Remah-Remah Ramah-Tamah

Mudah dan sulit hanyalah suatu perspektif. Bagaimana cara seseorang menstimulasi diri bahwa, “Ini mudah,” atau, “Tak mungkin hal ini bisa dilakukan.” Terkadang bukan hanya soal matematika yang mencari x atau berbagai macam soal kalkulus yang sulitnya tak keruan, tetapi hal mendasar dalam berhubungan dengan orang lain di sekitar kita pun bisa menjadi hal yang luar biasa sulit.

Ramah

Ya, ini dia yang zaman sekarang rasanya sulit dilakukan. Memang bukan hal mudah ‘tuk dapat melakukan hal yang sebenarnya remeh-temeh ini, apalagi kalau yang bersangkutan seorang penikmat darah tinggi. Bak oase di padang pasir, “Ramah,” menjadi hal yang dirindukan untuk memberi warna pada kehidupan yang pelik dan terkadang tak adil ini. Zaman semakin berkembang, manusia semakin haus akan (i)nformasi. Untuk memuaskan nafsunya akan informasi, maka keturunan Adam & Hawa ini berinovasi menciptakan …

Media

Hal paling berarti di era milenium yang saban hari di teror oleh iklan-iklan yang menampilkan berbagai macam kefanaan hidup. Tak bisa dipungkiri bahwa media menunjang akan intelektualitas suatu orang-orang didalam suatu area yang dia jangkau. Memberi banyak informasi akan negara, politik, hukum, internasional, olahraga, hingga masak-memasak, membuat orang-orang tanpa berpikir panjang lebar untuk mengonsumsinya secara rutin. Entah media cetak ataupun media elektronik semuanya diterima dengan baik oleh khalayak ramai demi memuaskan dahaga akan berbagai macam informasi.

“Bagaimana jadinya kalau media digunakan secara tak bertanggung jawab oleh orang-orang yang ingin merebut hati khalayak ramai ?”

Tragedi ini lah yang mengidap oknum “keramahan belaka.” Menebarkan keramahan hanya di saat waktu dan tempat yang telah di rencanakan sebelumnya layaknya acara relaity show kacangan yang suka berseliweran di layar kaca. Melakukan berbagai macam bentuk “keramahan,” dimana-mana hanya untuk mencapai agenda yang telah direncakan dan tidak sungkan menyebarkan senyum semerbak di depan “media.” Mulai dari menolong orang yang jatuh ke gorong-gorong, membantu si nenek berjualan kue, tetapi karena lelah berjalan akhirnya dibeli semua dagangannya, terjun langsung ke daerah yang tergenang banjir walaupun ketinggiannya sampai seleher orang dewasa. Semua itu dilakukan hanya untuk mendapat simpati publik.

Akhirnya …

Publik memercayai pepesan kosong itu, karena telah beranggapan bahwa semua yang terpapar di media benar adanya. Seiring berjalannya waktu ramah-tamah dimanipulasi untuk mendapat puji-pujian, simpati, empati, dan meraup keuntungan.

Jadilah…

Remah-remah

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Dalam tahap pencarian benang merah antara hukum, musik, dan fotografi.