Memaknai Hari Pendidikan. Hidup Dunia Pendidikan Indonesia!

Setiap tanggal 2 Mei bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Sejarah Hardiknas pun tak lepas dari sosok pejuang pendidikan di zaman kolonial yaitu Ki Hajar Dewantara. Bapak Pendidikan Nasioanal Indonesia yang memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat ini merupakan sang pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda.

Menilik kebelakang di zaman kolonial, pribumi sangatlah sulit untuk mengenyam pendidikan. Hanya mereka dari kalangan ningrat yang diizinkan bersekolah. Namun sekarang pendidikan tidaklah sesulit masa penjajahan. Hampir seluruh lapisan masyarakat bisa merasakan indahnya bangku sekolah meskipun masih ada yang menganggap pendidikan itu mahal.

Sesuai dengan UUD 1945 pasal 31 ayat (1), setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Pemerintah sudah mencanangkan wajib belajar 12 tahun dengan jaminan biaya gratis. Tapi gratis yang seperti apa? Apakah membayar uang buku dan pembangunan bisa disebut sekolah gratis?

Kenyataannya pemerintah telah menggelontorkan dana sebesar 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk biaya pendidikan anak bangsa. Adapun uang buku dan sebagainya, kita tidak bisa menuduh sekolah tersebut mengeruk keuntungan, mungkin saja itu merupakan kebijakan sekolahnya. Sesuatu yang wajar jika suatu sistem perlu dilakukan evaluasi secara berkala agar mendapatkan hasil yang maksimal.

Kembali lagi kepada makna hari pendidikan. Sebuah semboyan yang ditinggalkan Ki Hajar Dewantara yaitu ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani, memiliki makna: di depan seorang pendidik memberi contoh, di tengah pendidik memberi bimbingan, dan di belakang pendidik memberikan dorongan.

Sombayan ini berarti guru tidak hanya berperan sebagai pengajar tapi juga untuk mendidik dan memberikan teladan yang baik bagi muridnya.

Ki Hajar Dewantara sudah berjuang memutihkan pendidikan Indonesia. Sebagai generasi bangsa, anak Indonesia tak perlu takut untuk bersekolah. Sekarang persoalannya, ketakutan dari para orang tua yang tak bisa membayar uang sekolah yang harus diluruskan.

Pemerintah harus meyakinkan para orang tua bahwa biaya pendidikan anak Indonesia sudah ditanggung pemerintah alias gratis.

Indonesia negara kepulauan dengan masyarakat yang beragam. Masih banyak anak Indonesia yang buta huruf, buta pengetahuan. Padahal masa depan Indonesia bertumpu pada generasi yang pada zaman now disebut generasi milenial yang terdidik dan berpendidikan, karena generasi milenial merupakan generasi yang produktif untuk tantangan dunia pendidikan 2030 yang akan datang.

Oleh karenanya, seluruh lapisan masyarakat, pemerintah, institusi pendidikan, dan para murid harus saling menggenggam untuk memajukan pendidikan bangsa. Akan maju atau mundur tergantung bagaimana generasi muda, karena ditangan anak bangsalah Indonesia berada. Hidup Dunia Pendidikan Indonesia!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mahasiswa UIN Suska Riau Jurusan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik