Saat aku kecil dulu, aku pernah memimpikan sebuah hubungan yang indah dan nyaris sempurna.Hubungan yang terjalin satu untuk selamanya, yang masa lalu dan masa depannya hanya diisi oleh hubungan itu.Keinginanku untuk mencapai hal itu sangat kuat, dibuktikan dengan tidak sedikitnya laki-laki yang kutolak menjadi kekasihku.
Bahkan sampai aku kuliah semester satu,tak sekalipun aku membuka jalan untuk menjalin sebuah hubungan.Meski begitu, ruang hatiku sempat terisi oleh seseorang yang kuyakini saat itu, aku hanya sekedar mengaguminya.
Namun pertahanan kebulatan tekadku hancur pada waktu aku duduk di semester dua.Laki-laki yang telah lama mendekatiku dan sempat kutolak beberapa kali, akhirnya berhasil merobohkan benteng pertahananku, dan laki-laki itu adalah kamu.
Ya! Kamu!
Apa Kabar?
Dengan alasan takut kehilangan sahabat seperti kamu yang beberapa kali memutuskan kekasihmu hanya karena menginginkanku,dan dengan keyakinan hal itu membuktikan betapa kamu serius menyayangiku, akhirnya aku memutuskan untuk menerimamu, mencoba memberimu kesempatan.
Jujur kuakui, saat itu aku hanya memiliki rasa takut kehilangan kamu.Aku fikir, andai aku menolakmu, kamu akan tinggalkanku.Akupun masih ingat, saat itu kita pernah bicarakan, jika nanti kita tak berjodoh dan kita harus berakhir, maka kita akan kembali menjadi sahabat.Ungkapanmu saat itu membuatku semakin yakin menerimamu dan tak takut kalaupun suatu hari gagal.
Padahal, saat itu, aku baru saja pertama kali menjalin hubungan jarak jauh.Hanya saja, aku tak memasukkan dia ke dalam kategori pemecah benteng pertahanan mengenai hubungan impian aku, karena aku dan dia hanya sebatas menjalin hubungan melalui telepon dan social media.
Aku akui, perhatian dan kasih sayangnya terasa nyata,bahkan beberapa kali aku berbincang dengan mamanya di telepon,dia pun beberapa kali berniat menemuiku,tapi aku selalu menolaknya.Dia pun tau tentang persahabatan kita.
Awalnya dia percaya kalau kita hanya bersahabat. Tapi, beberapa waktu sebelum kamu menyatakan perasaanmu lagi kepadaku,ikatan batinnya sudah mulai terikat denganku, dia berfirasat bahwa aku dan kamu bukan hanya sekedar bersahabat, dan saat itupun aku berusaha menjelaskan, hingga dia menyalahkan dirinya atas kecurigaannya.
Memang saat itu, aku pun meyakini, bahwa aku dan kamu tak akan lebih dari seorang sahabat.Aku sendiri menjalani hubungan dengannya hanya sekedar senang akan perhatian yang dia berikan.
Sampai akhirnya, ketika aku memutuskan menerimamu.Aku telah benar-benar menjadi orang yang jahat.Dengan rasa yang tak terdefinisikan itu, aku meneleponnya,mengarang sebuah cerita kepadanya.Aku katakan selama ini aku dan kamu bukan sekedar sahabat,selama ini dia hanya selingkuhanku.
Sungguh, saat mengatakan itu semua aku ingin menangis, rasanya, tak pernah sebelumnya aku sejahat ini menyakiti hati laki-laki.Setiap laki-laki yang aku tolakpun selalu dengan cara baik-baik.Dia terdiam.Sampai akhirnya aku menangis memohon maaf kepadanya, dia dengan nada penuh penekanan hanya mengatakan terima kasih dan menutup teleponnya.Inikah awal pengorbanan untuk hubungan kita?Dengan menyakiti seseorang yang telah berbaik hati kepadaku.
Pengorbanan untuk hubungan kita sepertinya bukan hanya tentang dia yang berasal dari kehidupanku.Tapi ternyata, selang beberapa minggu, seorang wanita yang mengatasnamakan pacarmu menghubungiku.Wanita yang kamu bilang sudah satu bulan lalu diputuskan itu menangis menyatakan keterlukaannya atas hubungan kita.
Lagi-lagi, demi hubungan kita, aku telah menyakiti dua hati yang tak bersalah itu.
Harusnya, sejak saat itu aku mengakhiri hubungan kita.Tapi kamu selalu saja berusaha meyakinkanku, membuat aku bertahan.Hingga beberapa waktu kemudian, aku menemukan hal-hal indah dari dirimu, aku menemukan keseriusan perasaanmu, dan mulai merasakan perasaan yang sebelumnya tak pernah kurasakan, yaaa… mereka bilang itu perasaan cinta.Aku ingat, suatu waktu kamu pernah merajuk kepadaku, kamu bertanya, kenapa aku tak pernah cemburu terhadapmu, bahkan ketika mantanmu yang telah aku sakiti hatinya menghubungimu lagi dan masih berkata sayang padamu, aku merelakanmu kembali kepadanya, kamu mengartikan sikap tak cemburuku dan kemudahanku merelakanmu itu bagian dari bukti aku tidak mencintaimu.
Ya… bulan-bulan pertama memang aku akui tak merasakan cemburu baik saat kamu sedekat apapun dengan teman wanita atau bahkan saat kamu bermesraan lagi dengan mantanmu.Namun rajukanmu itu, menjadi bagian dari do’a yang pada akhirnya Tuhan kabulkan.Aku tiba-tiba berubah menjadi wanita yang pencemburu dan kamu anggap super posesif.
Kenapa aku tiba-tiba berubah? Hati yang awalnya hanya tergores sedikit memang tak menumbuhkan api cemburu, tapi goresan yang terlalu sering dan berulang-ulang itu akhirnya menumbuhkan api cemburu yang memudarkan sebagian kepercayaanku terhadapmu.Hingga sekecil apapun kesalahanmu,kebohonganmu,dan ketiadaanmu dalam hariku telah memantik api yang selalu menghadirkan pertengkaran ditengah hubungan kita,.Pertengkaran yang awalnya hanya aku yang teriakan sedang kamu diam tanpa penjelasan menjadi pertengkaran yang benar-benar tak menemukan penyelesaian.
Andai saat itu kamu berada dalam posisiku,apa yang akan kamu lakukan? Apa mungkin,kamu masih dapat percaya pada seseorang yang sering mengkhianatimu? Apa mungkin,kamu masih dapat menekan rasa curiga pada seseorang yang sering meninggalkanmu karena menemani teman lawan jenisnya dan mendiamkanmu beberapa waktu? Apa mungkin,kamu masih dapat memberikan kesempatan pada seseorang yang beberapa kali menyakitimu?
Dan semua itu menjadi mungkin bagiku.Beberapa kali kamu melakukan itu, beberapa kali juga aku memaafkanmu. Orang lain mengatakan aku adalah si bodoh yang terjerembab di lubang yang sama.Aku tak hiraukan perkataan mereka, meski tak sedikit air mata yang mereka saksikan membasahi pipiku. Aku hanya ingin mewujudkan mimpiku.Demi impian konyol itu, aku rela bertahan dalam hubungan yang sering orang lain katakan hubungan tak sehat.
Bagaimana mereka tidak mengatakan itu?
Saat kita belum putus, kamu lagi-lagi dengan wanita lain, membawanya ke depan mataku dan depan mata mereka.Kamu pasti lupa,meski saat itu kita sedang bertengkar, tapi kita belum saling memutuskan hubungan.
Harusnya, saat itu, aku langsung memutuskan hubungan. Namun, lagi-lagi, janji-janji manismu meluluhkan hatiku untuk memerbaiki hubungan. Entahlah, kalo aku ingat, ternyata aku sangat bodoh. Tenang,, aku tidak sedang menyalahkanmu atas kebodohanku,aku hanya sedang menyalahkan tentang impianku.
Rasanya, beberapa lembar kertas ini tak akan cukup untuk menjelaskan bagaimana hubungan kita saat itu. Namun diakui atau tidak,dirasa atau tidak, diterima atau tidak,kita menjalani hubungan yang tidak sehat itu selama dua tahun.Hebatkan?
Bahkan hal yang pasti kamu lupa, kini lima tahun telah berlalu, tak pernah ada kata putus diantara kita.Hubungan kita berlalu begitu saja, seperti sehelai daun yang hanyut begitu saja tersapu ombak, terombang ambing di lautan hingga akhirnya tak lagi nampak dari tinjauan.Bahkan aku sampai kehilangan sahabat-sahabat aku karena pernah memertahankan hubungan kita.
Butuh waktu satu tahun untuk aku memulihkan perasaanku dari rasa sakit atas luka yang terasa dalam dan sangat perih.Sedang kamu, hanya selang satu bulan dari diamnya kita,sudah menjalin hubungan dengannya, seseorang yang menjadi alasan dalam pertengkaran terakhir kita.
Setelah satu tahun itu, ada seseorang yang secara tiba-tiba mengisi hari-hariku, aku tak mengizinkannya masuk ke dalam hati, aku hanya mengukir cerita dengannya di depan pintu hati. Namun, baru sebentar aku melupakan rasa sakit karenamu berkat kehadirannya,teman dekatku mengambilnya dariku, membiarkanku kembali jatuh, dan kamu tau?Akhirnya luka-luka karena hubungan kita itu kembali terbuka,kembali basah dan terasa sakit.
Jika memang aku merasakan semua luka ini karena dua orang yang aku sakiti itu, kenapa aku harus berkali-kali merasakannya? Kenapa hanya aku yang merasakan sakit akibat melukai itu? Bukankah penyebab dari semua luka yang aku, dia, dan wanita itu rasakan adalah kamu? Kenapa sampai detik ini kamu selalu bahagia?
Maaf, aku tak bermaksud menyalahkanmu.Tolong kamu wajarkan perasaanku ini. Bagaimanapun, sekecil apapun, aku pernah bahagia karenamu. Kamu telah mengajarkanku banyak hal, seperti bertahan dalam rumitnya keadaan demi sebuah impian, mengobati luka sendirian, dan memahami bahwa waktu dan prasangka baik adalah jawaban yang paling tepat untuk ditunggu dan dilakukan.
Kamu telah menyadarkan aku, bahwa aku harusnya lebih kuat mengejar impian, tak rapuh hanya karena takut kehilangan. Kamu telah membuatku lebih dewasa dengan segala kesalahan yang pernah aku lakukan, rintangan yang aku taklukan, dan ujian yang aku dapatkan. Kamu telah meyakinkan aku, bahwa sendiri itu lebih baik dan terhormat, daripada terjebak dalam hubungan yang tak sehat.
Dan sejak saat itu, aku semakin mencintai kesendirian.Hingga kesendirian menjadi candu dalam hidupku. Kesendirian tak berarti kosong, hampa atau kesepian.Bagiku, kesendirian menjadi jalan untuk aku dapatkan kedamaian. Pernah diantara mereka bertanya, mengapa aku tak kesepian dalam kesendirian?
Dengan senang hati aku katakan pada mereka, meski aku mencandu kesendirian, aku tak pernah kesepian, karena di hatiku tak pernah kubiarkan kosong, dia… masih ada dalam hatiku.Bahkan sampai saat ini.
Aku tak pernah mampu mendefinisikan arti kehadirannya yang lama di hatiku, bahkan jauh lebih lama dari luka yang kamu buat.Meski begitu, aku mampu meyakini, bahwa rasa yang tak pernah termiliki jauh lebih mendamaikan dan tak pernah meninggalkan luka, daripada rasa yang sempat termiliki namun harus berakhir menyakiti.
Tak hanya satu atau dua yang mencoba menawarkan diri untuk memasuki hati ku sejak saat itu, tapi lagi-lagi aku hanya mampu menerima mereka di pintu hati, tak pernah kuizinkan mereka masuk.Bukan hanya karena tempat yang masih belum rapih untuk disinggahi atau karena tak mungkin lagi bermimpi tentang hubungan sempurna itu, melainkan karena, aku mencandui kesendirian.
Entah sampai kapan aku menikmati setiap detik yang kulewati sendiri ini.Aku tak pernah tau dan tak berkeinginan untuk tau. Seperti sebuah kutipan dari film favoritku KEMALA, “kesendirian adalah candu, semakin kau sendiri, semakin sulit untuk menghadirkan yang lain”.
Aku turut berbahagia atas kamu yang telah menjalankan sebuah hubungan yang bukan lagi hanya mainan. Semoga hanya aku persinggahan terakhirmu menggores luka.
Tenang saja, aku tak bermaksud membuka luka lama kita.Bahkan rasanya aneh jika aku sebut luka lama kita, karena aku yang lebih banyak terluka. Ahhh… terlepas dari seberapa banyak luka itu.Aku ingin meminta maaf kepadamu, apapun salahku.
Kamu… jangan pernah sesekali mencoba sendirian, karena sekalinya kamu menikmati kesendirian, akan kamu temukan kedamaian, dan kesendirian akan menjadi candu yang tak mudah kau lepaskan.
__dari aku yang pernah kau singgahi__
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.