Coret Seragam Sekolah Saat Pengumuman Ujian Nasional
Pengumuman kelulusan Ujian Nasional (UN) di Indonesia seringkali diwarnai aksi coret-coret baju seragam sekolah seusai pengumuman kelulusan. Aksi ini menjadi hal yang lazim dilakukan oleh peserta didik (laki-laki dan perempuan) ditingkatan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di berbagai daerah di Indonesia. Fenomena ini dilakukan peserta didik sebagai bentuk rasa senang dinyatakan lulus dari satuan pendidikan tertentu.
Aksi tidak terpuji ini, meninggalkan cerita menarik untuk direnungkan sekaligus menjadi bahan kajian/telaah bagi orang tua, masyarakat, akademisi, pemerhati pendidikan, pemerintah dan bahkan seluruh komponen bangsa. Tentunya kajian terhadap fenomena coret mencoret baju seragam sekolah tidak serta merta yang disalahkan adalah peserta didik. Namun, menjadi bahan perbaikan untuk orang tua, pemerintah, dan seluruh lembaga pendidikan di Indonesia.
Penulis mencatat beberapa hal penting sebagai pertimbangan demi perbaikan ke depannya. Dari segi orang tua, sebagai bahan koreksi untuk keoptimalan perhatian orang tua pada anak dan minimnya penanaman nilai luhur bangsa pada anak. Dari segi pemerintah, perlu adanya amandemen yang hidup dengan konsekuensinya terhadap fenomena-fenomena sosial yang tidak terpuji. Selain itu, menjadi catatan refleksi terkait tujuan nasional pendidikan dengan tuntutan pendidikan melalui pelaksanaan ujian-ujian yang berlangsung. Fenomena coret mencoret baju seolah-olah Indonesia meninggalkan kesan bahwa Indonesia #Merdeka Tapi peserta didik terjajah selama menuntut pendidikan. Karena itu, pengumuman kelulusan bukan dinikmati sebagai ucapan syukur tetapi muncul fenomena-fenomena yang tidak dibanggakan.
Gambar 3. Peserta pawai pembangunan di Soe pada tanggal 18 Agustus 2018 dengan sound system dan joget-joget tidak bermartabat di jalanan
Memang ada peserta pawai yang menghargai dan merespon kemerdekaan dengan mengikuti kegiatan ini secara baik dan benar. Akan tetapi kebanyakan (100 lebih kelompok) adalah unsur pemuda dengan sound systim diatas truk dan atraksi joget (Julius Taneo, fakta-tts.com). Ini merupakan kebiasaan yang terus terjadi dan memupuk generasi bangsa yang tidak berkarakter sesuai dengan nilai luhur bangsa Indonesia.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”