Berkomunikasi efektif adalah salah satu softskills yang perlu dimiliki oleh semua orang, termasuk mahasiswa kedokteran. Kuncinya adalah berkomunikasi secara empatik dan terapeutik. Maksudnya, bagaimana mahasiswa mampu menyampaikan isi pesan secara singkat, tepat sasaran, jelas, menyenangkan, dan menenangkan. Bagaimanapun, kata-kata yang menenangkan dan menyenangkan itu berefek membahagiakan sesama. Perlu diingat, kebahagiaan adalah pondasi fundamental dari kesembuhan. Inilah prinsip dasar komunikasi terapeutik.
Berikut ini ada lima rahasia berkomunikasi efektif yang perlu dimiliki oleh mahasiswa kedokteran di era digital-milenial.
Pertama, pahamilah content dan suasana. Content ini amat kompleks. Ada unsur budaya, tradisi, adat-istiadat, kearifan lokal, dan kebiasaan masyarakat. Isi pesan sebisa mungkin sampai dan mudah dipahami oleh siapapun dan dimanapun. Intinya 4S: sederhana atau simpel, singkat, sampai, sesuai. Setiap perkataan ada tempatnya. Setiap tempat ada perkataannya. Pesan yang berpotensi menimbulkan ketegangan baik disampaikan saat santai atau beristirahat. saat suasana resmi atau rapat, sampaikanlah pembicaraan yang bersifat formal. Namun tetap secara mengalir dan rileks.
Bila diminta bantuan oleh dosen atau senior namun padat jadwal kuliah, maka jawablah dengan bahasa santun. "Siap dok, segera saya laksanakan usai perkuliahan berlangsung." Berdasarkan pengalaman penulis, ada tiga frase singkat yang cukup ampuh dipergunakan sebagai strategi berkomunikasi efektif. Tiga frase tersebut adalah siap dok, maaf dok, terimakasih dok. Hal ini berlaku bagi mahasiswa kedokteran saat berkomunikasi dengan para senior dan "sesepuhnya".
Kedua, pahamilah media. Generasi digital-milenial alias zaman now punya kecenderungan menyampaikan pesan melalui media sosial. Baik itu melalui Telegram, Whatsapp, Facebook, twitter, Telegram, Path, Line, dan sebagainya. Tidak ada salahnya, namun perlu diketahui bahwa tidak semua orang memiliki waktu untuk merespon pesan di media sosial. Pahamilah dahulu karakter dan kecenderungan dosen atau senior yang akan diajak berkomunikasi. Kalau memang beliau terbiasa menjawab melalui Whatsapp, maka berkomunikasilah dengan santun melalui Whatsapp. Bila tidak segera merespon pesan di media sosial, maka alangkah baik untuk segera menelpon atau menemuinya secara langsung.
Ketiga, pahamilah bahasa Indonesia yang baku. Bila berkomunikasi dengan senior, maka mahasiswa sebaiknya menggunakan bahasa Indonesia yang efektif. Perkenalkan diri secara singkat, sampaikanlah isi pesan, lalu ucapkanlah terimakasih dan mohon maaf telah mengganggu waktunya. Hindari menggunakan singkatan. Penggunaan bahasa prokem atau alay tentunya tidak pantas disampaikan meskipun melalui media sosial.
Contoh penggunaan komunikatif efektif melalui media sosial.
Assalaamu’alaikum wr wb. Perkenalkan, saya Mawar, mahasiswa angkatan 2018. Mohon maaf dokter, sekadar mengingatkan, hari Senin, 17 Oktober 2018 jam 10.00-11.00 WITA ada jadwal kuliah histologi di ruang A.10 FK Unismuh lantai 3. Dimohon konfirmasi kehadirannya. Mohon maaf telah mengganggu waktunya. Terimakasih. Wassalaamu’alaikum wr wb.
Keempat, hindari bercanda berlebihan atau share informasi yang belum jelas kebenarannya. Hal ini terutama berlaku di media sosial. Bila Anda berada di satu grup dengan senior di media sosial, maka upayakan untuk "berpuasa" medsos. Maksudnya, menahan diri untuk forward atau share informasi apapun yang belum tentu kebenarannya. Di dalam merespon pesan, maka pergunakanlah bahasa santun nan efektif.
Kelima, komunikasikan secara langsung. Maksudnya, bila ada hal yang belum jelas tentang suatu persoalan atau pelajaran, maka upayakan bertemu langsung dengan dosen atau senior yang menguasai hal tersebut. Belajarlah kepadanya. Bertanyalah pula tentang berbagai buku, literatur, referensi, atau jurnal terbaru terkait mata kuliah yang telah disampaikannya. Tentunya setelah mengetahui jadwal luang beliau. Hindari langsung menghubungi via telepon atau media sosial, kecuali telah akrab atau bertemu tatap muka sebelumnya.
Berkomunikasi merupakan salah satu softskills yang perlu dimiliki oleh siapapun, terlebih di era digital-milenial ini. Bagi mahasiswa kedokteran, maka ada lima strategi berkomunikasi efektif yang perlu diperhatikan dan diterapkan di semua lini kehidupan. Pertama, pahamilah content dan suasana. Kedua, pahamilah media.
Ketiga, pahamilah bahasa Indonesia yang baku. Keempat, hindari bercanda berlebihan atau share informasi yang belum jelas kebenarannya. Kelima, komunikasikan secara langsung. Itulah lima rahasia berkomunikasi efektif yang perlu dibinakembangkan oleh mahasiswa kedokteran. Semoga semakin sukses setelah mengaplikasikannya di keseharian.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”