Memaknai Arti Keluarga dan Saling Menyayangi

Sebuah hal kompleks bila kita harus memahami kata ini.


Keluarga dulunya sering dimaknai sebagai sekumpulan orang yang memiliki ikatan darah yang dekat walaupun kini maknanya sudah mulai meluas cakupannya, dan (seperti) sebuah kehormatan ketika kita diklaim sebagai keluarga dari seseorang karena hal itu menggambarkan sebuah kedekatan emosional yang cukup erat.


Keluarga menjadi tempat kembali dari segala kesenangan dan kegundahan, saya sebagai seorang perantau pun seperti itu. Saat sedang ada di atas kereta api yang menuju kampung halaman, saya selalu teringat kembali kepada siapa kerja keras di tanah rantau ini akan kembali. Saya seperti ingin memberi reward khusus kepada mereka atas doa dan kekhawatiran mereka selama ini, entah kenapa saya sangat yakin jika selama ini mereka selalu mendoakan saya.

Namun pemaknaan keluarga yang terlalu mengerucut dapat memberi efek negatif, salah satunya adalah sebuah konflik kelompok. Beberapa dari kita masih menganggap sebuah masalah bukanlah masalah bersama, padahal setiap hal yang terlintas di depan mata ataupun sekedar terlintas di benak merupakan sebuah panggilan dari Tuhan untuk ikut bertanggung jawab pada suatu hal.

Bila kita sering menganggap sebuah ajakan beribadah sebagai panggilan Tuhan, kenapa kita tidak menganggap sebuah ajakan untuk mabuk pun sebenarnya panggilan Tuhan?

Bukan, maksud saya bukan Tuhan mengajak kita untuk menjadi pemabuk dan bukan saya membolehkan untuk menerima ajakan untuk mabuk, tapi ketika kita mendapat ajakan tersebut maka Tuhan ingin mengajak kita untuk ikut bertanggungjawab atas hal yang (mungkin) kurang baik di lingkungan kita.

Sama seperti bila kita melihat kemiskinan, kekerasan, dan kesewenang-wenangan di sekeliling kita atau hanya terlintas di pikiran, hal itu merupakan panggilan dari Tuhan untuk segera menyelesaikan masalah tersebut dengan waktu, tenaga, dan apapun yang telah dianugerahkan Tuhan kepada kita. Segera bukanlah terburu-buru, segera ialah niatan melakukan sesuatu bila kita telah mampu melakukannya dengan tidak berusaha mengurungkannya ketika belum mampu.


Dan bila kesulitan orang lain telah menjadi kesulitan kita, maka kebahagiaan orang lain juga menjadi kebahagiaan kita juga.


Tidak akan ada mahluk yang bernama ‘kebencian’, karena bila kita memiliki 1000 alasan untuk hidup maka seluruhnya ialah alasan untuk saling memberi, mengasihi, dan mengayomi. Butuh alasan ke-1001 untuk membenci, namun itu tidak akan dan tidak pernah boleh ada, karena kita sejatinya merupakan God’s great big family.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini