Indonesia itu Harus Belajar Lagi

Coba bukalah dompetmu dan lihat data yang ada di KTP. Apa status Kewarganegaraanmu? Kalau kamu tercatat sebagai Warga Negara Indonesia, pernahkah terlintas dibenakmu tentang negara kita, Indonesia? Apa yang membuatmu puas dan tidak puas dengan keadaan negara kita? Apa yang menurut kamu harus dilakukan oleh Indonesia kita sekarang?

Teringat jawaban yang pernah saya berikan dalam sebuah forum diskusi pada salah satu komunitas. Forum dibuka dengan salah satu anggota yang meluapkan unek-uneknya soal keadaan negara kita, Indonesia, pada saat ini pada berbagai bidang. Rekan saya itu akhirnya melemparkan pertanyaan seperti ini,”Menurut kalian, Indonesia itu harus….?”

Saya yang merupakan pihak awam akan dunia kritik-mengkritik pemerintahan hanya dapat melakukan sebuah perenungan. Apa saja yang sedang terjadi di negara tercinta kita? Apa yang bisa kita lakukan? Apa yang seharusnya dilakukan oleh negara kita, Indonesia?

Saya yang biasanya hanya menjadi pengamat dalam forum diskusi itu, diajak untuk ikut berpikir soal pertanyaan ini. Cukup lama saya berkutat dengan isi kepala saya. Kemudian akhirnya saya menjawab, Indonesia itu harusnya belajar, lagi.

Berikut alasan saya berdasarkan pada hasil perenungan sesaat:

Indonesia itu harus belajar, lagi. Belajar sejarah lagi, supaya ingat tujuan merdeka dulu itu apa.

Sepertinya beberapa golongan sudah hampir melupakan apa yang diperjuangkan oleh para pahlawan kita untuk merebut kemerdekaan. Bahkan nama pahlawan pun hanya kita kenal sebagai sebuah nama tanpa mengetahui latar belakang perjuangannya untuk memerdekakan negara yang kita pijak sekarang ini. Kita lebih membanggakan tokoh dari dunia luar daripada tokoh lokal. Tidak heran jika anak SD pun lebih mengenali dan mengidolakan sosok super hero daripada para pahlawan kita. Bagaimana dengan kita sebagai orang dewasa? Coba sebutkan siapa saja pahlawan yang kamu kenali?

Bahkan nama pahlawan pun hanya kita kenal sebagai sebuah nama tanpa mengetahui latar belakang perjuangannya untuk memerdekakan negara yang kita pijak sekarang ini.

Indonesia itu harus belajar, lagi. Belajar pendidikan lagi, supaya ingat tujuan mencari ilmu itu apa.

Ya, menurut saya pendidikan di negara kita belumlah merata dan juga dicerna. Dicerna dalam artian memahami dan menerapkan ilmu yang telah didapat sejak bangku sekolah dasar. Dunia pendidikan kita sebagian besar hanyalah berdampak pada hasil ujian bukan pada hasil penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Begitu banyak anak yang belum mengenyam pendidikan di pelosok bersanding miris dengan begitu banyak anak yang merasa tertekan karena pendidikan yang didapatnya melebihi porsinya. Negara kita memiliki potensi besar untuk menjadi negara besar. Hanya saja negara kita belum memiliki sistem yang kuat dan konsisten untuk mengembangkan bidang terpenting ini. Bahkan keadaan guru dibeberapa tempat pun terlihat memprihatinkan. Seandainya negara kita dapat mencontoh hal positif dari sitem pendidikan Finlandia atau Jepang, tentu wajah pendidikan kita akan terlihat berbeda. Mungkin dapat menjadi lebih baik.

Dunia pendidikan kita sebagian besar hanyalah berdampak pada hasil ujian bukan pada hasil penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

Indonesia itu harus belajar, lagi. Belajar bahasa lagi, supaya sadar untuk memperbaiki cara berbicara dan berkirim pesan dengan bahasa yang baik dan benar.

Pernahkah kita merasa dahi berkerut saat membaca sebuah chat atau pesan singkat dari seorang teman? Mungkin kita memahami maksudnya, mungkin juga tidak. Lagi-lagi ini adalah pengalaman saya yang masih sering menemukan banyaknya tulisan dengan kombinasi unik seolah si pengirim sedang menguji saya untuk memecahkan kode seperti dalam serial spionase. Mungkin maksudnya adalah untuk menyingkat kata atau terkesan kekinian. Tetapi, ayolah… Cobalah untuk lebih menghargai bahasa Indonesia dengan menerapkannya dalam kehidupan kita. Jika kita, seluruh warga Indonesia dapat belajar memahami dan menggunakan bahasa Indonesia lebih baik lagi, tentu tidak akan ada orang yang bingung atau gagal paham dengan kode-kode unik itu.

Cobalah untuk lebih menghargai bahasa Indonesia dengan menerapkannya dalam kehidupan kita.

Indonesia itu harus belajar, lagi. Belajar agama lagi, supaya paham bagaimana mengatur keseimbangan individu dan sosial dalam banyak hal, termasuk moralitas.

Saya juga bukanlah seorang cendekiawan atau ulama yang berniat untuk menceramahi apalagi menggurui akan suatu hal. Saya hanyalah orang awam yang tengah terusik isi hatinya sehingga khilaf mengirimkan tulisan ini. Ya, menurut saya Indonesia perlu belajar agama lagi. Mengapa? Karena belum terwujudnya kedamaian dan kerukunan antar umat secara optimal. Kalau Indonesia belajar agama lagi, dengan lebih baik dan secara sadar, mungkin tidak akan ada lagi persinggungan mengenai hal yang berhubungan dengan SARA, kriminalitas, penyimpangan moral dan sosial. Semua orang dapat hidup rukun dan dapat menempatkan diri pada porsinya.

Ya, Indonesia perlu belajar agama lagi dengan lebih baik dan lebih sadar.

Indonesia itu harus belajar, lagi. Belajar seni lagi, supaya lebih banyak berkreasi dari pada meniru kreasi.

Kita pasti sudah lelah dengan menonton program acara dalam stasiun televisi lokal. Entah sinetron ataupun acara tertentu. Lelah karena kita dapat dengan begitu mudahnya menemukan kemiripan ide cerita, kemiripan potongan adegan, kemiripan penampilan yang sebenarnya sengaja dimirip-miripin tetapi gagal dengan film, drama atau selebriti luar negeri. Belum lagi kemiripan lagu atau bahkan tulisan dari blog yang satu ke blog lainnya. Semua hal tersebut dengan sangat mudah kita temukan kemiripannya dalam potret negara kita yang tercinta ini.

Kata plagiat tentu saja tidak asing lagi, bahkan cukup akrab didengar kita yang suka menemukan kemiripan-kemiripan itu. Saya mengutip tulisan dari seorang komikus komik Jepang, Ono Eriko, mengenai plagiat. Komikus komik Miiko ini menuliskan mengenai tindakan plagiat pada salah satu komiknya,”Plagiat adalah tindakan paling memalukan dalam dunia kreasi.”

Dengan begitu banyaknya budaya yang negara kita miliki, bagaimana bisa kita menjadi begitu pesimis untuk berkreasi? Negara kita sangat kaya akan seni. Semua orang pasti memiliki darah seni dalam dirinya, entah itu hanya satu mililiter atau berliter-liter. Yang dibutuhkan hanyalah keinginan untuk berkreasi dengan ide yang asli bukan hanya menjadi peniru kreasi. Ingat, penemu akan selalu berada di depan dan peniru hanya dapat membuntuti dari belakang.

Dengan begitu banyaknya budaya yang negara kita miliki, bagaimana bisa kita menjadi begitu pesimis untuk berkreasi?

Indonesia itu harus belajar, lagi. Belajar dari pengalaman lagi, supaya bisa lebih menghargai kesalahan untuk memperbaiki diri dan sistem yang ada.

Kesalahan adalah sebuah media untuk kita belajar. Ya, belajar untuk tidak melakukan kesalahan yang sama di masa depan. Belajar untuk memaafkan diri dari kesalahan yang pernah dibuat. Juga, belajar untuk mencari solusi memperbaiki kesalahan di masa lalu. Indonesia sudah memiliki banyak pengalaman setiap bergantinya kepemimpinan. Namun rasanya masih perlu terus berbenah diri memperbaiki dan menguatkan sistem yang sudah ada secara konsisten demi kebaikan bersama.

Semua pasti mengharapkan yang terbaik untuk negara tercinta ini karena siapa lagi yang akan mencintai Indonesia selain warganya sendiri? Kita dapat memulai langkah kecil dari hal yang paling dekat dengan kita, yaitu berbuat sesuatu di bidang yang kita suka. Setidaknya, ada hal yang dapat kita banggakan karena kita melakukannya di sini, di tanah air tercinta.

Kalau Indonesia saja masih harus belajar, bagaimana dengan warganya?

Tentu saja kita juga harus terus belajar. Belajar bukan hanya di sebuah bangunan bernama sekolah. Belajar bisa kita lakukan dimanapun. Bahkan ketika dirimu merenung dalam diam, itu juga dapat disebut sebagai belajar. Belajar mengenali diri sendiri.

Bagaimana dengan pendapatmu?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang pemimpi yang memilih tinggal dalam dunia imaji.

3 Comments

  1. ya benar, perlu setitik tinta hitam yang harus menggoreskan perubahan. Tak perlu jauh rasanya, mulai dari diri kita untuk perbaiki diri, belajar lagi. Dan mendedikasikan untuk negeri tercinta ini. Semoga macan asia yg tertidur saat ini, bergegas bangun dan menunjukan wibawanya.