Dalam hidup senantiasa akan ada hal yang kita alami, baik yang kita anggap itu baik atau positif bagi kehidupan kita, atau sebaliknya. Namun sesungguhnya tak ada sesuatu yang benar-benar negatif dan jelek bagi hidup itu sendiri. Jika kita masih mau membuka hati dan pikiran, untuk menelaah lebih dalam dari setiap kejadian, selalu ada hikmah yang tersirat dari setiap kejadian yang pernah, sedang atau akan kita alami.
Yang perlu kita sadari adalah bahwa Tuhan tidak akan pernah iseng menciptakan suatu kejadian di alam semesta ini, meskipun kita mungkin tidak pernah tahu, apa tujuan dari semua kejadian yang terjadi. Tapi kita harus yakin dan percaya bahwa setiap peristiwa yang terjadi pasti ada tujuan yang sedang mendasarinya. Hanya saja kita perlu menjernihkan hati dan pikiran untuk tetap bisa bersyukur dan menerima semua kejadian, sebagai sebuah berkah atau proses pendewasaan berkehidupan.
Bisa kita ambil contoh peristiwa yang saat ini sedang terjadi, erupsi Gunung Agung yang sudah berlangsung hampir setahun, namun belum kunjung selesai. Sebagian besar dari kita pasti berfokus pikiran pada bencana yang sedang terjadi, terlepas dari mungkin ada yang berpikir itu hukuman dari alam atau Tuhan, namun saya tidak pernah berpikir dengan cara seperti itu. Dalam pandangan saya Tuhan itu Maha pengasih, bukan maha penghukum, kita semua diberi kesempatan untuk kembali ke diri masing-masing, mendewasakan pandangan hidup, memupuk rasa persaudaraan, saling menolong dengan sesama, mengingatkan kita pada rasa persaudaraan dan kegotongroyongan yang mungkin kini mulai pudar. Saya tetap menganggap ini adalah proses alam yang sedang melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, dengan cara menyelipkannya dalam bungkusan yang kita sebut bencana.
Seperti yang sering kita dengar dari tetua yang sudah mengalami langsung proses meletusnya Gunung Agung di tahun 1963 silam, bahwa hujan abu yang terjadi justru menjadi pupuk yang sangat luar biasa suburnya setelah beberapa bulan berlalunya hujan abu. Hasil pertanian di daerah yang terkena dampak hujan abu meningkat berkali lipat. meskipun di awal memang terjadi banyak tanaman yang mati. Seperti juga saat ini, banyak buah jeruk, cabai yang rusak karena dampak abu erupsi Gunung Agung. Saya berpikir bahwa tanaman yang mati itu, adalah kesempatan kita untuk belajar ikhlas menerima kenyataan, kita sedang membayar dimuka untuk hasil yang lebih baik berikutnya.
Di sisi lain masih bisa kita lihat sampai saat ini, daerah yang terdampak paling keras dari erupsi di tahun 1963 silam masih bisa menangguk rejeki yang berlimpah hingga saat ini. Berupa galian C yang sudah membuat kaya banyak orang hingga saat ini, meskipun beberapa tempat persediaan mulai menipis. Dari situ bisa kita lihat, bahwa erupsi selama setahun kala itu sudah menjadi sumber penghasilan bagi banyak orang lebih dari 50 tahun. Jadi bisa kita lihat, betapa alam itu sangat bersahabat dengan hidup kita, kita merelakan setahun untuk dinikmati selama lima puluh tahun. Entah sudah berapa rumah, hotel, jalan dan yang lainnya di bentuk dari hasil erupsi gunung Agung saat itu.
Yang perlu saya garis bawahi adalah bahwa alam tidak mungkin iseng mempermainkan hidup banyak orang. Kita memang perlu untuk tetap waspada, menggunakan logika kita, dengan harapan kita semua selamat, tentunya kita barengi dengan doa setiap saat. Dan mari kita belajar memandang hidup dengan sisi pandang yang berbeda, meskipun saat ini banyak dampak yang kita alami, mari kita tetap yakin bahwa kedepan kehidupan akan lebih baik, bagi semua kehidupan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”