“Tuhan selalu mempunyai rahasia dibalik setiap peristiwa yang ada. Tuhan memiliki cerita lain untukmu. Ia adalah pencipta skenario kehidupan yang terbaik, percayalah, bahwa jalan ini adalah jalan terbaik yang harus engkau lalui. Whatever, Agus Yudhoyono, engkau tetap membanggakan”.
Pemilihan gubernur DKI Jakarta telah usai. Hasil dari berbagai macam quick count pun bergentayangan di mana-mana, meskipun keputusan KPU belum keluar, karena KPU pun bahkan belum melakukan penghitungan. Manusia selalu tak ingin bersabar, maka hasil dari quick count pun tak bisa dihindari. Ibarat ombak pantai di pagi hari, tiba-tiba berhamburan ke sana kemari menerjang pasir pantai yang berdiam diri tanpa kemudi.
Hasilnya telah keluar, meskipun itu hanya qucik count, namun suara yang diperolah oleh Mas Agus Yudhoyono berada diposisi ketiga dari 2 pasangan calon gubernur lainnya. Kalah telak, masyarakat DKI Jakarta rupanya masih belum bisa menerimanya. Lantas, apakah itu berarti Mas Agus tak memiliki kemampuan memimpin Jakarta? Sangat bisa, namun Tuhan punya rencana lain untuk Mas Agus. Bukan saat ini, atau mungkin bukan sini jalannya. Tuhan yang memegang cerita tentang hidup Mas Agus, dan kita pun tak bisa sama sekali untuk mengintip buku catatannya. Hanya Tuhan yang tahu.
Terlepas dari kegagalannya menjadi seorang gubernur di DKI Jakarta, bagi saya ia tetap membanggakan. Masih muda, namun sudah berani menerjang ombak politik yang begitu ganas. Ia dengan gagah berani dengan senjata seadanya maju ke depan untuk perang melawan pasangan-pasangan yang jauh lebih senior dibandingkan dirinya. Ia tak takut kalah, meskipun ribuan survei mengatakan bahwa ia memiliki posisi kredibilitas yang masih rendah, namun itu semua tak menyurutkan semangatnya untuk maju. Mas Agus tetap membanggakan.
Di saat anak-anak muda yang lain sedang sibuk dengan permainan ala mudanya, Mas Agus sudah mulai memikirkan nasib bangsa ini dengan cara memulai maju ke pertarungan pemilihan gubernur DKI Jakarta. Meskipun hasilnya kalah, engkau tetap membanggakan Mas Agus. Setidaknya, engkau melangkah lebih depan dibandingkan pemuda-pemuda lainnya di nusantara ini.
Jika boleh memutar waktu, apakah engkau akan memilih untuk tidak maju ke pemilihan gubernur ini? Saya rasa tidak, jalan ini harus ia lalui, suka atau tidak suka. Kegagalan ini harus Mas Agus capai untuk bisa mencapai puncak yang telah disediakan Tuhan. Jalan ini tak boleh dihindari, untuk mencapai kesuksesan yang besar, Mas Agus harus tetap melaluinya, dan sekarang Mas Agus telah melaluinya. Keberhasilan dan kesuksesan besar telah menanti di gerbang sana. Apapun kata orang, apapun cibiran orang, apapun fitnah orang mengenai dirimu, engkau tetap membanggakan.
Mereka bilang, engkau hanya boneka ayahmu yang sedang haus akan kekuasaan. Apakah itu benar? Saya yakin itu tidak benar. Pilihan maju sebagai gubernur merupakan pilihan murni dari Mas Agus, murni karena ingin mengabdi kepada negeri ini. Sekalipun ada peran sang ayah, pastilah ia hanya memberikan wejangan dan gambaran mengenai peta perpolitikan yang ada, itu semua agar Mas Agus tidak tersesat di hutan perpolitikan Indonesia yang sangat rimbun ini.
Ini semua murni pilihan Mas Agus, bukan atas paksaan, namun apabila kemungkinan terburuk ternyata benar itu adalah keinginan sang ayah, engaku tetap membanggakan Mas Agus. Engkau setidaknya telah mengajarkan kami arti dari ketaatan kepada orang tua. Meskipun pahit, jika itu adalah cara untuk membahagiakan orang tua, mengapa tidak. Kita harus tetap ingat, kita yang sekarang ini berkat jasa siapa? Dan engkau telah membuktikan itu semua Mas Agus, itulah yang membuat saya bangga dengan Mas Agus.
Pengorbanan melepaskan posisi di TNI apakah sia-sia? Tentu saja tidak. Tuhan telah memiliki cerita berbeda tentangmu. Ada rahasia besar dibalik ceritamu ini. Saya yakin, ada rahasia istimewa yang telah disembunyikan Tuhan kepadamu, dan tinggal bersabar saja untuk memetiknya. Jalan yang telah Mas Agus pilih telah benar, ini adalah jalan terbaik untuk Mas Agus, jalan untuk menuju kesuksesan yang lebih baik. Mungkin karier sebagai TNI cukup sampai di sini. Kesuksesan sudah menantimu dengan cara yang berbeda. Saya tetap bangga dengan Mas Agus.
Entahlah, apa yang terjadi dengan orang Indonesia saat ini. Mereka tak henti-hentinya melemparkan kata-kata pedas untukmu. Lebih-lebih ketika banyak orang yang tak tahu diri mengepalkan tinju cemoohan kepada ayahmu. Siapa yang tidak akan geram, melihat ayahnya diteriaki dengan kata-kata pedas menyayat hati? Siapa? Tentu saja engkau geram Mas Agus, dan memang itu harus. Itulah sebabnya, mengapa saya tetap bangga dengan Mas Agus. Bagaimanapun keadaan orang tua kita, kitalah yang lebih mengetahui kondisi yang sebenarnya, dan itulah yang menyebabkan kita akan selalu berada di posisi terdepan untuk membela sang ayah dari terjangan hinaan yang akan menghampirinya.
Baiklah, Mas Agus memang kalah, namun Mas Agus tetaplah figur yang saya hormati dan banggakan. Terima kasih telah memberikan teladan yang baik kepada saya. Namun apapun yang terjadi saat ini, Tuhan adalah Sang Pencipta terbaik, sekaligus penulis skenario kehidupan yang terbaik, dan saya sangat yakin, Tuhan telah menyiapkan kejutan terbaik untuk masa depan Mas Agus.
Terima kasih telah membuka mata hati ini Mas Agus. Engkau adalah salah satu pemuda terbaik yang dimiliki negeri ini. Abaikanlah semua cercaan dan komentar destruktif yang menyerangmu. Saya yakin, Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik kepadamu. Jika Jakarta memang belum bersedia menerimamu saat ini, maka suatu saat nanti, Indonesia lah yang akan memanggilmu. Percayalah.
Whatever, Mas Agus tetaplah membanggakan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
Waahh bikin aku terapung apung..
Demi kekuasaan karir anak dikorbankan
Ini yg namax leaving comfor zone alias meninggalkan zona nyaman. Para motivator banyak yg setuju utk mendptkan sesuatu yg luar biasa syaratx adalah meninggalkan zona nyaman. Perkara berhasil atau gagal itu adalah hal yg lumrah. Gagal coba lagi…bravo mas agus the next leader
Bener sekali… Namun sayang, politik dan media yang kejam tidak henti-hentinya memojokkannya…Tidak terkira tertekannya beliau….
Maksudnya? Feeling so regret gak milih Beliau dulu ya? Haha….
Entahlah mbak, seperti yang sudah saya paparkan diatas, jika Mas Agus ikuti kata orang tua, berarti surga sudah beliau dapatkan. Namun jika karena keinginan sendiri, 100 Jempol untuk semangat mas Agus, 4 jempol dari saya, sisanya dari tetangga-tetangga saya… Hihi…
Sisi positifnya apa yang dilakukan agus sebagai bentuk bakti kepada orang tua, terlihat sangat terhormat, tapi apakah motif sang ayah yang dalam proses pemunculan agus dapat di anggap terhormat, tidak sama sekali, saya rasa penulis memaparkan perihal agus di dasarkan pandangan subjektif saja, tapi coba lihat dari logika politik yang mungkin di skenariokan SBY, playing victim dan agus yang masih “tanpa noda” ini paling cocok di orbitkan di tengah citra partai demokrat yang hancur karena isu korupsi, dan tidak mencalonkan anak bungsu nya ibas sebagai cagub, yang lebih pengalaman dalam sosial politik di banding agus, tapi ibas sudah terlanjur kotor, dengan mengtakan kalau SBY tidak haus kekuasan dan melanggengkan dominasi partai di pemilu berikutnya itu salah
sayang saya bukan warga DKI .kalo saya warga DKi pasti sayah milih Bpk agus….sayang sayah warga tanggrang.pun ga nyoblos ga dapet surat nya
setidaknya Demokrat maseeih mempunyai kader yang di ajukan
Ini bikin artikel atau puisi sih ? Malah ini lebih mengacu ke opini dan curhatan pribadi ..