Atas dasar senasib dan sepenanggungan kerap dijadikan sebagai modal awal untuk dapat bersatu demi tercapainya Indonesia yang merdeka. Yepp! Dengan dorongan, upaya serta semangat kemerdekaan menjadi sumber kekuatan untuk dapat lepas dari cengkrama penindasan dan belenggu para penjajahan.
Hiruk-pikuk perjalanan para pejuang dilewati nyaris memporak-porandakan bangsa demi adanya Indonesia yang freedom. Kini Indonesia 73 tahun telah merdeka. Cara terbaik dalam memperingati hari kemerdekaan adalah dengan mengisinya. Begitulah nasihat para tetua bukan sekedar perlombaan makan kerupuk semata.
Indonesia bukan lagi era kolonial melainkan era lifestyle. Sangat sulit mendeteksi apakah seseorang memiliki kosistensi secara verbal maupun perilku dalam kehidupan sehari-hari. Indonesia memiliki satu fenomena yang masih saja akan terus kalah meski telah merdeka sekalipun. Ya, fenomena yang akan semakin membobrokan mental dan karakter, kepribadian bangsa. Indonesia memasuki krisis identitas dan keteladanan loh gengs. Why? Mungkin penyebabnya karena kita adalah individu yang memiliki karakter egois.
Wajar, itu ciri manusia bukan? Kita terbiasa menuntut, menuntut dan menuntut. Apa nggak lelah hidup dipenuhi rasa menuntut. Lantas bagaimana kehidupan mereka yang di tuntut. Pemimpin negara di tuntutt tampil serta melakukan segala hal seperti kehendak bangsa?
Rek, Presiden iku nggak isok mlaku nek dewean, mbok yo awakmu kancani. Nek nggak sesuai, mbok salahno. Coba’o awakmu sing dadi pemimpin? Wong mimpin awak’e dewe raiso ih! Opo’o? Nggak trimo? Bayangkan kita nggak mau menerima disalahkan tapi mengapa kita selalu menyalahkan? Senggol dikit, bacok ! dikit-dikit, ngambek. Apaan ini? Seperti itukah merdeka? Korupsi merajalela, meluasnya peredaran narkobadi pelosok, aksi terorisme dimana-mana, sikap intoleransi beragama yang membawa kehidupan bangsa semakin merosot, semakin banyak angka kemiskinan. Itukah yang disebut telah merderka? Kita bukan negeri para bedebah! Jangan meruntuhkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dengan menunjukan sikap rendahnya karakter.
Merdeka, mereka bilang? Nggak tahu malu saja. Merdeka macam apa yang kita semua pikirkan? Meniti lorong waktu lubang buaya, lihatlah betapa kejamnya pembantaian bukan? Dan kita masih menganggap telah merdeka? Naif ! bagaimana kita bisa mengatakan merdeka bila diri kita masih saja membantai diri sendiri dengan bad personality? Kembali pada pertanyaan: bagaimana mengisi kemerdekaan? The simple formula gengs, mulailah dari diri kita masing-masing.
Mengisi kemerdekaan mulai dari diri sendiri, artinya belajarlah berkomitmen untuk menguatkan karakter dengan bersikap. Mungkin bisa memulai dari hal-hal yang sederhana dulu seperti bagaimana cara berbicara, bagaimana cara menyampaikan pikiran melalui tulisan, bagaimana cara berjalan, dan semua hal yang biasa kita lakukan sehari-hari. Nah, kalau semuanya kita lakukan dengan baik dan benar, tanpa mengusik kenyamanan orang lain, itulah hakikatnya karakter yang sesuai dengan jiwa kemerdekaan. Bukan dengan mengisi membully apa yang menjadi kekurangan yang lain, rek. Hiduplah dengan menjalin kebaikan Hamblum minalla, Hamblum minannas.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”