Memasuki tahun-tahun pemilu, akan muncul permainan politik dan isu-isu kabur dalam tubuh media massa. Untuk mengombang-ambingkan golongan masyarakat, ataupun sebagai strategi bersaing politik. Seperti yang kita ketahui, pemberitaan akhir-akhir ini semakin banyak yang tidak benar alias hoax. Terdapat dari sekian banyak media massa yang memutar balikkan fakta dan memainkan peran politik dalam pemberitaannya.
Ironisnya, masyarakatpun ikut andil dalam menyebarkan berita-berita tersebut. Sudah menjadi asupan sehari-hari jika kita disuguhkan dengan pemberitaan-pemberitaan yang berat sebelah. Berbagai media yang ada, kini terpecah menjadi dua kutub yang menyebabkan pro-kontra dan memunculkan benturan opini publik dalam berbagai segmen pemberitaan. Hal ini juga seirama dengan apa yang dituliskan Agus Yulianto dalam kolom opini Republika.co.id dengan judul Netralitas Media Penyiaran (01/04/18).
Media yang seharusnya, berada ditengah-tengah. Tidak condong kepada sisi manapun dan dalam sektor apapun. Media massa lazimnya bergerak pada tataran tengah, tidak bergeser ke kanan, ataupun ke kiri. Hingga menjadi penengah dari dua sisi yang kontras berbeda. Sehingga dapat tercipta tatanan informasi yang menjunjung tinggi keadilan, keseimbangan, serta bertanggung jawab.
Bahaya Tendensius Media Massa
Media massa yang tendensius memiliki dampak yang luar biasa di kancah masyarakat dan ruang publik. Bak bom atom yang meluluh lantakkan Hiroshima dan Nagasaki 73 tahun yang lalu di Jepang. Bom atom dianalogikan sebagai media dan masyarakat serta ruang publik ibarat Hiroshima dan Nagasaki yang luluh lantak. Bagaimana tidak, pemberitaan yang tidak benar dan tidak bertanggung jawab dapat mengobarak-abrik kerukunan publik dan keadilan ditengah-tengah masyarakat. Hingga dapat mengacaukan sudut-sudut kehidupan berbangsa dan bernegara.
Joseph Goebbels, Menteri Penerangan Publik dan Propaganda Jerman, tahun 1933, dibawah komando Adolf Hitler, mengatakan bahwa "If You tell a lie big enough and keep repeating it, people will eventually come to believe it", (Jika Anda mengatakan kebohongan yang cukup besar dan terus menerus mengulangnya, pada akhirnya publik akan memercayainya).
Prinsip kerjanya adalah menyebarkan berita-berita bohong dan menyulut propaganda di tengah masyarakat sesering mungkin hingga pada akhirnya, kebohongan itu menjadi sesuatu yang benar di mata publik. Dalam aksinya Goebbels menggunakan radio dan film dalam menyebarluaskan propaganda dan doktrin Nazi. Begitulah, dimulai dengan hal yang sangat sederhana, hingga berujung pada sesuatu yang mematikan.
Masyarakat Dengan Pemberitaan Yang Benar
Sudah sepatutnya di era kebebasan pers dan berpendapat ini menjunjung tinggi keadilan dan kebenaran, agar terciptanya pemberitaan yang sehat di kancah publik. Pemerintah juga seharusnya sudah menetapkan regulasi yang tegas terkait pemberitaan yang bersifat tendensius di hadapan masyarakat luas, dengan menerapkan sanksi-sanksi yang dapat membuat jera para penyebar berita yang tidak bertanggung jawab.
Profesionalitas insan media massa juga dibutuhkan dalam memproduksi pemberitaan yang sehat dan berkualitas, dengan menjunjung tinggi kode etik jurnalistik. Dan juga, publik harus memiliki kesadaran dalam menentukan dan memilih pemberitaan yang tepat tanpa harus terjebak ditengah-tengah kebohongan dan propaganda.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”