Hai kamu..
Mahluk yang tidak bisa kutebak.
Aku hanya ingin bilang, menunggu itu tidak enak
Malam minggu kali ini kita bertemu lagi.
Dan untuk yang kesekian kali, kau yang mengajak duluan.
Aku menatapmu.
Ternyata masih sama.
Senyumanmu itu masih membuatku sempurna berhenti bernapas.
Hei, aku sudah hapal alur ini.
Kita bertemu, bercerita ini dan itu, tertawa, kadang juga berdiskusi tentang kehidupan, ngobrol hingga larut malam, lalu pulang.
Aku bahkan sudah paham tentang topik yang akan kita bicarakan hanya dengan melihat ekspresi wajahmu.
Aku selalu berusaha menjadi teman setia dan pendengar yang baik, sesekali kuberi sedikit nasihat dan masukan di tengah obrolan kita.
Kau juga tidak jarang membayar biaya nongkrong kita.
Dari yang kulihat, sepertinya kau merasa nyaman denganku. Pun begitu aku.
Hari demi hari kita lalui dengan cepat.
Sering kau menolongku mengerjakan tugas, menemani mengantar servis printer yang rusak, berburu kuliner unik di cafe baru, hingga menemani waktu kesendirianku.
Kamu baik hati, itu yang kurasakan dalam setiap hal.
Seakan kita selalu ada waktu untuk satu sama lain.
Namun aku bingung dengan perlakuan dan perbuatan baikmu.
Sampai kapan kita akan menjalani waktu dengan hanya "begini" saja.
Kuharap kau mengerti maksudku.
Sering aku pura-pura memberi kode di sosial media atau bahkan saat kita bertemu langsung.
Aku ingin kita menjalin hubungan dengan lebih serius, karena tak ingin kehilanganmu.
JIka kurang jelas, kukatakan bahwa aku sayang padamu.
Tahukah kau bahwa aku ingin mengagumi wajahmu secara langsung, tanpa diam-diam takut ketahuan olehmu.
Sudah tak terhitung aku stalking foto-foto instagram dan facebook-mu, kegiatan rutinku sebelum tidur.
Bolak-balik kulihat display picture BBM-mu, apa sudah ganti atau belum dengan fotomu yang baru.
Aku berharap kau punya banyak masalah, aku jahat kan, agar kau bisa curhat lagi padaku.
Dan baru kusadari, bahwa menjadi secret admirer itu ternyata melelahkan.
Tidakkah kau ingin mengetahui mengapa galeri hp-ku kuberi sandi? Karena ada fotomu disana.
Tidakkah kau penasaran mengapa aku selalu bersemangat setiap kita bertemu? Karena aku membayangkan kau akan mengungkapkan perasaanmu padaku dengan cara yang mengejutkan.
Tidakkah kau memiliki perasaan yang sama denganku setelah selama ini? Aku hanya bisa berharap.
Hubungan kita rasanya terlalu sederhana jika dibilang hanya sekadar teman.
Namun terlalu berlebihan pula jika dijuluki sepasang kekasih.
Aku bingung, melebihi bingungnya soal matematika yang rumit saat SMA dulu.
Dan menunggu adalah hal terbaik yang bisa kulakukan untuk saat ini.
Kedekatan kita sudah tidak perlu dipertanyakan.
Apakah aku yang terlalu bodoh untuk menunggu dirimu? Semoga saja tidak.
Kau seperti bermain layang-layang, yang kadang menarik dan mengulur simpul.
Berat memang, namun bagaimana lagi.
Kuharap. saat itu akan tiba.
Satu-satunya alasan aku bertahan dalam hubungan ini adalah karena aku menunggu.
Menunggu tidak sebercanda itu. Ini soal hati.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
“Cinta tetaplah cinta meski waktu berjalan lambat dan menunggu terasa berat aku ikhlas jika pada akhirnya kau untukku” Hanya doa dan sabar yang bisa menjawab semua, jika takdirnya dia yang diciptakan untukmu, dia kan segera melamarnya diwaktu yang tak kau duga dan bagi Tuhan itu tepat 🙂
Mantap Vis, good job
Kerennnnn,,
Terimakasih..
Asseeeeekkkk…
Makasih…
Thank’s.. Kamu seniorku…
Senior apaan, sama aja lah…
Premisnya akrab banget ama kehidupan remaja, kayaknya berdasar pengalaman pribadi yaa?
Waduh waduh,
Mantap dah, heee
cinta bukan sekedar jatuh dan menunggu, cinta butuh dibangun diperjuangkan dan pengorbanan, cinta itu perkara hati. Artikel yg bagus, bisa dipastikan bukan sekedar imajinasi tapi pengalaman pribadi.. Hhehe
Yuhuuuu… Bener bangets..
Terimakasih, tapi ini benar ditulis berdasarkan imajinasi kok.. Hehe..
Shofyan Adib Aduuuh, percayalah..
Adakalanya, imajinasi mampu mengalahkan perasaan bahkan pengalaman cinta sekalipun.
Imajinasi yang liar, pena yang ganas..