UNTUK PEREMPUAN YANG SEDANG AKU CINTAI
Tahukah engkau? Wahai misteri hidup yang manis
Betapa aku berlari sangat cepat di antara deras hujan bergaris
Menggenggam rindu yang begitu puncak berlapis
Menuju pelangi yang tergerai di bibirmu yang manis
Telah kurenangi genangan tangis yang begitu haru
Kutanggalkan jubah penuh belati sembilu
Setelah engkau menebas gelapku dengan cahaya senyummu
Cintaku yang terlunta kini telah bermuara padamu
Tahukah engkau? Wahai misteri hidup yang penuh puisi
Hujan mewartakan kehangatan di sanubari
Takkala kau peluk diriku dengan penuh helaan suci
Tiada kata yang terucap sebagai perumpamaan diri
Engkau adalah misteri yang selalu aku puisikan
Beribu sajak alam semesta melarik keindahan
Lingkaran waktu mengalungiku harum bunga di taman
Memuja kasihku bersandang gemintang cinta pujaan
AKU MENCARIMU DENGAN MELANGKAH DIAM. Aku bosan berlari mengejar mimpi, dan kusempatkan berteduh di bawah pohon berdaun lebar bergaris-garis merah. Bekal minum yang kubawa tinggal seteguk, bukan air sumur ataupun susu apalagi kopi. Dari yang aku dengar, ini adalah air kehidupan, dan ketika meminumnya seakan lupa pada apa yang telah terjadi.
"Hey kawan, apa yang kau minum sebagai pelepas dahaga?" Sebuah tanya terlontar dari si penunggu pohon, yang jelas sekali bukanlah temanku seperjalanan. "Ini adalah airmata, yang kuambil dari mata air mata. Yang sampai saat ini masih mengalir bening."
Aku mengambilnya dengan tangan gemetar dengan napas yang begitu tersengal. Dari jawabanku, semoga dia mengerti dan mau memberiku kesejukan dengan rimbun daun pohonnya. Seteguk habis, akupun terlelap setelahnya. "Bangun sayang .., sedang apa di sini?"
Suaranya begitu lembut membangunkanku, tiada asing lagi segera kupeluk erat dengan mata berbinar. Tak ada sepatah katapun yang mampu aku ucapkan, hanya pelukanku yang semakin erat tak mau melepaskannya. "Mimpi…!!!?" Nyatanya aku memeluk daun-daun yang berguguran. Hanya mimpi…!!!? Mimpi yang selama ini kucari, yang begitu melelahkan.
Dengan sisa tenaga dari seteguk airmata, kupelankan langkahku tanpa bersuara dan kutinggalkan rimbunya pohon tanpa sepatah kata. Di ambang senja, langkahku terhenti. Betapa aku mendadak pasi, tubuh gemetar, pandangan mataku terhalang airmata yang terperah dari aliran darah.
Samar kulihat, sebuah mimpi telah menjadi serpihan yang berserakan di hamparan bintang. Aku tertunduk, meratapi. Esok pagi, hangat mentari memantul di dedaunan kemudian kicau burung bersahutan meloncat dari ranting ke ranting. Aku berdiri … Merentangkan tanganku bertelanjang dada. Agar hangatnya mentari pagi memeluk hatiku yang beku.
Aku harap … Senjaku nanti, aku mengenangmu dengan tersenyum bersama deburan ombak yang dulu sering engkau ceramahi. Pantai … Ya.., pantailah tempat terakhirku melangkah dan kularungkan rindu, mimpi, cinta, di lautan lepas. Agar kelak, birunya langit menampakkan wajahmu. #rontokankuekering
Oleh: Wawan Tallawengkaar
Demak 18 Mei 2018
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”