Karena Menikah Bukan Sebuah Perlombaan, Tidak Perlu Gusar Dengan Kabar Pernikahan Sahabatmu

Saya yakin, mereka yang lahir di akhir tahun 80-an dan awal 90-an pernah merasakan gundahnya ditinggal kawin oleh teman/sahabat/keluarga. Rasanya memang sangat tidak menyamankan hati. Karena di satu sisi, kita merasa begitu bahagia dengan kisah cinta yang berlabuh di pelaminan, dan sisi yang lainnnya merasa kecewa dengan diri sendiri yang belum juga menemukan belahan hati.

Percintaan dan perjodohan adalah hal yang unik. Menurut saya, kehadiran mereka memicu kehilangan yang lain. Dan memang sudah begitu sunnahnya. Ada yang hilang, ada yang datang. Yang bisa manusia lakukan adlaah mengendalikan sejauh mana dua hal itu berjalan seiring. Tanpa membuat salah satunya lebih dominan. Atau memang jika kita terpaksa memilih di antara keduanya, pilihlah dengan bijak. Terima dan rengkuhlah risikonya. Percayalah, hanya itu yang bisa manusia lakukan.

ADVERTISEMENTS

Memutuskan untuk menikah lalu memaksakan diri untuk tetap berada di lingkaran pertemanan adalah dua hal berbeda. Ini bukan soal yang mana lebih prioritas yang mana yang layak dihiraukan.

Ketahuilah, perasaan paling membanggakan dalam hidupku, dalam sejarah kisah cintaku adalah saat aku tiba di momen saat hati ini berdegup lebih cepat. Saat kalimat demi kalimat meluncur, mengutarakan niat suci, dan mengisi udara di sekitar aku dan pasanganku kelak menjadi lebih hangat dari sekitarnya. Cinta dan pertemanan menjadi dilema paling laris dibahas di manapun di muka bumi. Karena keduanya melibatkan tali kasih, perasaan nyaman, dan rasa ingin berbagi. Perhatian untuk selalu mengumbar senang, meretas sedih bersama. Namun saat keduanya saling beririsan, tidak ada lagi istilah prioritas. Semuanya menjadi sama menyakitkan dan menyenangkan.

ADVERTISEMENTS

Mengenang betapa konyolnya kita saat lajang dulu tidak akan sama menyenangkannya dengan bercerita tentang masa bulan madu, mengandung, lalu menjadi orangtua. Sekali lagi, itu adalah dua hal berbeda.

Masing-masing punya hal istimewa yang memecah memori menjadi dua sisi paling indah dalam hidupku. Dalam hidup kita. Semua itu juga punya proporsi paling sesuai yang pernah Tuhan ciptakan. tidak kurang apalagi lebih. Karena dua-duanya mengisahkan kebahagiaan dan menyisakan memori dalam yang terlalu rummit untuk dijadikan satu. Akan datang saat kita sama-sama merindukan bebas dan lepasnya kita saat lajang dulu. Akan datang saat aku atau kamu mulai bercerita tentang keluarga kecil kita. Lalu bertukar lelucon dan saling meledek. Itu adalah hal yang sama-sama indah. Dan tidak layak dibandingkan yang mana yang lebih indah.

ADVERTISEMENTS

Percayalah, kalian akan selalu menjadi teman. Walau kelak aku akan menjadi semakin jarang berbincang di group chat, akan sering mangkir dari jadwal nongkrong, atau bahkan melewati hari ulangtahun salah satu dari kalian.

Sungguh, akan sangat menyedihkan jika ada yang menyalahkan pernikahan membuat silaturahim menjadi putus. Sungguh bukannya aku menolak premis itu, tetapi rasanya pernikahan terlalu suci untuk dijadikan kambing hitam memudarnya pertemanan kita. Kalian harus selalu ingat, kalian lah yang juga turut menyusun kisah cintaku. Yang juga menjadi pendengar sejati semua gombal, ke-alay-an, dan keluh-kesah, sampai pada hari di mana kalian yang juga menyempurnakan tekadku untuk memilihnya sebagai pasangan hidup. Kalian selalu ada. Sebagaimana kalian tidak akan pernah hilang.

ADVERTISEMENTS

Terakhir, yang perlu dibenamkan dalam-dalam adalah menikah bukan perlombaan. Ini hanya sebuah penundaan, sungguh tak pantas menyandingkannya dengan kekecewaan.

Entah siapa yang pertama kali bilang bahwa pernikahan bukanlah perlombaan. Siapa yang lebih dulu menikah bukan berarti dia yang lebih dulu menang. Bukan juga yang kalah adalah yang didahului hari pernikahannya. Adalah pandir jika ada yang beranggapan demikian. Benar bahwa setelah menikah nanti aku akan menjalankan hidup yang berbeda. Dengan prioritas yang berbeda. Dengan cara berpikir dan bersikap yang berbeda. Terimalah, relakanlah, ikhlaskan, dan lapangkanlah hatimu. Sambil dalam senyum paling tulus mengumbar doa agar kita selalu menjadi teman. Agar kelak kamu akan menemukan pasangan paling sempurna untuk hidupmu. Agar kita selalu dilimpahi kebahagiaan. Agar ketulusan pertemanan ini menjadi selamanya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

a writer.

3 Comments

  1. Bella Chandra berkata:

    Slow.. pernikahan yg cepat tidak menjamin orang yg tepat

  2. Redo Anggara berkata:

    thank atas inspirasi nya bro…saya jugadi dahulukah oleh sahabat saya.tapi toh sperti apa kata kmu pernikahan itu bkn lah perlombaan siapa yg cepet dia menang tapi masalah jodoh itu ditangan tuhan kita yg berusaha tapi akhirnya tuhan lah yg menetukan nya…

  3. maharbyanaria berkata:

    bermanfaat sekali artikelnya 🙂

    http://www.maharpernikahan.co.id
    vendor penyedia jasa mahar dan hantaran exclusive