Negeriku Membutuhkan Orang yang Pintar dan Orang yang Jujur

"Kemenangan tidak ditentukan oleh banyaknya tepukan tangan atau karangan bunga, tetapi kemenangan ditentukan oleh sikap tetap menang walaupun dalam kekalahan. Tiga tahun lalu kakakku mencoba mencalonkan diri sebagai kepala Desa di daerah kami. Walaupun aku sangat tau, bahwa semua itu bukanlah keinginannya semata. Berbagai alasan telah membulatkan tekadnya untuk mencoba 'bersaing'dengan kompetitornya.

Setiap proses kampanye kita lewati bersama. Bedanya kakakku dengan calon-calon yang lain adalah ketika dia berkampanye, aku amati dia tidaklah pernah menyampaikan visi dan misinya. Dia hanya mengobrol dengan pembahasan dan topik yang sederhana saja, tanpa pernah mengarah kepada pembahasan tentang pemilihan kepala Desa. Setiap obrolan mereka nampak selalu hangat, ditemani singkong goreng, kopi hitam dan dibarengi dengan bermain catur serta gelak tawa yang pecah menertawakan obrolan khas bapak-bapak. Hampir tidak pernah ada obrolan serius sidang paripurna, atau seserius obrolan sekelas pemilihan Kepala Desa.

Namun begitu, disela-sela obrolan mereka, sesekali beliau bertanya sebenarnya sosok pemimpin yang seperti apa yang mereka inginkan. Berbagai jawaban terlontar dari mereka. Dengan gayanya yang sangat sederhana, beliau menampung semua jawaban dan keluhan-keluhan mereka. Sebagai adik, tentunya aku pun penasaran. Jika di berbagai daerah, atau di acara televisi saja mereka-mereka yang sedang berkampanye biasanya suka menyampaikan visi dan misinya, namun mengapa beliau tidak. Tapi aku enggan bertanya, sampai pada suatu hari, ada seseorang yang mewakili aku untuk bertanya kepadanya tentang pertanyaanku. Sebelum menjawab, sebagaimana biasanya beliau selalu tersenyum dan nampak ramah menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang ada.


"Bukan apa apa den, tapi bagi saya itu bukan waktu yang tepat untuk menyampaikan visi dan misi, terlebih saya tidak mau kalau hanya mengumbar janji. Sebagai calon Pemimpin, saya harus menjadi Pemimpin yang jujur. Bagaimana kalau nanti saya sudah menyampaikan visi dan misi saya, dan saya terpilih, tapi saya tidak bisa membuktikannya, tidakkah saya berdusta. Saya tidak mau seperti itu, saya akan selalu menjunjung tinggi kejujuran".


Mendengar jawabannya, aku hanya bisa menarik nafas dalam-dalam dan hatiku tidak bisa melepaskan rasa bangga kepadanya. Hari berganti, waktu berkampanye telah berakhir. Dan hari pemilihan telah tiba. Pagi itu kami semua sudah siap mengantar beliau untuk bertarung mengambil hati banyak orang. Lagu lama, untuk orang awam, selalu saja mereka tidak pernah mau berproses, tidak pernah mau berpikir panjang. Mereka hanya tau dan menunggu pagi itu siapa yang akan memberikan 'serangan fajar' maka itulah yang akan mereka pilih.

Terang saja, pagi itu terasa ganjil, banyak kerumunan warga yang berdesakan seperti tidak sabar menunggu antrean. Pernah ada seseorang yang memberikan pengertian yang sama kepada kakakku, namun dengan senang hati, beliau menolak. Hari itu rasanya cepat berlalu, senja sudah mulai menampakan dirinya. Sebelum Maghrib, akhirnya suara terbanyak diumumkan oleh Panitia penyelenggara. Dan yang terpilih bukanlah kakakku. Diantara lima calon yang ada, beliau mendapatkan suara terbanyak kedua dengan selisih yang sangat tipis. Dengan hasil tersebut, sebagai adik tentunya aku kecewa.

Namun ketika melihatnya tetap tersenyum, kecewaku rasanya mulai menghilang. Lagi-lagi aku bertanya dalam hati.


"Bagaimana bisa dia bersikap seperti itu? " Kali ini aku memberanikan diri bertanya langsung kepadanya. Dan jawabannya kembali membuatku terdiam bangga. "Alhamdulillah, saya lega. Dengan perolehan suara yang saya dapat, berarti di Desa kita ini, masih banyak orang jujur. Masih banyak orang-orang yang kejujurannya tidak bisa dibeli dengan uang, dan disini, saya lah pemenangnya".


Dengan jawabannya yang membuatku terdiam, akhirnya aku semakin yakin, bahwa di negeriku tidaklah kekurangan orang yang pintar, namun Indonesiaku kekurangan orang yang jujur.


Karena kemenangan sesungguhnya adalah hasil yang kita peroleh dengan cara yang jujur. Bukan dengan membenarkan segala cara untuk mendapatkan apa yang kita inginkan.


Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penutur kalimat dari baris alfhabet yang masih terurai.

32 Comments

  1. Muhammad Maulana berkata:

    Semoga makin Sukses kaka 🙂

  2. Diantinana berkata:

    Kereeeen…. Orang jujur emang makin susah dicari…. Apalagi sekarang dengan kearoganan penguasa makin susah ajj….terus berkarya ya say….

  3. Dede Firmansyah berkata:

    Lanjutkan, i’m proud off you�

  4. Erica Tjahjadi berkata:

    Bosen main game online yang gitu-gitu aja sist or gan , tapi kalau hadiahnya uang jutan rupiah kenapa tidak ??
    kunjungi www(dot)dewa168(dot)com

  5. Elliyanti berkata:

    Kreeen neng…

  6. Bagus sekali yah, smoga kamu juga orang jujur yang pernah aku kenal di sini

  7. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu memimpin hatinya…

  8. Joe L berkata:

    Ganbatte mba, do the best