Rakyat Indonesia masih bersorak sorai atas peredaran uang baru. Pergantian tokoh yang muncul dalam uang baru selalu menjadi hal yang menarik, uang baru yang jumlahnya masih sangat sedikit memang sengaja dikeluarkan secara bertahap sembari menarik uang lama. Bila banyak yang tertarik dengan uang baru, tidak halnya dengan pedagang-pedagang kecil yang tak terlalu berpengaruh terhadap pergantian uang baru.
"Ada uang baru ya biasa-biasa aja, yang penting dihapalin aja neng yang baru uangnya kayak apa, biar nggak kirain itu uang mainan, kalo nilainya kan sekecil apapun kita butuh. Nggak ngaruh sama gambarnya" begitulah kira-kira komentar seorang penjual bubur.
Sayang beribu sayang, belum genap dua bulan uang kertas nominal 10.000 beredar di masyarakat. Sudah beredar pula uang mainan dengan gambar sama persis seperti uang baru. Tidak teliti sedikit aja kena tipu jadinya, ia adalah pedagang cincau yang pertama kali di konfirmasi menerima uang mainan sebagai nilai tukar dari pembelian Cincaunya. Cincau yang menyegarkan dan menyehatkan di bayar dengan uang mainan. Yang beli pakai mobil pula! Duh, malu atuh mas sama mobilnya.
Masih terkaget-kaget sama berita Abang Cincau kena tipu, dua hari lalu beredar secara viral bahwa ada lagi korban uang mainan 10.000. Kali ini pedagang salak yang paruh baya yang harus menanggung sesak hati karena menerima uang mainan. Dengan wajah sedih Kakek penjual Salak menunjukkan dua lembar uang mainan nominal Rp 10.000 Buat yang melakukan ini, walaupun niatnya ngerjain, ini nggak lucu sama sekali. Ini penipuan. Dan ini merugikan bagi yang menjadi korban. Sedikit apapun makanan yang masuk ke tubuh seharusnya menjadi berkah kan? Walaupun mungkin di anggap sepele.
Kasus ini harusnya menjadi perhatian pemerintah juga bahwa paling tidak ada pengawasan tersendiri bahwa uang mainan semestinya tidak boleh di cetak sama persis dengan uang asli, kasian kan orang atau pedagang yang dirugikan. ?
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
Salah y cetak duit mainan kenapa bisa sama persis.
Disitu sudah ada tulisan UANG MAINAN lhooo….sebagai pedagang kita harus benar” teliti….
pedagang salaknya udah tua mbak ,matanya udah rabun ,dan penjual cincaunya waktu sadar uang palsu ,pelaku dah kabur pakai mobil
Gak semua orang tua mengenali uang mainan, apalagi jika yg berjualan orang tua yg buta uang asli/palsu(mainan).. Se-tega itukah orang Indonesia mempermainkan sesamanya??