Aku memang tidak sempurna, yang bisa saja membuatmu menangis tanpa ku ketahui. Yang bisa saja membuatmu tertawa tanpa ku hibur. Sahabat, aku tahu di dunia ini tidak ada yang sempurna. Aku tahu mungkin aku pernah membuatmu menangis sesenggukan, atau mungkin pernah membuatmu terluka perih, atau mungkin juga pernah membuatmu terjatuh rapuh.
Entah kenapa sahabat, aku rindu saat aku jingkrak kegirangan dan memelukmu hanya untuk memberitahumu bahwa aku sedang sangat bahagia. Namun sekarang aku harus tertawa sendiri hanya mampu mencurahkan rasa bahagia ini pada langit malam yang kelam yang tak bersahabat denganku hingga membuat bahagiaku tak sempurna.
Aku rindu kala ku mendekapmu dan menangis sepuas-puasnya tanpa kau tanya alasanku menangis, karena kau sudah tahu aku hanya butuh dekapan untuk bisa menangis hingga kemudian berhenti menangis dan tenang kembali. Namun kini, aku bingung kepada siapa aku harus mendekap tak lain aku hanya mampu mendekap angin sore di kala jingga merona dan air mata menetes tanpa pamrih. Aku rindu kala aku bercerita banyak padamu diantara jam malam yang berdetak dalam keheningan dan membuat salah satu di antara kita tertidur.
Namun kini aku hanya bisa menuangkan ceritaku pada kertas bisu yang bisa kulempar kapan saja setelah aku meremasnya sekuat tenaga. Aku rindu saat kau merangkulku kala ku lemah karena dijatuhkan. Namun kini aku harus bangkit sendiri dan berlari mengumpat dan merindukan kala kau menjadi pahlawanku. Aku rindu saat kau ajak aku berlari mengitari keindahan alam saat mentari tersenyum ceria.
Namun kini aku hanya bisa membalas senyum mentari sambil merindukanmu dalam hati yang perih. Bukankah seindah-indahnya kenangan jika itu sebuah kerinduan akan sakit juga bila dirasakan maupun dikenang? Sahabat, apakah kamu masih menganggapku sahabat? Aku harap iya, dan aku harap kau selalu merasa nyaman bersamaku. Jika memang diriku membuatmu terluka maka bicaralah dan tegurlah aku.
Diammu itu, jujur membuatku sakit dan terluka begitu dalam. Jika memang kau ingin sendiri aku rela berlari sejauh-jauhnya bahkan aku rela meninggalkanmu jika memang kau benar-benar ingin sendiri dan kehadiranku membuatmu tak nyaman. Jika memang kau membenciku aku akan dengan sukarela siap untuk kau benci dan kau abaikan. Namun kau harus ingat bahwa aku akan selalu siap dengan sukarela menerima hempasan pelukanmu kala kau tak menemukan pelukan untuk menenangkan lukamu.
Aku akan siap dengan sukarela menghapus tangismu meski kau berulang kali tersenyum. Aku akan siap dengan sukarela membiarkan bahuku menjadi sandaranmu kala kau begitu lelah. Dan aku akan siap dengan sukarela menjadi badutmu demi lahirnya senyum di bibirmu. Jika memang aku sudah tak bisa membuatmu tertawa dan bahagia aku rela pergi dan menghilang dari kehidupanmu. Dan akan kubawa kenangan kita hingga suatu saat kenangan itu mampu membuat kita tertawa kecil karena mengingatnya.
Sekali lagi, jika kau ingin mengakhiri persahabatan kita. Aku tidak merasa keberatan, karena yang berat itu adalah ketika rindu menjelma kala terngiang kenangan kita. Aku percaya setiap pertemuan akan ada perpisahan dan yang awalnya cinta bisa saja berakhir menjadi benci. Namun, dalam kamusku aku selalu menghapus kata benci karena benci bagiku adalah ego ketika kita benar-benar membutuhkannya dan menyayanginya.
Terima kasih sahabat telah berkenan menjadi sahabatku. Telah menciptakan warna hidupku dan telah memberikan berjuta-juta kenangan yang mungkin akan selalu terngiang dalam perjalanan hidupku. Perjalanan hidupku entah itu bersamamu atau tanpamu. Layaknya embun yang membisu kala langit sendu, aku hanya mampu diam kala kau abaikan dan tinggalkanku dalam sendiri.
Layaknya angin malam yang menderu dan kehilangan arah, aku pun seperti kehilangan arah kala kau memasang wajah kebencian padaku. Biarlah hatimu berkelana sesukamu, biarlah pikiranmu menjelma menjadi apapun itu dan biarlah langkahmu berjalan sesuai kehendakmu. Tenang aku tidak akan mengejarmu bahkan aku tidak akan diam-diam mengikuti langkahmu. Apalagi berusaha membuatmu untuk bertahan di sini bersamaku.
Sahabat aku akan diam-diam, secara perlahan melangkah, dan berlari kecil meninggalkanmu seutuhnya. Dan diantara kita hanya ada jarak yang begitu jauh. Meski aku merindu akan tawa dan candamu, demi kebahagiaanmu aku rela merindu daripada bertemu denganmu. Maafkanlah diriku ini sahabat jika pernah membuatmu tersayat dan membuatmu penat. Aku berharap suatu saat diantara jarak yang terbentang kita merindukan hal yang sama yaitu "kenangan".
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”