Kenapa Begitu Mudah Membagikan Nomor Whatsapp di Berbagai Platform Media Sosial? Heran.

Sebelum anda membaca lebih jauh, perlu anda ketahui tulisan ini saya buat bukan untuk memojokkan pihak-pihak tertentu. Ini hanya ekspresi dan tanggapan saya sebagai pengguna media sosial yang basically, intensitas penggunaan saya dalam bermain media sosial sudah mulai menurun.

Karena saya menyadari, hidup jauh lebih berarti bila fokus terhadap hal-hal yang nyata di kehidupan sebenarnya bukan sibuk didunia maya. Media sosial bukan sebagai prioritas.

Saya heran, dewasa ini, Kenapa orang begitu mudahnya dan santai membagikan nomor WA di berbagai platform media sosial, seolah-olah itu merupakah hal yang lumrah dilakukan. Tetapi tidak denganku, tidak dengan kami para pekerja seni dan pelaku bisnis.

Bagiku no wa/no telp pribadi merupakah salah satu bagian diri yang skala privasi nya berada di angka 1. Itu artinya tidak boleh sembarangan untuk yang satu ini. Apalagi semakin majunya teknologi, orang semakin mudah meng-akses segala hal yang berhubungan dengan pribadi kita.

Bahkan tidak sedikit orang yang tidak bertanggung jawab melakukan hal-hal dilluar akal sehat untuk kepentingan pribadi yang dapat merugikan orang lain. Hal ini jelas merupakan tindak pidana. Salah siapa? Tunggu dulu. Ada teori mengatakan, kejahatan terjadi karena ada kesempatan bukan karena niat si pelaku.

Itu berarti anda sudah membuka pintu untuk mereka yang MUNGKIN tidak sengaja ingin melakukan kejahatan. Tetapi karena ada kesempatan, mereka tergiur untuk melakukannya. Salah siapa sebenarnya? Jelas Anda.

Saya mengerti, mungkin tujuan anda semua baik yaitu untuk memperbanyak teman. Sifat keramahan anda berada di garis yang cukup baik. Tetapi saya ingatkan kembali, jangan sampai keramahan anda yang terlalu over itu membawa anda ke kondisi yang tidak diinginkan. Who's care? Nobody.

Sama hal nya dengan profil yang ada di media sosial. Apa lagi kasus yang baru-baru ini kita temukan tentang kebocoran data pengguna pada salah satu media sosial yang digawangi oleh Mark Zuckerberg, apa lagi kalau bukan FACEBOOK.

Saya tidak fokus terhadap permasalahan kebocoran data yang dilakukan oleh Cambridge Analytica melainkan sebagai contoh, cerminan, acuan untuk kita agar lebih berhati-hati dalam meng-input seluruh data pribadi ke belahan dunia maya.

Sedikit cerita, bila saya bertemu dengan orang baru dekat atau orang lama tetapi intensitas pertemuannya dapat dihitung di sekitar lokasi kerja, lokasi meeting, atau area kampus, saya tidak akan mudah memberikan no pribadi. Sekalipun kondisi mengharuskan untuk harus bertemu kembali di lain waktu, cukup hanya memberikan ID Line.

Kenapa? Sejujurnya saya ingin menjelaskan alasannya, tetapi saya kurang mengerti untuk merangkai kata-katanya. Yang jelas, saya percaya semua orang yang membaca ini pasti mengerti letak perbedaan antara Line dengan Nomor Pribadi/ Whatsapp Number. So, be smart to use your all social media. Pakailah sesuai kegunaanya and DO NOT OVER.

Ini merupakan peringatan dini versi saya kepada teman-teman, untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diingankan oleh kita para pengguna media sosial. Sekian, saya Handoko yang saat ini sedang proses menyelesaikan study tahap akhir yaitu skripsi di Universitas Brawijaya Malang.

Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca. Bila ada kata-kata yang tidak sesuai, mohon dimaafkan. Saya hanya penulis biasa yang jauh dari kesempurnaan. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat. May Jesus Christ bless yall.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Doing stuff