Rasanya Berjuang Mencukupi Kebutuhan dengan Gaji Pas-pasan, Sementara yang Lain Sibuk Hamburkan Uang

Saat godaan membeli keinginan datang, dalam hati teringat akan keluarga yang harus kuutamakan.

Ketika masih di taman kanak-kanak dulu, tahunya setelah lulus ya melanjutkan ke sekolah dasar. Setelah dari sekolah dasar, ingin segera naik ke tingkat SMP. Ketika melihat sepertinya masa-masa SMA sangat indah (katanya), ingin segera masuk SMA. Setelah SMA ingin kuliah ke perguruan tinggi yang diinginkan. Setelah kuliah, bisa mendapatkan pekerjaan yang gajinya besar. Sepertinya keinginan itu sangat mudah untuk dibayangkan.

Tapi kenyataan tidak bisa melanjutkan kuliah setelah dari SMA, sempat membuat saya merasa iri sekan tak ada masa depan untuk saya.

Berbeda dengan teman-teman saya yang lain. Mereka bisa melanjutkan sekolah mereka, tanpa harus pusing bagaimana untuk membiayai kuliah mereka. Tapi saya tahu tidak semua sih. Ada juga dari teman-teman saya yang kuliah, juga mereka bekerja. Dan saya tahu itu juga tidak mudah bagi mereka. Karena mereka harus bisa membagi waktu dan juga uang mereka. Antara bekerja juga menuntut ilmu pastinya.

Sebagai manusia, memang pada dasarnya selalu ingin dipenuhi segala keinginannya. Demikian dengan saya pribadi. Setelah lulus SMA 5 tahun yang lalu kalau ditanya, apakah saya masih ingin kuliah? Jawaban saya pasti "Iya." Karena bagi saya sampai kapanpun tidak ada kata terlambat untuk belajar.

Tapi saya tidak bisa bahkan tidak boleh egois dengan keinginan saya yang satu ini. Bukan berarti saya tidak percaya dengan kehendak Tuhan yang bisa saja mungkin 2 tahun atau beberapa tahun lagi saya bisa kuliah. Tapi ini lebih kepada kebutuhan keluarga, yang mengharuskan saya bisa lebih dewasa dalam menyikapi kehidupan. Bukan keinginan semata tapi kebutuhan.

Kenyataan bahwa dengan bertambahnya usia saya, otomatis usia orangtua saya juga bertambah. Kesehatan juga mulai terganggu tidak seperti waktu muda. Bahkan saat sakit melanda salah satu atau bahkan kedua orangtua saya, membuat saya tidak tahu akan seperti apa saya nantinya tanpa mereka.

Keadaan seperti inilah yang membuat saya bahkan tak tega untuk membuat mereka semakin bingung bahkan sedih, karena tidak bisa menyekolahkan saya.

Keputusan saya untuk akhirnya bekerja, membuat saya lambat laun tak terlalu pusing lagi memikirkan soal kuliah. Yang saya pikirkan sekarang adalah bagaimana saya bisa membantu orangtua saya. Dalam hal ini adalah dengan saya bekerja.

Saya sadar gaji yang saya dapatkan tiap bulannya, tidak akan bisa menggantikan setiap tetes air susu bahkan peluh dari orangtua saya. Tapi disini saya sadar akan kewajiban saya, setidaknya saya bisa sedikit meringankan beban mereka.

Terkadang bila tidak sengaja mengetahui perbincangan ayah serta ibu saya mengenai keuangan keluarga yang sedang dalam masalah, saya merasa seperti tidak bisa berbuat apa-apa. Apa yang bisa saya lakukan untuk membantu mereka? Bahkan ketika mengetahui sampai berhutang kepada tetangga atau saudara. Itu membuat saya berpikir keras dengan cara apa saya bisa membuat mereka jangan sampai berhutang pula.

Untuk itupun sejak dari kecil pula saya sudah diajarkan bagaimana hidup mandiri. Bahkan untuk membeli peralatan sekolah harus dari uang tabungan sendiri. Jadi tidak akan kaget jika terjadi sesuatu dengan keuangan yang masih belajar untuk saya kelola, saat sudah bekerja seperti ini.

Saat ini saya bekerja pun bisa dibilang tidak cukup untuk kebutuhan sendiri. Tapi saya harus berjuang bagaimana bisa memutar uang untuk kebutuhan keuarga saya. Jujur saja upah saya memang masih dibawah UMR, tapi disini saya harus memutar otak bagaimana bisa untuk kebutuhan saya, juga untuk membantu keuangan keluarga. Apalagi sekarang ibu saya belum bisa bekerja, karena tempat beliau bekerja harus tutup sementara, tanpa tahu kapan akan dibuka.

Melihat teman-teman saya yang bisa jalan-jalan, makan enak di restoran mahal, terkadang membuat saya iri kepada mereka. Enak ya mereka bisa makan, tertawa, menghabiskan uang tanpa khawatir besok makan apa. Sedangkan saya sendiri disini berjuang bagaimana bisa memutar uang untuk kebutuhan juga keluarga. Jadi tidak bisa enak-enakan begitu saja.

Bahkan ketika godaan membeli keinginan itu datang, pikiran ini otomatis tertuju pada orangtua. Bagaimana seharusnya uang ini untuk membantu meringankan beban mereka. Bukan untuk bersenang-senang semata. Tanpa tujuan dan manfaatnya.

Sebenarnya orangtua saya sendiri tidak pernah meminta saya untuk mengorbankan gaji saya untuk membantu mereka. Tapi saya sadar bahwa ketika saya tahu bagaimana susahnya mencari rupiah, saya tidak ingin sekali-kali membuatnya terbuang percuma.

.Apalagi saya sadar orangtua saya dalam bekerja karena usia dan keadaan juga tidak bisa selalu lancar dalam pekerjaannya. Maka dari itu, sebisa mungkin saya tetap akan berusaha membantu mereka sesuai dengan kemampuan saya. Mencari pekerjaan sampingan lain dengan membuat karya lukis juga.

Apapun pekerjaan dan seberapapun gaji kalian sekarang ini, orangtua kalian tetap bangga kawan. Belajarlah menghargai kerja kerasmu sendiri. Jangan sedih jika saat ini kalian tidak bisa bersenang-senang layaknya mereka diluar sana. Tapi belajarlah cukupkanlah dirimu untuk hari ini. Biarlah Tuhan yang menambahkan nikmat-Nya sekalipun dalam lelah dan peluhmu saat ini.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Bukan sekedar hobi melainkan memberi arti.