“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.”- Soekarno
Merupakan quote yang seharusnya tidak asing bagi hampir seluruh rakyat Indonesia, walau hanya pernah mendengarnya sekali dan tidak tahu dari siapa pernyataan ini berasal. Pernyataan Presiden RI pertama ini benar adanya jika kita mau menelaahnya.
“Menghormati jasa pahlawan” berarti mengetahui perjuangan para pahlawan, mengetahui perjuangan mereka berarti tahu kesulitan yang mereka hadapi dan pengorbanan apa yang mereka berikan untuk melewati kesulitan tersebut. Dengan mengetahui apa yang mereka rela korbankan seharusnya menyadarkan kita seberapa penting apa yang mereka perjuangkan, seberapa penting sebenarnya negara kita.
Setelah mengetahui itu sepatutnya kita melanjutkan perjuangan mereka dengan membangun negara yang para pahlawan terdahulu perjuangkan menjadi negara besar yang bisa dibanggakan. Tentu saja hal filosofis yang dijabarkan di atas tidak berlaku ke semua orang.
Tidak semua orang mau bergerak hanya karena tersentuh oleh kata-kata orang lain, tapi setidaknya kata-kata tersebut bisa menjadi bahan pikiran ketika membuat pilihan.
Setidaknya mengetahui bahwa Jendral Soedirman memimpin pasukannya bergerilya melawan Belanda dengan keadaan satu paru-paru yang rusak karena TBC membuat kita tahu Jendral Soedirman memiliki harapan besar terhadap Indonesia sebagai sebuah negara.
Selagi membaca sejarah para pahlawan kita akan menemukan berbagai quote dari para pahlawan yang akan kembali mengingatkan bahwa para pahlawan terdahulu sangat berharap banyak terhadap Indonesia, ingin negara ini menjadi negara yang melindungi sertamenyejahterakan seluruh rakyatnya dan berharap anak-cucunya di masa depan, kita pemuda di jaman sekarang, yang mewujudkannya.
“Pattimura-Pattimura tua boleh dihancurkan tetapi kelak Pattimura-Pattimura muda akan bangkit.”— Kapten Pattimura
Lewat berbagai quote-nya para pahlawan berulang kali menyatakan bahwa pemuda adalah yang bisa mewujudkan Indonesia yang sesungguhnya dan banyak memberi nasihat untuk pemuda.
“Agama dan nasionalisme adalah dua kutub yang tidak bersebrangan. Nasionalisme adalah bagian dari agama dan keduanya saling menguatkan.”— KH. Hasyim Asy’ari
Permasalahan agama yang 2 tahunan ini memanas bukan masalah baru, itu masalah sejak Indonesia berdiri, permasalahan agama selalu terjadi dan sama panasnya. Namun peristiwa saat itu tidak menimbulkan sederet kasus kecil berhubungan dengan permasalahan agama seperti yang terjadi saat ini atau setidaknya saat itu tidak semua kasus yang berhubungan dengan permasalahan agama diberitakan seperti sekarang.
Situasi sekarang lebih dipengaruhi oleh politik, jadi tidak perlu terlibat perang opini di sosial media. Agama adalah hal yang sangat sensitif, setiap penganut menganggap agamanya suci, jika kita yang tidak menganut ikut membahasnya, hal itu hanya akan menjadi seperti orang asing yang masuk ke wilayah privat orang lain.
Berbagai agama hanya dapat hidup berdampingan dengan tenang jika tiap agama, tiap aliran berjalan sejajar tanpa ikut campur satu sama lain. Politik membuat agama terlihat seperti alasan yang memecah negara, padahal seperti menurut KH. Hasyim Asy'ari di atas, agama Islam mengajarkan cinta tanah air dan tunduk kepada pemerintah selama tidak melenceng dari syariat.
Karena itu kita anak muda harus dapat berpikir logis, tidak terpancing dan tidak perlu ikut menyalahkan siapapun. Permasalahan tidak akan selesai dengan meladeni perang opini di internet.
“Tiap persatuan hanya akan bersifat taktis, temporer dan karena itu insidental. Usaha-usaha untuk menyatukan secara paksa hanya akan menghasilkan anak banci, persatuan semacam itu akan terasa sakit, tersesat dan merusak pergerakan.”— Sutan Syahrir
Persatuan bukan berarti menyamakan cara berpikir semua orang menjadi satu dan menyatakan bahwa kebenaran atau jalan keluar suatu masalah hanya ada satu. Persatuan menunjukkan bahwa mereka yang ada di dalamnya memiliki tujuan yang sama, bukan cara berpikirnya yang sama.
Jika suatu negara menyatukan masyarakatnya dengan menyamakan cara berpikirnya berarti itu merupakan negara diktator dan Indonesia sudah pernah mengalami jaman diktator. Indonesia dibentuk oleh keinginan untuk membangun negara yang tidak kalah dengan negara lain, dapat melindungi dan menyejahterakan rakyatnya dan menciptakan masyarakat yang mandiri.
Seperti kata Sutan Syahrir di atas, menyatukan secara paksa hanya akan melahirkan anak banci, masyarakat saat itu tidak bisa berdiri sendiri dan tidak bisa berkembang setelah terlalu lama bergerak dengan kursi roda yang di dorong pemerintahan sebelumnya, tidak menciptakan kemandirian
Selama ini selalu ada ide-ide untuk mengubah Indonesia menjadi negara Islam. Pemaksaan ide ini bahkan tidak membentuk persatuan dan malah memecah Indonesia. Mungkin memang pada jaman Rasulullah SAW. pemerintahan syariah menunjukkan pemerintahan yang baik, pemerintahan ini tidak cocok dengan Indonesia.
Gagasan ini menerima penolakan keras, jika dilaksanakan hanya akan membuat Indonesia kehilangan rakyatnya atau bahkan dapat menimbulkan perang saudara, akhirnya hanya akan memecah-mecah Indonesia.
Pada dasarnya memaksakan ideologi selain ideologi Pancasila pada Indonesia yang masyarakatnya sangat berbeda-beda itu tidak mungkin. Selama ini Indonesia terkenal dengan ribuan perbedaannya mengapa masih ada saja keinginan untuk mengubah keistimewaan kita.
“Jika orang lain bisa, saya juga bisa, mengapa pemuda-pemudi kita tidak bisa, jika memang mau berjuang.”— Abdul Muis
“Jika kalian ingin menjadi pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator.”— HOS. Tjokroaminoto
Abdul Muis adalah wartawan Indonesia yang selalu mengkritik pemerintah Belanda dan menuliskan penderitaan rakyat pada masa penjajahan. Pada quote di atas dia bermaksud agar pemuda juga mau bergerak, walau hanya lewat tulisan.
Kita pemuda bisa menyumbang untuk bangsa dengan tulisan, lewat opini dan kritik terhadapat pemerintah misalnya. Terutama dengan adanya dunia maya apa yang kita tulis dan publikasikan sendiri di internet dapat dibaca oleh banyak orang.
Walau belum tentu tulisan itu sampai ke pemerintahpun, paling tidak jika dipublikasikan dan dibaca orang lain akan menjadi acuan orang lain. Namun seperti kutipan “menulislah seperti wartawan“, ketika menulis kita harus bisa mempertanggungjawabkan tulisan itu.
Walaupun hanya dipublikasikan di blog atau akun sosial media pribadi apa yang kita tulis harus logis dan sesuai dengan fakta, tulisan kita tidak bisa untuk menyerang orang.
Banyak permasalahan Indonesia yang merupakan masalah turun-temurun dari jaman baru kemerdekaan. Para tokoh saat itu masih belum sanggup menyelesaikan masalah tersebut dan mau tidak mau harus menyerahkan perjuangan selanjutnya pada pemuda-pemudi selanjutnya.
Sekarang adalah giliran kita melanjutkan perjuangan para tokoh terdahulu karena sekarang adalah jaman kita. Perjuangan kita tidak perlu mengorbankan nyawa, kita hanya perlu menjaga apa yang para pahlawan dulu perjuangkan dengan membayar nyawa.
Para pahlawan dulu juga bukan hanya meninggalkan kita negara tempat bernaung, tapi juga kisah untuk dijadikan teladani serta nasihat untuk diikuti. Sudah banyak hal yang para pahlawan berikan untuk Indonesia dan juga kita anak-cucu mereka, sekarang adalah giliran kita memberi sesuatu untuk negara ini dan anak-cucu kita nanti.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”