Melindungi Data Pribadi di Dunia Siber, Perlukah?

Yakin, data pribadi kamu aman di internet?

Sejak ramai terkuaknya kasus penyalahgunaan data pengguna Facebook oleh sebuah konsultan politik bernama Cambridge Analytica, banyak diantara pengguna sosial media dan internet yang mulai resah dan gelisah dengan keamanan data pribadinya, termasuk saya juga tentunya. Siapa yang menyangka dari ikutan kuis “Jadi apakah kamu di tahun 2030”, bisa jadi memberikan sebuah persetujuan untuk akses terhadap data-data pribadimu dan teman-temanmu di laman sosial media itu.

Melihat dampaknya yang cukup wow dalam beberapa gonjang-ganjing politik domestik di negara-negara seperti Inggris dalam kampanye Brexit dan Amerika Serikat dengan pemilu presidennya, membuat beberapa orang, termasuk saya sendiri, jadi parno dalam menggunakan internet dan sosial media *eh atau ini saya aja ya.

Di sini saya mau mengajak kita semua untuk melihat akar masalahnya, yaitu data-data pribadi yang bisa jadi disalahgunakan oleh pemilik platform sosial media, ataupun pihak ketiga yang mampu meng-compromise keamanan data tersebut. Tapi, sebelumnya, sebanyak apa sih data pribadi kita yang bisa digali lewat internet dan sosial media?

1. Seberapa banyak sih informasi yang diketahui Facebook tentang kita?

Sebagai seorang mantan alay sejak tahun 2008, saya harus mengakui bahwa ada banyak data yang saya bagi melalui akun Facebook saya. Sejak tahun 2008 sampai sekarang, masih tersimpan rapi di dalam archive Facebook saya. Ingin tahu bagaimana cara mengunduh archive Facebook?


  • Klik Tab Setting atau Pengaturan di Profil Facebook kamu

  • Klik "Download a copy of your Facebook data" di bagian "General Account Setting"

  • Klik "Start my archive"

  • Archive siap di download! Link download akan dikirimkan ke email terdaftar dan diberikan juga notifikasi untuk itu.

Hasilnya? Surprise, surprise! Bahkan saya punya rekaman chat dengan mas-mas entah siapa di tahun 2009 *mas, apa kabar? Ada juga komentar dukungan heboh untuk band emo yang kenapa-saya-dulu pernah-suka-ya di tahun yang sama, dan juga berbagai iklan-iklan belanja yang pernah saya klik dan kunjungi laman-nya. Wah, saya rasa Facebook adalah satu-satunya hal yang paling mengenali saya selain Ibu saya!

2. Hmm.. kalau Google gimana? Kan aku udah klik delete history setelah browsing aneh-aneh…

HAHAHA. Yakin gitu langsung hilang aja record history-nya? Coba kamu cek link ini deh beb https://takeout.google.com/settings/takeout

Prosesnya cukup memakan waktu sih, tapi sungguh deh, setelah ini kamu akan semakin mikir lagi buat browsing aneh-aneh… eh, aneh-aneh gimana maksudnya?

3. Eh.. eh.. kalau pake mode incognitonya Google?

Mode incognito pada dasarnya tidak akan membuat kamu invisible dari Google sendiri, bahkan ketika kamu ada di mode tersebut, Google kan yang bilang “you’ve gone incognito” . Doi tahu, beb.

Sudah mulai panik? Tenang, tenang, itu baru Facebook dan Google. Apa kamu pengguna Path? Instagram? Twitter? Snapchat? Foursquare?

Seberapa sering kamu menggunakan nama dan foto diri asli di platform-platform tersebut? Memberikan data tanggal ulang tahun supaya ada yang kasih ucapan selamat di hari H? Kalau dirunut memang panjang sekali ya, daftar sosial media yang digunakan oleh kebanyakan remaja Indonesia seperti saya *ehem. Coba, bayangkan dan renungkan, sudah berapa banyak informasi pribadi yang kamu bagi begitu saja dengan orang-orang asing di luar sana. Udah panik lagi?

Tapi, kan, di Indonesia kayaknya nggak akan seheboh kasus Cambridge Analytica?

Yakin? Saya tanya lagi deh, Yakin?

Kalaupun tidak akan seheboh itu, tapi bayangkan deh apabila ada pihak ketiga yang mengetahui semua informasi tentang kamu dan menggunakannya untuk tindakan kriminal seperti penipuan (tahu dong, modus penipuan ngaku teman untuk minta uang ini itu?)

Apabila kamu pernah memberikan nomor-nomor penting seperti pin ATM kamu atau nomor kartu dan CCV kartu kredit dalam sebuah history chat, yakin masih merasa aman?

Terus, aku kudu piye?

Berada di negara yang masyarakatnya notabene sangat candu terhadap sosial media, rasanya memang aneh untuk tidak berada di “lingkaran” yang sama dengan teman-teman kita di alam digital. Namun setidaknya, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan:

1. Atur mode privasi sosial media kamu dengan baik.

Kalau tidak bisa untuk benar-benar keluar dari jejaring sosial media yang sudah ada, tidak bisa meninggalkan teman-teman sesama netizen, setidaknya kita bisa mengatur hal-hal apa yang kita akan tunjukkan kepada publik dan hal-hal apa yang hanya bisa diakses oleh kita atau teman-teman tertentu saja.

2. Bagikanlah hal yang seperlunya

Coba dipikir-pikir lagi, perlukah kita membagi daftar nama-nama lengkap mantan sejak SMP? Perlukah membagi informasi alamat lengkap rumah dan denah posisi kamar? Siapa saja yang bisa melihat informasi tersebut? Apa yang kira-kira orang lain bisa lakukan dengan informasi tersebut? Kalau kamu sudah yakin bahwa informasi yang kamu berikan akan membawa kepada hal-hal yang lebih baik daripada hal-hal buruk, silakan bagikan.

3. Perhatikan juga privasi orang lain ketika kamu membagikan suatu gambar atau informasi

Tidak semua orang ingin wajahnya terpampang nyata di laman Facebook atau Instagram kamu. Tidak semua orang ingin informasi tentang nama lengkapnya dipajang di caption gombal kamu. Oh, bicara ini jadi ingat nih, waktu iseng googling nama teman, kemudian yang muncul adalah postingan blog teman SMAnya yang menceritakan kelakuan “nakal” dia selama SMA. Orangnya sih, sekarang biasa saja, malah kayaknya sudah berubah jauh, tapi jejak digital itu bisa membuat orang lain atau bahkan calon pemberi kerja, atau calon mertua pikir-pikir ulang untuk memilih si teman ini. Ya kaan.

4. Menjaga keamanan akun sosial media pribadi dari kemungkinan akses oleh pihak ketiga

Penting! Penting! Selain menahan diri dari over-sharing di akun-akun sosial media, kamu juga harus banget menjaga keamanan dari password akun kamu sendiri. Kalau dilihat sebelumnya, di mana kita bisa men download berbagai data aktivitas akun kita di Facebook dan Google, bayangkan kalau seseorang lain yang punya niatan jahat berhasil mendapatkan password kita dan melakukan hal serupa *tolong jangan dijadikan inspirasi, ya!

Privasi di dunia siber saat ini sepertinya memang menjadi sebuah hal yang sangat langka, ya. Akan tetapi, kita bisa menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dengan menggunakan internet dan sosial media dengan lebih bijak! Tentunya kita tidak ingin data-data pribadi kita disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan yang tidak baik, kan? Oleh karena itu, mari kita jadi netizen yang lebih cermat dan teliti dalam berselancar di dunia siber.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Just keep swimming, keep swimming! - Dory