Kekeliruan yang Sering Dilakukan Mahasiswa Indonesia Saat Wisuda

Ibaratnya naik gunung, maka sudah selayaknya wisuda diibaratkan sebagai puncak. Meskipun bukan tujuan akhir, tetapi selalu jadi hal yang paling dikejar para pendaki.

Karena katanya, puncak memang bukan tujuan akhir tetapi setiap orang berhak untuk mencapai puncak. Begitu juga dengan wisuda. Setiap penyandang status mahasiswa berhak mengenakan jubah hitam dan topi segi lima.

Siapa sih yang nggak pengen wisuda setelah empat tahun bahkan lebih untuk berkutat dengan status mahasiswa? Siapa sih yang nggak mau pake toga setelah rela nggak tidur bermalam-malam demi kata lulus dan perpanjangan nama? Dan siapa juga yang mau menghabiskan sisa hidupnya di belantara kampus?

Namun nggak bisa dipungkiri juga kalo wisuda adalah salah satu prosesi penting yang semestinya khidmat dan sakral untuk dijalani mahasiswa. Pernah sadar nggak sih dengan beberapa kekeliruan yang terjadi atau dilakukan oleh para wisudawan/ti Indonesia saat proses sakral itu harusnya memang sakral?

Wisuda jadi ajang tampil cantik full make-up dengan kebaya atau gaun baru. Padahal semuanya juga bakal ketutup sama jubah.

Tentu aja kesalahan ini khusus terjadi atau dilakukan para wisudawati. Pasti udah pemandangan umum kalau pas acara wisuda, para wisudawati dandan total banget. Bahkan ke salonnya aja dari subuh. Pagi buta. Terus juga pakai gaun atau kebaya yang upah jahitnya aja mencapai ratusan ribu. Padahal lebih dari setengah badan bakal ketutup jubah juga. Kecuali muka, sih.

Okey kalo dibilang wisuda kan momen sekali seumur hidup. Momen penting banget yang sayang kalo dilewatin cuma pake kostum yang biasa banget. Tapi harus dandan sebegitu hebohnya? Alih-alih mau wisuda, malah disangka mau nikah. Coba deh bandingin dengan dandanan wisudawati luar negeri sana. Mereka juga dandan. Tapi simple.

Bukannya sesuatu yang sederhana itu lebih indah dilihat?

Wisuda adalah momen di mana para-mantan-calon-mahasiswa bisa bawa satu keluarga besar untuk piknik di wilayah kampus.

Lumayan bisa sekalian piknik keluarga besar

Adalah pemandangan umum di kampus-kampus seluruh Indonesia, khususnya Padang, tempat gue berjuang demi perpanjangan nama. Kalo hari wisuda adalah salah satu hari di mana jalanan di kota Padang bakal macet abis. Iyalah! Kalo dari sekian banyak yang wisuda, masing-masing bawa anggota keluarga besar. Dari yang pake mobil pribadi sampe nyewa bus segala. Itu mau ngapain?

Iya kalo prosesi wisudanya di tempat terbuka. Nah, kalau dalam ruangan semisal auditorium? Ya, bengong aja bisanya mereka. Nunggu. Dan itu enggak sebentar. Nggak kasihan lihat nenekmu, tantemu, pamanmu, adek-adek balita kamu harus nunggu berjam-jam tanpa tahu harus mau ngapain atau mau ke mana karena kebetulan enggak tahu wilayah kampus kamu?

Kan yang dibolehin masuk cuma yang punya undangan. Kamu dan orangtua kamu. Iya, mungkin mereka bahagia banget akhirnya ada anggota keluarga yang berhasil menyelesaikan pendidikan tinggi. Tapi kamu bisa mungkin lebih bijak untuk minta mereka nunggu di rumah aja dan merayakan kemenangan juga di rumah. Puas-puasin foto juga di rumah.

Seenggaknya kalo di rumah, mereka bisalah nunggu sambil tiduran. Daripada di kampus, justru tiduran di koridor saking kelamaan nunggu. Wajar kan pas wisuda Padang jadi makin gerah?

Kebanyakan calon wisudawan/ti cuma fokus ke satu hari yang dianggap sakral itu saja tanpa memikirkan sehari setelah hari itu.

Sehari habis wisuda mau ngapain, Uni dan Uda Bro?

Dan pertanyaan ini sama sekali nggak butuh jawaban "Ngurus ijazah, lah!" atau "Kayaknya gue bayar hutang tidur dulu, deh". Enggak. Bukan itu. Pertanyaan ini cuma cara halus dari nanyain "Ijazah lu mau di bawa kemana" atau "Apa rencana masa depan lu setelah ini?".

Pertanyaan ini nggak berat sama sekali bagi mereka yang udah punya persiapan. Misalnya, udah kerja pas masih jaman kuliah atau yang pas kuliah dulu sibuk organisasi sana-sini. Kan lumayan mengolah skill yang kamu punya sama cari link. Nah, bagi yang kuliahnya itu cuma fokus ngejar IPK tinggi tanpa pernah nyoba hal di luar hal kuliah, yang beranggapan bahwa dunia mahasiswa itu hanya kampus dan kelas kuliah. Say hi for this real life, Mamen!

Terus apa sih fungsi dari kasih bunga pas wisuda?

Wisuda periode besok bisa dijual lagi nggak ya?

Iya, kenapa nggak uang aja? Kan lumayan buat bekal setelah wisuda dan hari pertama berstatus pengangguran. Sodorin brosur lowongan kerja atau brosur job-fair terbaru gitu. Biar temennya enggak galau karena mikirin bakal jadi pengangguran. Kan kasihan. Udah galau karena skripsi, eh pas wisuda malah galau lagi gara-gara mikirin mau kerja apa.

Atau kalau mau yang lebih bermanfaat, kasih nasehat dan motivasi biar nggak kelamaan nganggur dan biar cepet jodohnya juga. Selain bermanfaat, juga ringan di ongkos. Hehehe.

Mungkin terdengar maksa, tapi bisa kali kamu nggak usah upload foto pake toga dengan caption "Thanks to bla-bla-bla…" dan hashtag lebih panjang dari caption? Kasian kan yang belom jelas wisudanya kapan!

Emang harus seluruh dunia tahu kalau kamu baru aja berhasil memenangkan pertarungan dengan skripsweet-mu, sampe-sampe harus upload foto sebanyak mungkin dengan ucapan-ucapan dan hashtag yang bikin hati para Tuna-Wisuda tersayat perih? Harus seluruh dunia tahu kalau sekarang kamu udah jadi mantan mahasiswa yang akhirnya lolos dari ancaman DO?

Harus sejagad raya tahu kalo kamu yang dulunya berstatus mahasiswa tahun akhir, sekarang udah berstatus pengangguran?

Bisa kali ngertiin perasaan gue?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pejuang skripsi. Sedang belajar menulis. Sedang menyusun rencana perjalanan. Sedang mencari teman sejati untuk teman hidup. Gadih Minang kelahiran Payakumbuh.

211 Comments

  1. Dee Dienaa berkata:

    Yg nulis blm pernah wisuda ya? Mb, yg diwisuda blm tentu oran kaya semua, klao dia jd satu2nya anggt kel dia yg diwisuda ya wajar kalo kel besarnya senang.

  2. Dee Dienaa berkata:

    Kasihan kamu nak….semoga lancar skripsinya dan wisuda, dan akhirnya km akan makan omonganmu sendiri, hati2 ya nak…

  3. Arifianty Putri berkata:

    Maaf sebelumnya, tapi kok jadinya terkesan syirik ya. Menurut aku semua itu sebenarnya wajar karena sebagai bentuk apresiasi untuk diri sendiri yang telah berjuang demi cita-cita 🙂

  4. Namanya jg momen bahagia.. Penulisnya kurang piknik nih ..

  5. ini artikel sebenernya tujuannya apa? kok kayaknya gak kasih manfaat apa2 ya ketika saya baca. yg ada ketika saya baca, saya cm nangkep rasa iri hati dan penuh amrah serta benci dalam diri penulis. entah apa tujuan dia menulis seperti ini, tp yg jelas ini bener2 ga kasih manfaat apapun terhadap para pembaca. menurut saya pribadi, artikel ini cuma sebuah artikel provokasi yang cuma jadi ajang untuk saling cerca dan menyimpan iri hati dengki. sudahlah semua orang berhak merayakan wisuda dengan caranya masing2. kenapa harus ribet urusin urusan orang? dan 1 lagi JANGAN PERNAH MENGENERALISIR ya, lihat aja judulnya, ini cuma suara 1 orang kenapa seolah-olah jadi terasa suara semua MAHASISWA? mbak,mending kamu kuliah aja yg bener deh, jangan sok pengen kritis tp malah cacat gini, kurang berguna.

  6. Karina Arkan berkata:

    wah ini mah subjektif banget, buat mbak yang nulis please belajar juga buat melihat dari prespektif orang lain terutama orang-orang yang mau wisuda dan apalagi mbak sendiri ini belom wisuda hehehe, ini mah jatohnya udah judgement sepihak doang, cheers!

  7. Wah kalo mbaknya gak mau merayakan kayak begitu? Silahkan saja! Kok sirik tulisannya. Dandan, kumpul keluarga, pesta, dan sejenisnya adalah cara untuk bersyukur. Ngapain ikut2an apa yang orang luar lakukan, yah sudah tradisi kita mbak? Apalagi yang keluarganya jauh di kampung? Yah mereka bangga anak dan saudara mereka diwisuda jadi biasa aja kalee kalo mau sekecamatan datang ke kampus. Tulisan aneh!

  8. Kalo baca artikel ini rasanya jadi teringat masa lalu saya juga, dan itu bikin iri, nasib diwisuda pada hari kerja yang dateng hanya sedikit, hanya 2 orang teman saja itupun laki-laki (ibu saya pun tidak datang) dan tidak ada yang memberi saya bunga. Memang kadang itu semua membuat saya iri dengan yang share momen beserta keluarga besar maupun yang dapat hadiah. Tapi begitulah kehidupan, dari pengalaman saya, saya dapat menyimpulkan bahwa “teman yang baik tidak akan pernah melupakan temannya meski saat dia sedang kesusahan”, hehe tetap semangat saja semoga lancar skripsinya.

  9. Erica Tjahjadi berkata:

    untuk dapat uang jutaan rupiah jaman sekarang emang bisa ?
    ooh.. bisa banget.. ngapain bingung.. ayo gabung di www(dot)dewa168(dot)com….