Pekerjaan ibarat sebuah tahta yang patut untuk dibanggakan. Seseorang yang bekerja di dalam ruangan dengan pendingin sebagai fasilitas kenyamanan, akan jauh lebih dibanggakan dibanding seseorang yang bekerja kepanasan hingga keringat bercucuran. Mereka berpandangan bahwa, perkerjaan adalah sebuah gengsi semata. Tatkala pakaian berdasi lebih dihormati ketimbang baju lusuh yang jarang diganti. Ketika kendaraan roda empat jauh lebih menarik dari pada naik gerobak yang tak akan pernah dilirik.
Apa persamaan pegawai kantoran dengan kuli bangunan?
Jika persamaannya adalah sama-sama mencari makan. Keduanya hanya dibedakan tentang tugas yang diemban. Yang satu akan sibuk dengan dokumen dan komputernya, yang satu akan sibuk dengan cangkul dan palunya. Bukankah begitu? Persamaannya lagi adalah keduanya sama-sama memiliki atasan, sama-sama mencari uang, dan keduanya pun mengkonsumsi nasi untuk dimakan. Lagi-lagi jenis pekerjaan akan memberikan penilaian yang berbeda.
Beberapa oknum kuli bangunan memang memiliki track record buruk, seperti doyan main perempuan hingga mabuk-mabukan. "Karena rata-rata perantauan jauh dari istri dan keluarga, mereka mencari sesuatu kebahagiaan lain yang dapat mereka cari lewat cara yang tidak baik. Meringankan kejenuhan dan kelelahan," katanya.
Aku katakan ini hanyalah oknum. Tidak semuanya memiliki sifat buruk seperti itu. Masih ada kuli bangunan yang baik dan paham agama. Ia bekerja memang benar-benar diniatkan untuk ibadah. Hanya karena ‘oknum’, pandangan positif-pun bisa hilang begitu saja. Pekerjaan yang berat membawa beban yang tak ringan pula untuk hidupnya. Mereka sang kuli bangunan akan bertaruh nyawa saat bekerja. Gaji yang tak sebesar resikonya, tak akan menjadi alasan untuk orang-orang baik ini mengais rezeki yang halal.
Jangan pandang mereka sebelah mata. Tak ada mereka, maka tak ada rumah tempat tinggalmu sekarang.
Apakah kamu pernah berpikir, bahwa rumah yang kau tinggali sekarang adalah buah tangan dari orang-orang yang pekerjaannya penuh dengan tantangan?
Atau jangan-jangan kau pikir rumahmu itu berdiri dengan sendirinya hanya dengan kedipan?
Tidak sayang, ada orang baik yang nyawa dan tenaga sepenuhnya terperas untuk menggali, membobok, memplester, hingga mempercantiknya. Kamu tidak tahu, ada luka apa yang mereka dapatkan, bukan?
Kita hanya berpikir, kan memang sudah pekerjaannya. Toh, kita kan bayar ya.
Itu memang pekerjaannya dan kamu sudah memenuhi hak mereka. Tapi tolong, jangan pandang mereka sebelah mata. Tak pelak banyak yang tak sadar, keikhlasannya membuat kamu teduh hingga detik ini.
Kamu hanya perlu bersyukur.
Jika pekerjaanmu memberikanmu banyak peluang untuk hidup lebih baik, bersukurlah. Karena tak ada manusia yang bercita-cita ingin jadi orang susah. Terkadang nasib membawa kita pada posisi yang jauh dari harapan tapi tak jarang ada yang melesat jauh melebihi ekspektasi yang ada. Semua adalah bagiamana ikhtiar dan doa kita bisa mengetuk pintu rezeki yang telah Allah siapkan. Kita hanya perlu menjadi orang yang pandai bersyukur bukan menjadi orang yang kufur. Apalagi sampai mengurusi hidup orang hingga menilai buruk profesi seseorang. Ingat, roda akan terus berputar pada porosnya. Ada kalanya roda dibawah, ada kalanya roda diatas.
Apa yang kita banggakan dari jumlah rupiah yang didapatkan, jika gaji kecil justru lebih berkah?.
Apa yang masih kita sombongkan jika jenis profesi dengan pekerjaan berat jauh lebih membuatmu bahagia?
Kita masih perlu untuk mengahayati lebih dalam, bahwa derajat manusia dihadapan Tuhan-nya adalah sama. Bagaiamana pun profesi tak akan membuatmu lebih tinggi ataupun rendah derajatnya, jika kita sama-sama menyandang status ‘Hamba’.
Sekali lagi, tak ada yang tahu kisah hidup seseorang. Kuli bangunan juga manusia, hingga tak perlu dipandang miring dan sebelah mata.
-litaachan
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”