Ini Adalah Cerita Biru Para Sarjana Baru

Kuliah adalah masa paling menyenangkan bagi banyak orang. Bagaimana tidak? Berkumpul bersama teman, bertemu gebetan, main bersama, kelas yang mengasyikkan, dosen yang bersahabat adalah hal-hal yang membahagiakan. Dan setelah berjuang sampai titik darah penghabisan untuk menyelesaikan kewajiban, gelar pun akhirnya bisa disematkan. Euforia yang kamu rasakan dan telah diimpikan bertahun-tahun, ternyata hanya berlangsung sehari saja. Setelah itu? Selamat datang di dunia nyata, hai para fresh graduate! Welcome to the jungle, begitu kata orang-orang.

Bagaikan Siang dan Malam, Hidupmu pun Mengalami Pergantian

Bertemu dengan dosen sudah tidak ada lagi di dalam agenda hidupmu. Jika sebelumnya kamu memiliki jadwal yang pasti untuk bimbingan skripsi, sekarang kamu menemui pertanyaan “Mau ngapain ya habis ini?”. Jika biasanya kamu akan ke kampus untuk bertemu teman, maka sekarang kamu dihadapkan kenyataan bahwa kamu sendirian. Satu per satu kawan di perantauan, pulang ke kampung halaman.

Jadwal hidupmu menjadi tidak menentu. Bangun jam 9 pagi, kemudian makan, lanjut tidur siang, sore harinya pergi berolahraga kemudian mandi. Setelah makan malam kamu akan nonton TV sampai ayam tetangga berkokok yang menandakan bahwa waktu tidurmu akan segera dimulai. Begitulah fase hidupmu begitu menyandang gelar fresh graduate. Berubah dan berlawanan arah.

Melamar Pekerjaan adalah Pekerjaan Utamamu

Berburu lowongan pekerjaan adalah rutinitasmu saat ini. Situs-situs lowongan kerja tak henti kamu jelajahi. Tak hanya mengandalkan teknologi, kamu pun juga membeli koran setiap pagi. Jika merasa ada yang klik di hati maka kamu akan segera mengirimkan berkas lamaran. Kantor pos yang notabenenya adalah tempat yang jarang kamu singgahi, kini berubah menjadi tempat nongkrong sehari-hari. Atau jika ada event job fair di kotamu, maka kamu akan semangat mendatanginya. Tak pernah absen barang sekali pun. Berdesak-desakan dengan banyak orang tak masalah buatmu. Asalkan bisa mendaftar di perusahaan yang sesuai dengan minatmu.

Semangat mendapatkan pekerjaan adalah semangat yang kau toreh di dalam hati. Kamu berjanji pada diri sendiri untuk tak mudah lelah dan terus melangkahkan kaki. Berharap status akan segera berubah dari yang bukan pekerja menjadi seorang pekerja di sebuah tempat yang kamu impikan sejak dini.

Akan Tetapi Dering Telepon Tak Kunjung Berbunyi, Email pun Tak Ada Notifikasi

Berpuluh-puluh lamaran telah kamu kirim. Bermacam-macam perusahaan telah kamu hubungi. Tiap hari kamu selalu menantikan dering telepon berbunyi, atau kamu rela beli paket data agar bisa mengecek email saban hari. Tetapi panggilan tak kunjung kamu dapati.

Padahal kamu sudah rajin membaca kiat-kiat sukses mendapatkan pekerjaan impian. Rasa-rasanya IPK OK, CV pun keren dan pengalaman ada, tetapi kenapa tak kunjung ada yang menghubungi? Di PHP-in perusahaan incaran ternyata lebih sakit daripada di PHP-in gebetan. Sakitnya tuh sakit banget.

Kamu yang Dulu Optimis, Sekarang Berubah Menjadi Pesimis. Apakah Semangat yang Kamu Miliki Telah Terpangkas Habis?

Masa tidak mempunyai pekerjaan (alias menganggur) adalah masa paling depresif. Tak sedikit orang yang menganggapmu miring ‘Sudah sekolah tinggi-tinggi kok masih menganggur” begitu pikir sebagian orang yang melihatmu hanya di rumah saja. Dan sayangnya kamu pun mengiyakan dan mulai mempertanyakan kemampuan diri. Merasa menjadi benalu karena status tak tentu. Atau menganggap diri sebagai manusia bermasa depan suram yang menjadi beban keluarga. Dan merasa bersalah sudah menambah angka pengangguran negara.

Apalagi ketika mendengar bahwa Si A sudah bekerja di perusahaan X dan Si B yang sudah menjadi Y, maka hatimu pun bertambah kacau. Membandingkan hidupmu yang masih ‘belum menjadi apa-apa’ dengan mereka yang ‘sudah menjadi apa-apa’ memang dapat memberi efek negatif terhadap diri sendiri. Kamu yang dulu sangat optimis berubah menjadi orang paling pesimis. Kemana semangat yang dulu kamu gaungkan ke penjuru dunia? Apakah telah mengikis habis? Lapuk dimakan waktu.

Yakinlah Setelah Masa Kegelapan Akan Datang Masa Pencerahan

Masa menganggur memang masa yang berat. Namun dengan berat hati, dapat dikatakan bahwa masa ini adalah masa yang tidak boleh disesali. Dalam hidup kita membutuhkan jeda agar hidup kita menjadi lebih bermakna. Layaknya sebuah kalimat yang membutuhkan spasi dalam setiap katanya, pun begitu dengan hidupmu. Beristirahatlah sejenak. Lihatlah pemandangan sekitar, bukankah sangat indah? Hirup nafas dalam-dalam dan ciumlah aroma wangi bunga.

Lagipula masa menganggur bukanlah masa yang tidak berjasa. Berkat terjebak dalam masa ini, kamu pun memiliki waktu luang yang sangat banyak. Kamu dapat menekuni kembali hobi yang semasa kuliah dulu jarang kamu sentuh dengan alasan kesibukan. Ambil kembali pena yang telah tumpul dan segera runcingkan. Cari kembali buku-buku lama yang belum sempat terbaca, atau beli benang wol dan mulai merajutlah.

Di masa ini pula kamu juga bisa menambah keahlianmu. Belajar bahasa Jerman sepertinya keren, atau ikut kelas memasak OK juga. Atau kamu juga bisa ikut dalam kegiatan sosial di daerahmu. Ikut terjun mengajar anak jalanan atau menjadi relawan sosial membagikan nasi bungkus adalah hal yang sangat positif. Memanfaatkan waktu untuk dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang-orang sekitar adalah hal yang luar biasa bukan?

Yakinlah bahwa setelah masa kegelapan akan datang masa pencerahan. Tapi dari semua itu yang terpenting adalah bagaimana kamu memanfaatkan waktu gelapmu. Masa rehat ini akan membuatmu menjadi lebih siap ke depannya. Dan kamu akan menjadi sangat bersemangat dalam menjalani pekerjaan pertamamu esok hari. Tidak akan ada kejenuhan karena engkau sadar bagaimana jenuhnya masa menganggur itu. Bersemangatlah hai para pencari kerja!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Menyukai pemandangan dan suka melihat orang-orang lalu lalang

3 Comments

  1. Enie Susanty berkata:

    Hmmm…terima kasih �