Panggil Aku Senja, Si Cahaya Jingga Yang Menghangatkan Jiwa

Kepada jiwa-jiwa yang resah, izinkan aku untuk sedikit menuliskan rasa gundah yang membelenggu jiwa yang pasrah.

Terkadang, kita mencoba untuk memustahilkan hal-hal yang sebenarnya tidak mampu kita wujudkan. Namun, tetap saja kita usahakan. Berusaha sekuat tenaga untuk membuatnya menjadi nyata,meskipun banyak hal yang harus di korbankan. Semua itu di lakukan hanya untuk mengharapkan satu hal sederhana, namun sangat bermakna, yaitu…

Senyumannya.

Coba bayangkan, ketika bersama dirinya, setiap jam yang di lewatkan hanya terasa seperti seperkian detik saja. Beberapa hari terpisah, rasanya seperti bertahun-tahun tak berjumpa. Memang waktu yang berjalan begitu cepatnya, apa memang dirinya yang membuat kita begitu terlena?

Degub jantung ini bagaikan gemuruh Samudera, ketika jemari-jemarinya menyentuh tubuh kita dengan lembutnya. Tatapan matanya, seakan membuat kita terpaku dan terhipnotis. Setiap kata yang ia ucapkan, seakan melemahkan setiap syaraf yang terdapat pada tubuh kita. Entah mengapa, Tuhan begitu baiknya mempertemukan kita dengan mahluk ciptaan-Nya yang begitu menggetarkan jiwa.

Aku bersyukur karena Tuhan menciptakan kita dengan berbagai macam ketidaksempurnaan. Tujuannya, agar kita bisa bertemu dan saling melengkapi satu sama lain. Sehingga, kita menjadi sempurna dan lengkap seutuhnya.

Berbagai cara kita lakukan, agar dirinya tetap merasa nyaman dan membuat hati kita terasa utuh. Namun terkadang, sang Sutradara Alam Semesta, telah menyiapkan berbagai macam skenario yang siap kita jalani. Kita semua pasti sudah tau, ada dua hal yang akan terjadi ketika kita menemukan seseorang yang telah mencuri hati, yaitu…

Dipertemukan untuk bersama, atau di pertemukan untuk mengambil hikmah dari sebuah perjumpaan.

Mungkin untuk saat ini, Tuhan memberikanku sebuah pembelajaran dari sebuah perjumpaan. Dia yang kupikir bisa menghabiskan waktu hidup bersama, ternyata harus pergi meninggalkan segala kenangan dengan alasan yang mengiringinya. Jemari yang dahulu begitu erat menggenggam, perlahan terlepas. Pelukan yang tidak menyisakan jarak, perlahan melahirkan sebuah jarak yang seharusnya tidak tercipta.

Hal tersebut membuatku tersentak dan seakan tidak percaya.

Saat kita bersama, banyak hal yang telah kita wujudkan berdua. Impian-impian besar pun telah kita rencanakan dengan begitu semangatnya. Masa-masa terberat sampai yang terindah pun, kita lalui bersama, seakan seperti mempunyai kekuatan untuk menembus zona ketidakmungkinan. Mungkin sesekali kita bertengkar karena perbedaan persepsi, namun hal tersebut langsung sirna, karena rasa cinta kita yang jauh lebih besar daripada Ego masing-masing. Hal sederhana yang kita lakukan pun terasa begitu istimewa karena melakukannya dengan rasa Cinta dan kasih sayang.

Namun untuk saat ini, mungkin saatnya kebersamaan itu haruslah usai. Awalnya aku membenci diri sendiri karena tidak mampu mempertahankan dirimu dari sisiku. Segala cara aku lakukan agar dirimu tetap di sini. Namun apa daya, kalau tekadmu lebih kuat untuk melangkahkan kaki dan memutuskan untuk pergi dari hidupku.

Perpisahan mungkin adalah cara agar dirimu jauh lebih bahagia.

Sayang, ketahuilah……

Kebahagiaanmu adalah bentuk kesempurnaan yang mampu membuat hatiku melambung. Meskipun suatu saat nanti, kamu akan jauh lebih merasa bahagia walau bukan karena diriku, namun aku jauh lebih rela melihat dirimu lebih hidup dengan pilihan baru yang mampu menjaga hatimu seutuhnya. Akan jauh lebih mengharukan dan terasa begitu mendamaikan jiwa, layaknya Cahaya Bulan yang menyinari Gelapnya Malam.

Aku ibaratkan diriku ini seperti Matahari. Aku biarkan cahaya ini menerangi jiwa dan menghangatkan hatimu. Aku biarkan cahayaku memelukmu. Namun ketika Petang menjelang, ku biarkan diri ini perlahan tenggelam ke dalam Samudera. Cahayaku sedikit demi sedikit sirna, menghasilkan suasana yang kamu kenal dengan Senja. Suasana Senja yang aku harap mampu mendamaikan hatimu, dan agar kamu masih bisa merasakan, bahwa rasa cinta ini akan tetap ada, meskipun aku tidak ada lagi di hidupmu.

Sekarang Matahari telah sempurna tenggelam ke dalam Samudera, agar Bulan dapat bersinar dengan indahnya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Secangkir kopi dan suguhan senja. Kemarilah, kita nikmati kebahagiaan dalam bentuk yang sederhana

3 Comments

  1. Ongky Grand Edon berkata:

    Pecinta Senja mbak ?? Keren.