau tahu apa salahmu? Salahmu adalah menyia-nyiakan ia yang tulus padamu, dia juga punya hati, sama denganmu, dia juga ingin diperlakukan dengan baik, kau pun begitu kan?

Tapi maaf, kini tangisannya sudah reda,kini ia menyadari betapa bodohnya ia dulu. Betapa malu dirinya, menangis demi seseorang yang justru telah merusak hari-harinya.

Dan lagi lagi maaf, jeritan itu adalah kedunguan yang pernah dia lakukan dulu. Betapa cengengnya dirinya, meronta-ronta saat hati mencintai namun tak mampu memiliki

kegalauan kala itu, adalah kebodohan yang pernah ia lakukan.

Suatu saat nanti jika kau temui ia begitu tegar, ia begitu menawan,menjadi tangguh,jangan heran ya, karena ia pernah patah karena penghianatan, pernah sedih karena penolakan, dan kini ia menjadi manusia paling tegar. Sedangkan kau? Merangkak menangisi cintamu yang baru, yang tega mematahkanmu seperti kau yang tega mematahkannya dulu,maka belajarlah dari ia yang pernah merangkak menangisi kau dulu.

Sepedih apapun kelak cerita akan usai juga, karena sejatinya di sini bukan tempatnya.

Maka jadilah hujan, kendaran terakhir bagi segala kesedihan, pengantar doa paling anggun dari miliaran kisah yang dikekalkan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

penyuka senja,gemar bersepeda,siapapun kamu,apapun profesimu,mari kita bersahabat dengan baik