Rindu dan Nyanyian Hujan Sore

Kawasan Theodor Heuss Bridge Frankfurt, Sore itu

Payung hitam ini tak lagi sanggup untuk melindungi tubuhku dari derasnya air hujan. Rintik demi rintiknya semakin lama kian menyerupai kenangan masa lalu yang tidak pernah ingin aku ingat lagi. Apa ini yang namanya CLBK (Cerita Lama Bersemi Kembali)? Tapi tunggu, bukankah kau tidak pernah lagi peduli akan diriku, bagaimana bisa aku menyebutnya CLBK sebelah pihak! Ini konyol, ini tidak benar, ini sungguh harus segera diakhiri. Aku harus sadar bahwa kau bukan lagi kekasihku, bahwa kenyataannya kau adalah kekasih orang.

Ketika kau memilih pergi, dan meningglkanku dengan luka berdarah dibagian hati, aku sempat tersenyum dan mengatakan “aku akan selalu bahagia dengan kebahagiaanmu”. Percayalah, saat itu aku sedang berbohong. Dan kebohongan ini tanpa alasan. Bagaimana aku bisa tersenyum menyaksikan kau bahagia bersama orang lain? Sungguh lucu bukan? Ah, ini bukan alasan yang tepat, bukankah aku sudah katakan bahwa kebohongan ini tanpa alasan.

Aku masih membiarkan hujan melahap habis tubuhku, hingga seluruh pakaianku basah kuyup. Berharap, hujan kan menghapus segala tentangmu. Sekali lagi, ini konyol, bayang wajahmu masih melekat indah dalama benakku. Dan bahkan segala kenangan manis kau dan aku masih saja ber-seliwiran memenuhi ruang abu-abu di kepalaku. Aku sudah muak, aku sudah tak sanggup lagi menunggu akhir dari semua ini. Tapi hingga kapan aku harus berdiam diri menunggumu disini, sementara kau masih saja mencumbui dia yang lain.

Aku ingin segera pulang, menembus hujan deras yang kini menyatu bersama keringat dan air mataku. Aku ingin mengatakan pada hujan bahwa aku kuat, aku masih sanggup menanggung rindu yang kian menyusup masuk dari rongga-rongga nadiku. Aku bisa apa? Hanya bisa menghembus kemudian menghirupnya lagi: rindu. Percayalah, aku sangat merindukanmu. Dan masih berharap kau akan memelukku bersama hujan sore ini.

Dan jika jantung ini tak lagi mendapatkan kepercayaan dari orang yang sangat aku cintai, ia bahkan tak layak lagi untuk berdetak.

Aku masih tegar untuk berharap suatu saat kau akan putus dari kekasihmu, ah ini hanya sebuah harapan hampa kok. Jadi jangan diambil hati. Bahkan aku masih setia menyimpan rasa cinta untukmu, yang aku tidak tahu apakah kau masih akan mencintaiku atau tidak. Bukan karena aku tidak laku, tetapi lebih menghargai cinta yang bertahun-tahun lamanya kau rajut dalam hatiku. Lagi-lagi kuingin kau percaya bahwa benang rajutan itu masih utuh dan tak terputus-putus. Cinta ini masih tentangmu, titik.

Aku bisa saja menjadi putri tidur yang kemudian hidup dalam bayang-bayang semu. Bernafas namun tidak dapat melihat indahnya dunia ini. Jika boleh, aku ingin sepertinya. Tidur sepanjang hari dan berharap aku akan terbangunkan oleh cinta sejati, dan sekali lagi aku berharap itu adalah kau. Dan kita akan membangun dunia kita yang sesungguhnya. Apakah kau tidak pernah memimpikan semua itu? Sedikit saja!

Aku sudah lupa jalan menuju ke hatimu, dapatkah kau menunjukkannya lagi? Menuntunku hingga ku tak mampu berdiri dan menatap matamu. Dapatkah? sebentar saja. Setidaknya hingga hujan ini reda.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Masih mahasiswa lutju!

4 Comments

  1. Tulisannya bagus 🙂