Sebuah Catatan dari Hati yang Kamu Jadikan Pelampiasan. Terima Kasih Sudah Tak Lagi Buatku Nyaman

Sebuah Catatan dari Hati yang Kamu Jadikan Pelampiasan

Mungkin aku adalah persinggahan sementara untukmu. Tapi luka yang kamu tinggalkan tidak sebercanda itu.

Semua masih jelas dalam ingatan. Setelah perdebatan panjang yang tidak menemukan titik temu. Setelah sempat saling diam dua hari, jangankan bertegur sapa, bertemu saja tidak. Harus kamu tahu, betapa bahagianya aku hari itu. Saat akhirnya kamu menghubungi setelah dua hari tanpa kabar. Betapa bodohnya diri ini yang menganggap kamu akan memperbaiki semua.

Menjadi pelampiasan adalah yang tidak pernah diinginkan siapapun, benar kan?

Coba saja kamu bertanya. Siapa yang mau hatinya dipermainkan, perasaannya diabaikan demi hati yang lain.
Tidak ada seorang pun.

namanya hidup kita tidak pernah tahu. Takdir terkadang membawa kita pada hal-hal yang sama sekali tidak diharapkan.

Satu-satunya yang paling aku sesali bukanlah kedatangannya, kembalinya dia dalam hidupmu. Adalah keputusan memantapkan hati padamu yang benar-benar aku sesali. Jujur saja sebenarnya sejak awal menjalin hubungan aku tahu, kamu tidak benar-benar melabuhkan hati. Jauh dalam benakmu, masih mengharap dia.

Benar, kan? Aku hanya menutup mata. Mencoba abai, sembari terus berharap kamu bisa benar-benar melupakannya. Dia yang katamu pergi tanpa alasan. Meninggalkan tanpa kejelasan. Aku terima keputusanmu. Sebab tidak ada guna jika hubungan ini tetap dipertahankan. Hanya luka yang di dapat.

Menerima kenyataan memang tidak pernah mudah, tapi tidak mudah bukan alasan untuk lari. Jika kamu bertanya bagaimana hati ini saat itu? Terlalu naif rasanya jika aku berkata baik-baik saja.

Karena semua lebih dari sekedar tidak baik. Lebih dari sekedar sakit. Rasanya tidak ada satu kalimat pun, bahkan satu paragraf pun yang dapat menggambarkan bagaimana hancurnya hati. Rasanya saat itu ingin sekali memaki, tapi makian takkan pernah mengubah apapun. Justru membuat diri ini terlihat semakin menyedihkan. Dan aku tidak mau itu.

Lagipula percuma saja marah-marah, sebab hati tidak pernah bisa di paksa. Aku tidak bisa memaksamu untuk mempertahankan hubungan. Sebab aku tidak punya hak sama sekali untuk itu.

Meski hati tidak pernah bisa berbohong. Tapi tidak apa, penantian yang sekilas terlihat sia-sia ini, sejatinya tidak benar-benar sia-sia.

Menjalin kasih selama dua tahun dengan lelaki yang bahkan masih menitipkan hatinya pada gadis lain membuat diri ini mengerti. Mengerti jika pelajaran bisa di dapat dari mana saja. Termasuk dari luka. Terkadang luka tidak hanya sekedar menitipkan sakit, meninggalkan bekas. Jauh dari sekedar sakit dia meninggalkan pelajaran.

Meski harus kuakui sebab hati tidak pernah bisa berbohong. Sakit rasanya ketika kamu lebih memilih dia. Menyudahi hubungan di antara kita. Meninggalkan demi dia yang dulu meninggalkanmu. Tidak apa. Kamu berhak memilih apapun yang jadi pilihan hati. Dan aku tidak punya hak sama sekali untuk memaksamu bertahan dalam hubungan tanpa rasa.

Oh, sebelah rasa, bukan tanpa rasa. Sebab ada satu hati yang jelas merasa.

Jika dulu kamu pernah merasakan sakitnya ditinggalkan, kenapa juga kamu hibahkan rasa itu? Tapi sekali lagi tidak apa. Sakit ini membuat kumengerti. Bahwa hati tidak pernah bisa di paksa. Bahwa merelakan memang bukan perkara mudah.

Keberanian atas kejujuranmu patut di apresiasi. Meski dalam diam tangis itu tetap ada.

Meski jauh dalam hati tersimpan lara, tak menapik juga kecewa. Tetapi aku tetap menghargai keputusanmu. Setidaknya kamu mengambil keputusan yang tepat, berani memilih, mengatakan yang sejujurnya.

Tidak banyak yang berani berterus terang sepertimu, setidaknya aku harus berterima kasih untuk itu. Dan yang paling penting kamu tidak membuatku jatuh lebih dalam lagi. Jika aku bisa mengatakan beberapa patah kata, maka dengarlah ini: Dia pilihanmu, kan?

Tolong buat dia jadi sebenar-benarnya perempuan beruntung. Buatlah dia benar-benar bahagia, bukan kebahagian semu tentunya. Kamu memilihnya berdasarkan kemantapan hati. Benar, kan? Jadi tolong jaga dia. Jangan torehkan luka yang sama.

Andai kamu datang dan bertanya perihal luka ini. Aku tidak akan berbohong, masih sama. Belum benar-benar kering. Tapi kamu tenang saja, sebab aku sedang menikmati setiap proses pemulihan.

Luka ini mengajarkan banyak hal. Salah satunya adalah tentang permainan takdir.

Aku sempat berada di fase masa bodoh dengan cinta. Berpikir cinta itu omong kosong, meski nyatanya memang tidak begitu. Sampai saat ini aku sedang berada di fase di mana menjaga hati. Lebih teliti dan tidak gegabah dalam memberi hati. Tidak, aku tidak sedang menjaga jarak dengan lelaki sepertimu. Hanya menjaga hati.

Tidak salah bukan jika aku tidak mau terluka lagi? Tapi apapun itu, terlepas bagaimana aku sekarang. Kamu tidak perlu ambil pusing, bahagialah sekarang dengan dia pilihanmu. Aku bahagia untuk kalian. Tidak usah pikirkan bagaimana gadis ini, sebab pelan tapi pasti dia akan kembali seperti dulu.

Ketika tiba saatnya nanti dengan orang yang tepat dia pasti akan bisa menyembuhkan luka di hati.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Freelance Writer • Blogger • Penjelajah • Mahasiswi • Faculty Of Law // Biasa di panggil Lisa atau Ica, suka sebel kalau di panggil Risa atau Nisa. Gadis biasa perpaduan Jawa-Sulawesi. Gadis biasa dengan segudang mimpi tak biasa. // #SukaBacaDoyanNulis #SukaJajanDoyanMakan #SukaJalanDoyanMinggat // Email: lisaevasartika30@gmail.com (Office) // KataLisa ? (1) https://galerikatalisa.wordpress.com (2) https://goresanpenalisa.wordpress.com (3) Wattpad: @Klisaevasarttika (Alana, Now Showing.)