Kalian udah ndengerin lagunya Awkarin terbaru?
Tahan sampai menit keberapa coba kalian? Aku cuman tahan sampai adegan njilatin prangko doang dan malah asik baca cacian dan makian di kolom komentar hehe. Tapi gilak sumpah. Ada apa dengan industri musik tanah air akhir-akhir ini.
Terus temennya Awkarin yang doyan ngerap itu juga sama aja tong. Lagunya yang Ganteng Ganteng Sempak itu sudah meracuni jutaan bocah dengan kata-kata fuck ataupun bangsat. Seriusan, sekarang jadi sering denger bocah pada nyanyi lagu ini dan dengan bangga bilang fuck.
Beda banget sama aku pas bocah dulu yang mau bilang bajigur aja mikir lama. Paling pisuhan yang bisa meluncur bebas dari mulut hanya tembelek lencung doang. Fyi, tembelek lencung itu tai ayam yang encer berwarna coklat kayak sambel lotis. Yek
Hmm sebenernya ada sih lagu hits akhir-akhir ini yang penuh pesan moral. Salah satunya lagunya mbak Arif Citenk yang berjudul “Ra Kuat Mbok”. Kemaren ga sengaja dengar pas nongkrong di warkop Mato (di daerah Seturan, Yk) dan langsung kepincut sama alunan melodi lagu yang sedang booming di daerah Jawa ini.
Langsung dah search lirik lagunya, dan ternyata.. dibalik alunan musik yang dangduters abis, terselip dakwah dalam nada. Dalem banget dah materi yang disampaikan oleh biduan kita ini. Karena terkadang pendakwah tidak selalu berkerudung, tetapi juga bergoyang di panggung.
Karena liriknya dalam bahasa jawa, ini nih coba aku tafsirkan lirik-lirik indah dari lagu Ra Kuat Mbok. Selamat membaca.
"Aku ra tahan pengen rasakne pacaran
Opo yo bener rasane enak tenan"
Tidak dipungkiri jikalau setiap manusia pasti punya hasrat untuk memiliki seorang kekasih hati. Berdasarkan riset kecil-kecilan yang aku lakuin, mulai dari mas-mas berwajah sangar sampai mbak-mbak berjilbab lebar pasti ada (raketang sitik) dorongan nafsu untuk mencoba yang namanya pacaran. Kebanyakan pengen karena sering liat orang pacaran kok kayaknya enak banget.
Pagi-pagi ada yang bangunin. Mau makan aja ada yang ngingetin. Kalau main ada yang nemenin (untung ga typo nih). Misal lagi down ada yang nyemangatin. Apalagi pas musim hujan gini kalau kedinginan ada yang ngangetin.
"Njajal sepisan sing marai cah edan-edan
Ya kok sirahku sing payu oleh kamplengan"
Beberapa ada yang bertahan dalam kesendirian, dan kebanyakan akhirnya mencoba dah yang namanya pacaran. Kalau aku sih termasuk manusia yang kebanyakan. Mencoba mencari tau seperti apa sih rasanya pacaran, dan ternyata ya gitu doang. Oke skip curcolan ra mutu ini
Nah dari lirik ini sebenernya pesan yang aku tangkap adalah, seringkali dalam sebuah hubungan pacaran si pelaku harus banyak berkorban air mata. Bisa karena pengkhianatan, ataupun kekerasan baik fisik ataupun seksual. Biasanya sih yang cewek yang jadi korban. Kecuali kasus selingkuh, nikung, atau ninggal nikah, itu malah cewek yang terkadang jadi tersangkanya.
Eh tapi satu hal yang paling aku penasaran dari si cewek. Sebrengsek-brengseknya cowok, kalau si cewek dah cinta mah udah. Mau dilecehkan, disiksa, dipukulin, diselingkuhin, ya tetep aja pasrah. Terlalu cinta jare. Cambuk adek bang. Cambuk!
"Curhat ning embok, nek durung rabi jo ndemok
Lha terus piye pacaran kok lolak lolok
Dasare simbok mbiyene lulusan pondok
Kudune kenceng ojo sampek menggok menggok"
Sekarang ini anak muda udah jarang banget yang masih mau untuk minta nasehat kepada orangtua. Kebanyakan kalau ada masalah ya larinya ke sahabat-sahabatnya. Padahal, orang tua kita tu udah makan asam garam kehidupan coy. Walaupun beda zaman, menurutku permasalah percintaan ga jauh-jauh beda. Misal sekarang kita pake media sosial, dulu waktu mudanya ibuk sama bapak sayang-sayangan lewat perantara sepucuk surat.
Selain itu kalau minta saran ke orang yang sebaya kadang malah terjerumus (walau ga selalu). Misalnya nih, “Jeng, mosok kemaren aku di’gitu’in sama pacarku eh” | “Halah ya kan kalau pacaran emang gitu, tjoepoeh!!”. Dan akhirnya memaklumkan hal tabu. Tabulampot~
Nah pada lagu ini mengajarkan bahwa kita harus tetap meminta saran dan nasehat dari embok (orangtua khususnya ibu). Gak perlu gengsi apalagi sampai underestimate kebijaksanaan dari orang tua.
Lagian nasihat si embok dari lirik ini juga cukup dahsyat menurutku. Sebuah prinsip untuk menghargai kesucian dari seorang wanita. Ketika benar-benar sayang harusnya memang benar-benar menjaga dan menghargai wanita, bukan malah menodainya dengan embel-embel bukti cinta. Prinsip hidup yang sangat syar’i tentang menjaga hubungan laki-laki dan perempuan. Maklum dah si embok ternyata lulusan pondok dulunya.
"Wes ra kuat aku, wes ra tahan aku
Timbang engko Paiman iki selak nesu
Wes ra kuat aku, wes ra tahan aku
Rabekne to mbok, engko tak gawekke putu"
Nah kalau memang hasrat buat memadu kasih sudah tidak lagi terbendung. Hanya ada satu kata. NIKAH!
Oiya ga perlu sungkan atau merasa aneh ketika harus meminta untuk dicarikan jodoh. Memang kita tidak sedang hidup di zaman Siti Nurbaya. Namun ketika memang sudah akut banget, daripada update status galau-galauan di sosial media, mending yaudah pasrah aja. Untung-untung noh ada yang mau haha
Toh juga orangtua ga bakal asal njodohin anaknya seenak jidat. Pasti tetep dilihat bibit bebet dan bobotnya. Ya to?
"Mbok mbok mbok ketimbang kumat setepku
Cepet mbo endang golek o mantu
Wes to mbok masio ra patek ayu
Sikat mbok, selak perot ra payu"
Jangan jadi orang yang terlalu pemilih. Mencari kesempurnaan hanya akan membawamu ke lubang penyesalan. Seseorang baru akan terasa berharga saat dia pergi meninggalkanmu. Curcol sitik wkwk
Naaah jadi itu sih sebuah penghayatan mendalam dari sebuah lagu dengan lirik sederhana penuh makna. Kalau mau download bisa tuh googleng aja banyak kok. Selamat menggoyang jempol..
Cheers~
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.