Saya yakin fenomena ini berlaku umum. Bukan hanya untuk mereka para perempuan, tapi juga para lelaki. Sekali lagi, terkhusus utnuk mereka yang mungkin sedang menjejaki usia mulai dari 22 sampai 28 tahun lah 🙂
Saya juga yakin klasifikasi usia di atas adalah mayoritas pembaca Hipwee. Jadi yaaa, anggap saja ini adalah wejangan dari kita untuk kita. Demi Lebaran yang lebih damai santausa.
Momen kumpul keluarga (besar) saat Lebaran setiap tahuns eperti sudah punya template sendiri. Basa-basi dan percakapan yang terjadi di dalamnya sudah kadung default.
Terima tidak terima, kita (saya mewakili kalian yang membaca artikel ini), harus menerimanya dengan legowo. Termasuk pertanyaan "Kapan nikah?", "Kapan kawin?", "Calonnya orang mana?", "Jadi tanggal berapa?", "Ditunggu undangannya yaa", dan pertanyaan-pertanyaan sejenis yang kurang lebih makna dan tujuan ditanyakannya adalah sama. Serupa. Tiada beda.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Percayalah, segala pertanyaan itu diajukan untuk tujuan yang positif. Tanpa maksud mencemooh apalagi merendahkan.
Pertama kita harus percaya, menikah itu adalah hal baik. Salah satu sunnah yang bisa menyempurnakan agama. Menikah juga adalah representasi cinta dan kasih sayang. Di dalamnya kita semua mengharapkan tumbuhnya kehidupan yang lebih bahagia, lebih berwarna, dan punya keturunan yang saleh-salehah.
Kalau hal luar biasa tentang pernikahan itu bisa melekat kuat di benak kita. Rasanya segala pertanyaan yang akan muncul minggu depan (baca: saat, selama, dan setelah Lebaran) akan dengan ringan kita tanggapi.
Sebuah senyum simpul dan sebait doa serta lafal "Amin" akan menerjemahkan penerimaan itu dengan baik. Dan buat mereka yang mengajukan pertanyaan, rasnya juga akan memberikan tanggapan yang tidak kalah lembut 🙂
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Beri respon dengan ucapan syukur seraya tersenyum. Niscaya gundah dan gerah akan segera mengalah.
Psikologi manusia seperti sudah termaktub dalam satu kitab yang sama. Saat seseorang mengajukan pertanyaan, apapun itu, si penanya mengharapkan jawaban yang jujur dan menyenangkan.
Pun untuk kasus ini. Pertanyaan "kapan nikah", baik yang keluar dari mereka yang lebih tua, muda, suda/pernah/belum menikah, bisa kita respon dengan baik dan elegan.
Ucapkan saja "Alhamdulillah" yang diikuti kalimat positif serta optimistis. Sambil tersenyum tentunya.
Misal:
Alhamdulillah, Allah masih simpan yang paling ideal untuk saya. Sekarang saya sedang diberi kesempatan untuk mempersiapkan diri. memantaskan diri untuk yang paling saleh/salehah untuk saya kelak. Terimakasih doa dan pertanyaannya ya 🙂
Karena manusia adalah makhluk sosial. Saling membantu dalam kebaikan adalah salah satu perintah-Nya. Bukan berarti Si Penanya benar-benar ingin sekadar bertanya toh. Daripada kita capek-capek suudzon, lebih baik menghias visi dengan husnudzon, tho?
Mengapa kita tidak berasumsi kalau Si Penanya justru ingin membantu? Ingin menjadi penyelia atau pernatara atau merekomendasikan seseorang (yang menurutnya) akan cocok berdampingan dnegan kita.
Mengapa kita tidak menyambutnya dengan senang hati? Menjemput bola. Karena kita yakin jodoh adalah misteri dan ikhtiar adalah hakiki, bukannya haram kita bertanya balik:
Belum. Mungkin Om/Tante ada rekomendasi yang kiranya cocok buat saya? Yang bisa saya jajaki dengan Ta'aruf. Insyaallah akan saya tanggapi serius.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
Ga ada jawaban biar yang nanya jadi keki ato bkin dia langsung diem dan berasa “jlebb”????
Mulek
Tenang, Mbak Sri. Buat yang itu sudah saya siapkan. Hehehe. Deket-deket lebaran saya publish yaa 🙂
pertanyaan mainstream, ada yang anti mainstream dan lebih serem itu yang nanya “udah punya calon?” :v