Mahasiswa: Generasi Pembangunan Bangsa

Mahasiswa dan siswa adalah orang yang sama-sama belajar pada instansi pendidikan di negara. Tetapi seharusnya kita sadar mengapa pelajar dan mahasiswa tidak menjadi satu kata yang sama sedangkan diantara mahasiswa dan siswa sama-sama melakukan sesuatu yang sama, yaitu, belajar pada instansi pendidikan. Hal yang membedakan mahasiswa dari siswa adalah, mahasiswa sedang memasuki tahap dewasa sehingga mereka dituntut untuk lebih mampu berfikir mandiri serta melakukan hal-hal yang lebih produktif. Mahasiswa dan siswa sama-sama lahir diantara masyarakat. Namun mahasiswa dituntut untuk mampu memberikan kebermanfaatan yang lebih dan mampu mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya kepada masyarakat.

Ketika kita memandang mahasiswa dari segi perspektif pembangunan bangsa pada panggung sejarah Indonesia, kita akan menemui beberapa kasus negara yang dimana mahasiswa memegang peran krusial dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat.

Pada era 1910-1930 mahasiswa memegang peran sebagai penggagas ideologi berkebangsaan yang berbuah Sumpah Pemuda. Kemudian pada dekade 1960, peran yang dimainkan mahasiswa angkatan ‘66 berada dalam panggung sejarah yang romantis, di dalamnya terjadi aliansi segitiga yang harmonis antara militer, teknokrat, dan mahasiswa. Ketiganya merupakan bagian lapisan elit intelegensia yang telah mengobarkan gagasan modernisasi.

Dengan kata lain disamping militer dan teknokrat, mahasiswa juga dipercaya sebagai agen modernisasi atau pembangunan. Kemudian pada dekade 1990, muncullah generasi reformasi yang berhasil menggulingkan rezim orba. Pada kejadian itu menunjukkan bahwa mahasiswa berperan kuat dalam pembangunan bangsa.

Sampai pada dunia ke-3 ini, dinamika kehidupan mahasiswa menjadi sebuah diskursus yang menarik. Sebagian manusia beranggapan bahwa kesuksesan akan lahir dari angka IPK tinggi. Namun, sebagian lainnya beranggapan bahwa kesuksesan akan turut lahir bersamaan dengan proses orientasi terhadap nilai-nilai kehidupan selama menyandang status mahasiswa. Bukanlah hal yang salah ketika seorang mahasiswa memfokuskan dirinya untuk mengejar angka IPK tinggi. Karena, IPK adalah konsekuensi yang harus diraih saat kita memutuskan untuk duduk di bangku perkuliahan.

Selain itu, IPK adalah gambaran yang menjadi indikator seberapa mampukah mahasiswamenyerap ilmu akademik yang didapatkan selama duduk di bangku perkuliahan. Kemudian IPK itu akan turut menentukan nasib mahasiswa ketika terjun dalam dunia pekerejaan. Karena terkadang para pemilik lapangan pekerjaan akan lebih memandang hasil daripada proses. Tetapi, mungkin akan sia-sia ketika mahasiswa hanya berkutat pada sebuah orientasi untuk mengejar IPK tinggi tanpa berproses dan menebar kebermanfaatan bagi masyarakat. Sedangkan masa-masa perkuliahan adalah masa-masa emas untuk mahasiswa berproses. Pada masa itulah manusia sedang mengalami krisis jati diri.

Pada masa itulah manusia akan membentuk identitasnya, bukan hanya sekedar identitas yang tercantum dalam KTP. Tetapi juga identitas yang akan menjawab pertanyaan “siapakah saya?” dan “untuk apa saya dilahirkan di dunia ini?”. Itulah mengapa selama ini mahasiswa sering digadang-gadang sebagai agent of change. Karena, mahasiswa adalah kaum intelek yang beridealisme tinggi dan mahasiswa dainggap sebagai kaum yang terbebas dari intervensi pihak berkepentingan manapun. Kemudian dari sikap idealis dan pemikiran yang suci dari kepentingan tertentu itu diharapkan akan lahir sebuah tindakan nyata yang akan membawa perubahan bagi bangsa dan negara. Dapat dikatakan, mahasiswa adalah icon bangsanya di masa depan. Di sisi lain, mahasiswa lahir diantara masyarakat, sudah seharusnya mahasiswa menebar kebermanfaat bagi masyarakat.

Pada sisi lain, mahasiswa adalah senjata bagi masyarakat dalam melawan rezim pemerintahan yang zalim. Ketika mahasiswa lebih memilih untuk mengilhami hedonisme, menjadikan mall sebagai tempat ibadah baru, brand-brand dipuja-puji dengan tidak menghiraukan permasalahan negara yang semakin keruh, maka semakin terkikislah keadilan di negeri ini. Oleh karenanya, persatuan rakyat dan mahasiswa ini adalah elemen yang menjadi ancaman bagi para aparatur negara yang zalim. Kemudian pemerintah yang zalim itu mencoba membinasakan segala daya dobrak yang dimiliki mahasiswa. Karena sebenarnya kekuasaan yang lahir dari rakyat akan musnah jika rakyat berkehendak.

Rakyat takut kepada pemerintah, pemerintah takut kepada presiden, sedang presiden takut kepada rakyat. Rotasi kekuasan ini akan setia berputar pada porosnya.

Oleh karenanya, bersatulah mahasiswa Indonesia!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Manusia Setengah Pena