Ada hal yang membedakan antara bulan ramadhan dengan bulan biasa, adalah shalat tarawih. Masing-masing tempat ibadah punya ciri khasnya masing-masing dalam melaksanakan shalat tarawih. kebanyakan adalah jumlah rekaatnya. ada yang 8 rekaat, 20 rekaat dan lain-lain. Hal itu sudah sangat biasa ketika segelintir orang setelah berbuka membicarakan mau shalat tarawih di mana?
Tentu saja topik utamanya adalah perbandingan jumlah rekaat dan milih masjid dengan shalat tarawih yang jumlah rekaatnya paling sedikit. Entah kenapa ketika kita membicarakan hal di atas secara otomatis itu menjadi sugesti bagi pendengarnya untuk menghitung setiap jumlah rakaat ketika shalat.
Nah bayangkan ini masih pertengahan puasa lho, masa iya setiap kita melakukan shalat tarawih yang niatnya mau ibadah setelah shalat isya. Tapi ketika shalat yang ada dipikirannya cuma menghitung sudah sampai rakaat berapa.
Pemikiran tadi (sampai rekaat berapa ya) muncul karena kita sementara menjadikan shalat bukan kegiatan yang diutamakan. Akhirnya ketika shalat tarawih berakhir muncul perasaan lega dan kita kembali ke kegiatan-kegiatan utama kita, seperti main lah, kejar deadline lah, nugas lah. Beginilah terus sampai akhir ramadhan.
Kita harus mengganti sudut pandang pemikiran kita. pertama jadikan shalat itu kegiatan yang utama, bayangkan shalat adalah kegiatan yang ditunggu-tunggu, tahap awal setarakan kalo susah dilebihkan prioritasnya dengan kegiatan utama lainnya contohnya karaoke, main game. Alasan kita shalat diperkuat setara dengan alasan kita karaoke selanjutnya kita kembali menelaah konsep dasar shalat.
Bayangkan kembali arti sholat. Shalat itu berdoa, cobalah sesekali terutama orang indonesia baca arti atau terjemahan dari bacaan shalat. Kita biasanya hanya membaca dengan bahasa arab dengan perasaan biasa saja. Jangan-jangan ini hanya asumsi penulis doang ya. padahal jika diterjemahkan Itu doa semua.
Bayangkan kita melakukan kegiatan secara berulang. Duduk berdiri berulang-ulang itu doa semua apalagi 20 kali. Takis yah, gusti syukur banget masih bisa menjalankan kegiatan seperti ini. Tepakkan kaki dan rasakan halusnya karpet masjid atau sejuknya lantai masjid melebihi biasanya, buka mata lebih lebar dari yang sebelumnya ngantuk-ngantuk dan lihat keindahan apa yang ada di sekitar anda lebih indah dari biasanya.
Kalau susah paksa saja, eratkan genggaman tangan lebih hangat dari biasanya, secara teori gampang, praktek susah, tapi coba saja. Setidaknya bisa menghapus pemikiran "sudah sampai rakaat berapa ya?" Sedikit demi sedikit.
Tapi yuk dicoba bareng-bareng. Semoga bermanfaat.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.