Doa untuk Ujian, Ujian untuk Doa

Allah dan Rasul-Nya telah mengajarkan kepada kita bahwa jalan untuk mendapatkan kekuatan maha dahsyat adalah dengan doa. Ya, berdoa menghadapkan hati dan jiwa sepenuhnya kepada-Nya, menyebut nama dan sifat-Nya yang sempurna dan nan agung, menyatakan kelemahan kita dan melantunkan segala permohonan kita kepada-Nya.

Allah dan Rasul-Nya mengajarkan bahwa doa dan zikir kepada-Nya adalah bagian yang asasi dalam kehidupan ini. Doa dan zikir tidak boleh terpisahkan dari kehidupan dan kematian manusia. Doa dan zikir tidak boleh menjauh dari manusia yang senantiasa menjalani ujian dari Rabbnya.

Doa adalah jalan cepat, mudah, dan murah bagi manusia untuk menggapai keinginan dan menjauhi marabahaya. Doa adalah senjata orang yang lemah dan terzalimi. Ia membuat orang yang lemah menjadi kuat, orang yang miskin menjadi kaya, orang yang bodoh menjadi pandai, orang yang hina menjadi mulia, orang yang terancam menjadi selamat, orang yang terzalimi menjadi terlindungi, orang yang berdoa mendapat ampunan, orang yang mempunyai cita-cita menjadi terkabulkan. Doa adalah senjata paling ampuh dalam menjalani ujian Allah. Allah berfirman :


Katakanlah (Muhammad), "Terangkanlah kepadaku jika siksaan Allah sampai kepadamu atau hari Kiamat sampai kepadamu, apakah kamu akan menyeru (Tuhan) selain Allah, jika kamu orang yang benar!" (Tidak), hanya kepada-Nya kamu minta tolong. Jika Dia menhendaki, Dia hilangkan apa (bahaya) yang kamu mohonkan kepada-Nya, dan kamu tinggalkan apa yang kamu persekutukan (dengan Allah). Dan sungguh, Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat sebelum engkau, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kemelaratan dan kesengsaraan, agar mereka memohon (kepada Allah) dengan kerendahan hati (QS. Al-An'am [6]: 40-42)



Dan sesungguhnya Kami telah pernah menimpakan adzab kepada mereka, maka mereka tidak tunduk kepada Rabb mereka, dan (juga) tidak memohon (kepada-Nya) dengan merendahkan diri. Hingga apabila Kami bukakan untuk mereka suatu pintu tempat adzab yang amat sangat, (di waktu itulah) tiba-tiba mereka menjadi putus asa. (QS. Al-Mukminun [23]: 76-77)


Marilah kita merenungkan kedua firman Allah di atas secara lebih mendalam. Kedua ayat di atas menjelaskan bahwa Allah menimpakan berbagai ujian kepayahan, kemelaratan, penyakit, kesengsaraan dan adzab duniawi atas diri umat manusia, sejak masa para umat terdahulu hingga masa kaum musyrikin di era Nabi Muhammad SAW, bahkan hingga kini dan masa-masa yang akan datang.

Di balik berbagai ujian dan musibah duniawi tersebut terkandung hikmah yang agung, agar kaum yang mustrik dan fasik tersebut kembali ke jalan Allah. Ujian dari Allah membawa tujuan mulia agar mereka meninggalkan segala kesyirikan, kekufuran dan kefasikan mereka. Agar mereka bisa keluar dari berbagai musibah dan ujian duniawi tersebut, mereka harus kembali ke jalan Allah, memohon ampunan-Nya dan berdoa dengan hati yang merendahkan diri kepada-Nya.

Pada saat berbagai musibah duniawi tersebut menimpa mereka, secara naluri kaum musyrik menyadari bahwa sesembahan-sesembahan selain Allah yang mereka agung-agungkan tersebut pada dasarnya tidak mampu memenuhi segala permintaan mereka dan menghindarkan diri mereka dari segala marabahaya. Jangankan menyelamatkan orang-orang yang menyembahnya, menyelamatkan dirinya sendiri pun sesembahan tersebut tidak bisa.

Secara naluri, pada saat itu hati mereka mengakui kekuasaan mutlah Allah. Lisan mereka pun memanjatkan doa kepada-Nya. Dengan kemurahan dan keluasan karunia-Nya, Allah menyingkirkan musibah duniawi yang menimpa mereka tersebut. Sayangnya, saat musibah telah hilang, mereka kembali kepada kesyirikan dan kefasikan yang sebelumnya mereka geluti.

Setidaknya ada empat hal yang 'unik' dari rangkaian ayat di atas yaitu,

Pertama, Allah menimpakan musibah duniawi agar orang-orang musyrik dan fasik sadar akan kesalahan jalan yang mereka tempuh. Diharapkan mereka mau bertaubat, merendahkan diri (istikanah) dan memohon kepada-Nya dengan penuh ketundukan (tadharru')

Kedua, secara naluri orang-orang musyrik dan fasik juga mengakui bahwa satu-satunya kekuatan maha dahsyat yang mampu menangkis, menhindarkan dan melepaskan mereka dari segala musibah hanyalah Allah Yang Maha Perkasa. Fitrak dan akal sehat menyadari bahwa kekuatan Allah di atas segala kekuatan lain di dunia, sehingga orang-orang musyrik dan fasik pun tanpa ragu-ragu hanya berdoa kepada-Nya semata.

Ketiga, meskipun yang berdoa kepada Allah agar diselamatkan dan dilepaskan dari musibah adalah orang-orang musyrik, namun Allah tetap mengabulkan permohonan mereka. Terlebih apabila yang memohon adalah hamba-hamba-Nya yang bertakwa, pastilah Allah lebih mengabulkannya.

Keempat, orang-orang yang tidak berlindung dibalik perisai doa saat tertimpa musibah adalah orang-orang yang sangat gegabah, karena bersandar kepada kekuatan yang semu. Ketika musibah tersebut tidak kunjung selesai atau datang musibah berikutnya, niscaya mereka akan ditimpa oleh keputus-asaan. Ketangguhan mentalnya jatuh, bangunan kesabarannya runtuh dan kegalauan disertai stres menjelma dalam dirinya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini