Katamu rindu itu terbuat dari kenangan, dan katamu mendung tak melulu tentang hujan. Bisa jadi itu tentang rindu yang sengaja dititipkan melalui awan. Sesaat turun hujan, kukira ia bercerita tentang kerinduan. Nyatanya, ia berbisik lirih perihal kehilangan.
Lalu, sempat aku bertanya kepada hujan dan jendela, yang pernah meredupkan langkah kakimu menuju tiada. Tentang kita yang pernah saling bersandar, meski saat semangat kita mulai memudar. Tentang aku yang selalu pergi pada saat-saat kamu tak ingin sendiri. Terngiang rintik yang perlahan membasahi kaca, kemudian sadarku hilang dan gelap seketika.
Aku mulai mencoba membuka mata dan berdoa agar hujan itu tak bersuara, agar aku tak lagi percaya bahwa kepergian itu memang ada.
Aku dan hujan tidak pernah mempermasalahkan tentang siapa di antara kami yang menghantarmu pergi. Sebab kamu masih tetap ada di sini, di antara hujan dan kenangan yang terkemas oleh rindu yang berlebihan.
Malam itu, kesahmu terurai.
"Aku meninggalkanmu, karena kutahu bahwa hatimu tak lagi di sini (tidak lagi padamu)"
Lalu, setelah kalimat itu. Terdengar nafasmu yang berderu, juga suaramu yang surau. Aku tau, berat untukmu mengatakan setelah sekian lama kau pendam. Mungkin, kamu benar. Bahwa hatiku tak lagi disini, padaku. Melainkan padamu.
Jika tidak padamu, lalu di mana ia sekarang? Kenapa kamu masih saja kurindukan, meski telah ada orang lain yang berusaha mengetuk pintu dan datang? Kenapa kamu masih saja hadir dalam mimpi di sepertiga malam?
Sampai saat ini, aku masih menghabiskan malam, hanya untuk tertegun dan membayangkan bagaimana menjadi kita. Iya, kita yang dahulu. Kita yang masih tetap bersama meski berada di antara zona nyaman yang berbeda. Aku tidak serta merta menulis ini untuk hanya ingin kau baca. Karena aku tau bahwa tulisan ini tidak akan pernah cukup untuk mengobati luka akan acuhnya aku dengan hadirmu di hari lalu. Pun aku tidak pernah berharap kamu akan membalasnya.
Teruntuk kamu, maafkan aku yang sampai saat ini masih merindukanmu. Semoga kamu selalu bahagia dengan kisahmu yang baru. Dan untuk setiap hari yang pernah kita lalui bersama, semoga selalu menjadi sesuatu yang dapat kamu jadikan pelajaran di hari depan.
Juga untuk hati kita yang pernah saling bertautan, semoga selalu ada harapan untukmu kembali membangun angan dengannya. Orang baru yang akan kau sebut rumah.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”