Merantau bukan hanya sekedar berpindah tempat tinggal, namun lebih dari itu. Merantau juga soal mendobrak batasan, berdamai dengan keterasingan, dan memperbarui kebiasaan. Ketika hidup sendiri di perantauan, kita sudah harus tanggap untuk memotivasi diri sendiri.
Dipercaya untuk tinggal berjauhan dengan orang tua merupakan sebuah tanggung jawab yang harus dijaga. Siap mengatakan benar untuk kebenaran dan salah untuk kesalahan. Memang tidak mudah, namun bisa dilakukan bila kita memiliki kesadaran yang kuat dalam diri sendiri.
Merantau untuk proses menuju pembenahan diri. Jika niat meraih impian timbul maka pantang rasanya untuk mundur, walau selangkah. Karena mundur adalah tanda kegagalan. Ibarat anak panah yang mengarah pada sasaran, ia tak akan pernah kembali, anak panah tersebut terus menembus batas dan mencapai tujuan yang dicapai.
Memang tak ada tempat yang senyaman rumah. Tapi ketidaknyamanan akan lebih banyak ruang berkah. Kita perlu berkembang menjadi pribadi yang mandiri, dan itu bisa didapat ketika kita merantau. Pandai-pandai bergaul. Semua boleh dijadikan teman, namun ingat tak semua dari mereka patut di contoh. Contoh teman yang membawa pada kebaikan.
Ada beberapa hal yang harus kita pahami saat kita menjadi perantau. Hal pertama yaitu mengetahui adat budaya daerah rantau, karena dari sini kita bisa tahu etika atau tata cara agar bisa berbaur dengan mereka. Baik secara tutur kata, tingkah laku, maupun hal-hal yang dapat diterima.
Jangan sampai kita memandang rendah atau memandang remeh budaya tersebut dengan budaya asal daerah kita. Yang harus kita lakukan adalah mengambil yang baik dan membuang hal yang tidak baik. Berusaha untuk tetap menghargai adat budaya orang lain dimanapun kita tinggal.
Hal kedua yaitu mulailah untuk berbaur dengan lingkungan sekitar tempat kita tinggal, agar kita semakin dekat dan mudah untuk bertanya-tanya mengenai kehidupan setempat.
Seperti pepatah mengatakan "dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung", artinya berusahalah untuk menghargai atau menghormati dengan baik di tempat kita tinggal atau merantau.
Jika kita sudah memahami dan mampu beradaptasi menerima lingkungan yang baru, lakukanlah berbagai kegiatan positif selain kuliah atau kerja. Jika kita mengira bahwa berbuat baik itu hal yang sulit, itu salah. Kebaikan tak melulu harus dilakukan dengan cara yang luar biasa. Kontribusi kebaikan juga bisa dilakukan dengan hal sederhana.
Kita bisa melakukannya setiap saat. Seperti menanyakan kabar teman atau tetangga kita, memberikan senyuman kepada penjual nasi sarapan yang kita beli, mengucapkan kata tolong dan terima kasih kepada mereka yang berhak, dan masih banyak kebaikan-kebaikan sederhana lainnya.
Ketika berada di perantauan jadikanlah diri kita menjadi orang yang bermanfaat bagi sekitar. Entah itu kecil atau besar yang penting kita bisa berkontribusi untuk sekitar. Kita renungkan apakah kita dapat bermanfaat untuk orang lain? Apakah kita dapat bermanfaat bagi lingkungan sekitar?
Bagaikan benalu pada pohon sawit, terkadang kita selalu bergantung dan tak jarang menjadi parasite bagi inangnya. Jangan sampai dengan adanya kita di tanah rantau, justru menjadi benalu. Jadilah anak rantau yang bisa memberikan manfaat untuk sekitar.
Tidak hanya ingin dimengerti, namun kita yang harus mengerti.
Kenapa bukan kita yang mulai mengerti orang lain? Bukankah saling mengerti itu lebih adil?
Asal tak lupa, merantau selalu memberimu ruang untuk berkembang.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”