Seiring dengan berkembanganya kecanggihan teknologi di masa kini, orang-orang mulai mengkhawatirkan ketersediaan pekerjaan di masa depan. Dunia secara meluas dianggap sedang berada dalam puncak dari revolusi industri keempat, dengan mesin-mesin yang akan mampu mengerjakan banyak tugas yang saat ini dilakukan oleh manusia, dan mungkin mesin malah lebih baik melakukannya.
Revolusi masa depan yang menjanjikan efisiensi lebih besar dan layanan yang lebih murah, namun juga mengarah pada hilangnya pekerjaan secara besar-besaran. Fenomena ini sudah mulai terlihat di mana-mana, segala sesuatu serba teknologi, mesin, dan robot.
Tak usah jauh-jauh keluar negeri, di Indonesia pun juga sudah jelas terlihat. Sebagai contohnya, petugas loket tol mulai tergantikan oleh mesin E-toll, pekerja buruh di pabrik-pabrik digantikan oleh mesin otomatis, dan seterusnya.
Di luar Indonesia, perusahaan raksasa mesin pencari di Internet, Google mengumumkan, pihaknya sedang dalam tahap akhir mengembangkan kendaraan yang bisa mengemudi sendiri tanpa supir. Raksasa teknologi IBM sedang mengembangkan komputer yang diberi nama Watson, yang tidak hanya mampu memproses data, tapi juga mempelajarinya.
Perusahaan online shop, Amazon, menerapkan sistem kontrol untuk gudang penyimpanan raksasanya yang dioperasikan secara otomatis dan berencana untuk mengirimkan paket dengan pesawat tanpa awak. Masih banyak lagi contoh riil yang ada di luar sana dan ini menjadi bukti bahwa memang teknologi akan mulai mengambil alih pekerjaan–pekerjaan di seluruh dunia.
Salah satu ahli fisika paling terkenal di dunia, Stephen Hawking, pernah menyatakan kekhawatirannya akan AI yang dapat menggantikan manusia. Ia khawatir bahwa teknologi tersebut akan terus berkembang hingga melewati batas kemampuan manusia sendiri.
“Sebuah AI yang sangat canggih akan sangat baik dalam menyelesaikan tujuannya dan jika tujuan tersebut tidak sama dengan kita, kita berada dalam masalah.” Katanya dalam sebuah wawancara besama Wired Magazine.
Tak jauh berbeda dengan Hawking, Jack Ma, pendiri perusahaan besar China, Alibaba, pun juga memperingatkan bahwa AI dan robot "akan membunuh banyak pekerjaan" di masa depan. Menurutnya, AI harus dapat mendukung manusia.
Teknologi harus selalu melakukan sesuatu yang membantu manusia, bukan malah melumpuhkannya. Harapan Ma akan masa depan teknologi pun didukung sebuah laporan baru oleh World Economic Forum yang mengemukakan bahwa sebuah kolaborasi antara AI dan manusia dapat meningkatkan pendapatan sebesar 38% dan lapangan kerja sebesar 10%.
Laporan tersebut menyangkut 1,200 eksekutif senior dan 72% mengatakan bahwa teknologi AI akan sangat penting bagi organisasi mereka. 61% dari orang yang disurvei dapat melihat pembagian peran antara AI dan manusia dalam tiga tahun ke depan. Selain itu, mayoritas dari pekerja yang disurvei merasa AI akan memiliki dampak positif pada pekerjaan mereka.
Berdasarkan sebuah studi yang dilakukan oleh McKinsey Global Institute, setidaknya 400 juta hingga 800 juta pekerjaan di seluruh dunia akan tergantikan oleh mesin pada tahun 2030. Studi tersebut pun menyatakan bahwa pekerjaan-pekerjaan baru akan muncul, namun orang-orang kemungkinan harus beradaptasi dengan keahlian-keahlian baru untuk mendapatkannya.
Pekerjaan yang paling rentan digantikan oleh mesin termasuk pekerjaan fisik dalam lingkungan yang terprediksi. Sejumlah ahli ekonomi meyakini bahwa akan ada transisi besar-besaran di mana pekerja beralih dari sektor pertanian ke manufaktur.
Selain itu, studi tersebut juga merekomendasikan investasi besar dari sektor publik maupun swasta dalam program pelatihan dan transisi tenaga kerja. Meskipun demikian, juga diyakini bahwa pekerja yang mengembangkan keahlian baru dapat memperoleh pekerjaan baru pula. Artinya, tidak semua pekerjaan akan digantikan oleh mesin.
Menurut Andrew McAfee, ilmuwan dari Massachusetts Institute of Technology, selain dapat mengurangi peluang pekerjaan, proses perkembangan teknologi ini juga memiliki satu sisi positif, yakni akan tersedia peluang-peluang baru dalam kebutuhan masyarakat.
Tak hanya kualitas yang lebih baik, jasa dan produk-produk “ciptaan robot” ini akan memiliki lebih banyak pilihan, lebih beragam, dan harga yang lebih rendah. Hal ini mencakup barang-barang konsumen, layanan kesehatan, hiburan, komunikasi, makanan, wisata, dan lain-lain.
Disaat sebagian orang berpendapat seperti layaknya yang telah disampaikan, banyak ekonom yang mengatakan bahwa teknologi tidak akan menggantikan pekerjaan, melainkan “mentranformasinya”. Melihat sejarah yang telah lalu, para ekonom tersebut menunjuk revolusi industri abad 18 dan 19 yang tidak berakhir kepada kehancuran. Mereka menyatakan jika teknologi menggantikan sejumlah pekerjaan, pekerjaan baru akan muncul.
Setidaknya di tahun 2019, mesin dan robot diprediksi akan mentransformasi seluruh kategori pekerjaan sekurang-kurangnya sebesar 25%. Sebagai satu contoh transformasi pekerjaan, seorang direktur keuangan tahun 1960an menghabiskan banyak waktunya untuk melakukan aritmatika dengan kalkulator yang sederhana dan buku besar keuangan untuk membuat budget departemen.
Semenjak munculnya software seperti Microsoft excel yang dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut, tugas direktur keuangan tersebut pun berubah, yakni mengatur strategi keuangan, investasi, dan lain-lain. Hal ini menunjukan peningkatan efisiensi dalam bekerja sejalan dengan perkembangan teknologi.
Terjadinya fenomena globalisasi dan meningkatnya penggunaan teknologi yang kian mendorong produktivitas perusahaan-perusahaan mengakibatkan gaji para pekerja yang tak kunjung berubah. Laju perkembangan teknologi seperti Artificial Intelligence (AI) yang terus meningkat hanya akan menambah kemungkinan hal-hal seperti ini untuk ikut terjadi.
Alhasil, manusia akan harus beradaptasi dengan perubahan yang ada dalam jangka waktu yang lama sebelum dapat mencapai titik normal.
Kekhawatiran akan menyusutnya peluang bekerja karena kemunculan tenaga kerja mesin tidak dibenari oleh perusahaan riset pasar bernama Forrester. Mereka memprediksi masa depan yang lebih positif dimana mesin akan menciptakan pekerjaan untuk mengimbangi pekerjaan manusia yang “dihilangkannya”.
Transformasi pekerjaan melalui korelasi antara manusia dan mesin adalah elemen yang paling menarik. Namun, sebuah ekonomi dimana manusia dan robot bekerja sama masih akan mewakili sebuah revolusi dan bukan yang banyak ditakuti.
Tidak ada yang tahu pasti apa yang akan terjadi dengan teknologi di kedepannya. Namun satu hal yang pasti, teknologi akan terus berkembang dan mungkin di satu titik, pekerjaan bukan lagi diciptakan manusia, melainkan mesin.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”